Aku tidak pernah suka dengan yang namanya kejutan. Karena biasanya, kejutan yang datang dalam hidupku selalu berakhir dengan hal yang tidak mengenakan.
Contohnya hari ini.
Saat Kelvin mengatakan ingin memberiku kejutan, hatiku seketika merasa tidak tenang. Sampai ketika kejutan itu datang, senyumanku langsung hilang, dadaku bergemuruh kencang, dan haruskah aku katakan kalau ini kejutan yang paling menyakitkan.
Semua itu diawali saat bel istirahat berbunyi. Kelvin menghampiriku dengan wajah yang begitu semringah, seperti sehabis mendapatkan hadiah istimewa.
"Tik, hari ini lo mau makan apa? Gue bakalan telaktir lo sepuasnya," katanya seraya mengajakku makan di luar-di kafe yang letaknya tidak jauh dari sekolah-saat itu tentu aku langsung merasa heran, karena merasa ini bukan hari sepesial.
"Lo telaktir gue makan di luar? Tumben, dalam rangka apa?"
Dan Kelvin tersenyum lebar. "Hari spesial."
"Hari spesial apaan? Dan, kenapa nggak makan di kanti aja, sih?"
"Di kantin 'kan gak ada makanan mahal, Tik," cowok itu menyengir lebar, buatku melengos sebal, "Gue mau ngasih lo kejutan, kalau di kantin males gue takut direcoki anak-anak kelas."
"Kejutan apa?" tanyaku ketika kami berdua sudah memasuki kafe yang dituju.
"Lo pesan makanan aja dulu. Pesan sesuka yang lo mau," katanya buatku semakin merasa heran dan tidak tenang. "Ko malah diam?" Kelvin bertanya ketika aku masih saja diam.
"Vin, lo nggak sedang ngerjain gue, kan?" tuduhku dengan tampang curiga.
"Ko ngerjain?"
"Sikap lo yang kaya gini tuh mengingatkan gue ke kejadian dulu. Ini lo beneran mau nelaktir gue?" tanyaku masih merasa tak yakin, buat Kelvin langsung tergelak.
"Ya ampun, lo masih ingat kejadian dulu?" tanyanya buatku berdecak.
"Oke-oke gue emang sering ngerjain lo, tapi itu 'kan dulu ..."
"Sekarang juga masih," potongku cepat.
"Tapi nggak separah dulu, kan?"
Aku hanya mengedikan bahu acuh.
"Sekarang gue serius mau mentelaktir lo," kata cowok itu, sebelum tangannya bersedekap di meja dan mencondongkan wajahnya ke arahku.
"Emang sekarang wajah gue kelihatan mau ngerjain lo, ya?"
"Ya mana gue tahu. Bisa aja, kan?"
"Nggak, kali ini gue serius mau menelaktir lo. Kan udah gue bilang, ini hari spesial buat gue. Jadi gue mau nelaktir lo makan," ucapnya, tapi aku masih saja diam, menyelidiki wajah tengilnya untuk mencari kebohongan, buat cowok itu langsung menghela napas panjang.
"Gue serius Atika," katanya jengah.
"Yaudah oke. Gue mau pesan makanan mahal, nih. Awas aja kalau lo nggak bayar," ucapku akhirnya, memesan makanan lalu kembali memandang si Kelvin dengan pandangan heran.
"Hari spesial dalam rangka apa, sih? Dan, kejutan apa yang mau lo kasih ke gue?"
"Gue mau ngenalin lo sama seseorang."
"Seseorang? Siapa?" tanyaku penasaran.
"Lo ingat cewek yang pernah gue ceritain waktu pulang olimpiade?"
"Olimpiade?" Ku mengernyit sebentar "Oh, iya gue ingat. Kenapa?"
"Lo lihat deh ke luar. Itu yang pake dres biru orangnya," katanya buatku melihat ke arah depan dan Kelvin secara bergantian, dan ntah kenapa tiba-tiba hatiku langsung merasa tidak tenang. Apalagi saat melihat perempuan tinggi dengan dres biru itu mulai berjalan memasuki kafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atika Story's (Selesai)
Fiksi RemajaKetika kepercayaan hilang, oleh penghianatan. Ketika penyesalan datang diiringi kehilangan. . . . "Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walau rasa itu belum tumbuh, tapi yang namany...