Happy Reading
Hari Jumat KBM selalu selesai lebih awal dari hari-hari biasanya, sisanya selalu diisi oleh kegiatan ekstrakurikuler. Biasanya kegiatan eskul mading selesai jam 16.30, makanya aku membuat janji dengan Tanteku karena di saat jam itu juga tante Karin selesai kerja, dan dia akan menjemputku, untuk mencari buku persiapan SBMPTN. Namun ternyata, eskul mading malah selesai lebih awal dari biasanya karena tidak ada banyak hal yang dilakukan dalam pertemuan kali ini, hanya rapat sebentar membahas projek yang akan dilakukan bulan depan, setelahnya sang ketua menyuruh kami pulang, membuatku malah jadi kebingungan.
Jam baru menunjukkan pukul 15.00, dan tante Karin tidak mungkin menjemputku sekarang, dia pasti masih sibuk kerja. Jadi, daripada aku kelimpungan sendirian karena tidak ada kegiatan, dan pergi ke tempat kerja tante Karin juga sangat tidak memungkinkan, aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, tempat yang belakangan ini sangat jarang aku kunjungi, lebih tepatnya saat aku sering menghabiskan waktu dengan .... Oke, sudah.
Aku tidak ingin menyebut namanya, bukan apa-apa, perasaan aneh itu selalu muncul saat mendengar apalagi ku sebut namanya. Aku hanya ingin proses melupakan ini berjalan dengan lancar, dan Tanteku ternyata benar, proses menghindarku kali ini tidak akan sesusah proses yang pertama karena kini sudah ada Elsa di sampingnya.
Tadi pagi dia emang sempat bertanya kepadaku di parkiran, dengan banyak pertanyaan yang sama seperti yang ia kirim lewat chat kepadaku, yang dijawab dengan jawaban yang sama juga olehku. Terlihat dari wajahnya, sepertinya ia merasa tidak puas dengan jawaban yang aku berikan, dan saat ingin bertanya kembali, Elsa keburu datang mengajaknya sarapan bareng di kantin, gadis itu juga mengajakku, namun dengan cepat aku menolaknya, dan memilih pamit duluan masuk kelas.
“Tika, awas!” Aku terlonjak kaget saat sebuah bola basket melintasi wajahku dengan cepat.
“Hei, lo lagi mikirin apa, sih? Jalan ko sambil melamun gitu.” Bagas berlari ke arahku.
“Ah, ng-nggak.” Dan kini, aku malah seperti orang linglung.
Bagas memungut bola basketnya, lalu kembali ke arahku, “Lo nggak eskul?” tanyanya.
“Udah selesai,” jawabku.
“Tumben?”
“Ntahlah.” Dan aku hanya mengedikan bahu acuh. “Lo sendiri nggak eskul? Ke mana teman-teman lo?” tanyaku seraya melihat ke sekeliling lapangan basket outdor yang tampak sepi, hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang di pinggir lapang.
“Mereka latihannya di gimnasium,” jawab Bagas tampak acuh.
“Loh, terus lo ngapain di sini?”
“Pengen aja,” katanya seraya melempar bola basket ke arah ring dan masuk tepat sasaran. “Lo mau nemenin gue?” Bagas menoleh ke arahku.
“Hah?” Aku terdiam bingung. Sebenarnya menghabiskan waktu yang tersisa dengan menemani Bagas bermain basket bukanlah suatu hal yang buruk. Tapi, bukankah aku mau ke perpustakaan? Bukan hal yang harus sih, namun sudah lama rasanya aku tidak pergi ke sana.
Terdiam cukup lama, tiba-tiba membuatku teringat akan sesuatu.
“Eh, Gas. Lo katanya udah mulai ikut bimbel ya?”
Bagas yang sudah berjalan ke depan menoleh ke arahku seraya mengernyit. “Tahu dari mana?”
“Dara.” Aku berujar seraya menyusul Bagas.
Dan, cowok itu berdecak sebal, “Ck, anak itu ya. Bocor sekali mulutnya.”
“Dih, emangnya kenapa sih, Gas. Lo ikut bimbel ko diem-diem aja, ajak gue kek.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Atika Story's (Selesai)
Roman pour AdolescentsKetika kepercayaan hilang, oleh penghianatan. Ketika penyesalan datang diiringi kehilangan. . . . "Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walau rasa itu belum tumbuh, tapi yang namany...