Happy Reading
Aku tidak kaget begitu masuk kelas dan mendapati wajah-wajah lama di kelas baruku ini, karena sekolahku memang tidak menerapkan sistem acak__yang dimana setiap tahunnya akan merasakan suasana kelas baru dengan teman-teman yang berbeda.
Tapi aku pikir__walaupun dengan orang yang sama__setelah dua minggu lamanya libur sekolah berlangsung, lalu ketika kembali ke sekolah aku akan melihat paling tidak sedikit saja perubahan yang terjadi kepada teman-teman sekelasku, bukan perubahan terhadap fisiknya, melainkan perubahan sikap yang tadinya pecicilan dan berisik menjadi lebih kalem dan tidak banyak tingkah.
Karena, oh ayo lah ....
Sekarang sudah kelas sebelas, kan? Sudah menjadi kakak kelas. Jadi aku pikir ketika dua minggu lamanya aku tidak bertemu mereka, lalu ketika bertemu kembali, aku akan dibuat takjub oleh perubahan sikap mereka yang .... Subhanalah ... sekarang mereka jadi lebih kalem ya.
Namun ternyata ....
Begitu aku melihat Dimas memasuki kelas seraya berteriak...
"SELAMA PAGI RAKYAT-RAKYATKU! LONG TIME NO SEE! SIAPA YANG RINDU PANGERAN YANG PALING TAMPAN IN?"
Bahuku lemas seketika.
"Eh, njirr. Lo jangan ngalangi jalan gini dong." Dan ini Yura yang baru datang, lalu mendorong Dimas yang tengah so ngartis di ambang pintu, buat cowok itu terhuyung ke depan.
"Ebuset dah, Ra. Jadi cewek gak ada feminin-femininnya," keluh Dimas seraya memegangi punggungnya yang didorong Yura, buat Yura menoleh seraya mengacungkan jari tengah.
"Bacot," katanya.
Tidak lama setelahnya, gerombolan Rena, Ica, dan kawan-kawannya heboh memasuki kelas seraya bergosip ria dan tertawa, tidak peduli suara mereka yang begitu nyaring memenuhi kelas, atau bahkan mungkin sampai ke kelas sebelah.
Lalu ....
"BAGASSSS ... BALIKIN NGGAK, LO!!!" Suara cempreng Dara begitu melengking memekakkan telinga, bersamaan dengan sepatu yang melayang di udara, menyusul Bagas yang berlari ke dalam kelas.
"WOY, WOY ... si Dara ditaksir berondong," seru Bagas heboh seraya mengacungkan kotak berwarna pink yang ada di tangannya, buat semua perhatian tertuju ke arahnya, "Cieee .... ditaksir berondong, ciee..."
"Ih, njirrr Bagas, lo mau gue tendang masa depan lo, hah?" ancam Dara masih berusaha mengejar Bagas yang sedang berusaha membuka kotak pink-nya.
"Balikin, nggak lo!" Dara hendak merebut kotak itu. Namun Bagas berhasil menghindar, kemudian ia membacakan surat kecil yang ada di dalam kotaknya.
"Kak Dara dimakan ya coklatnya, semoga Kakak suka ya. Emoticon love dan senyum. Ih, njirrr ... Ahahaha." Bagas tertawa ngakak setelah membacakan surat tersebut. "Uwo banget Dar, dedek gemes nya ngasih coklat," lanjut Bagas dengan sisa tawanya.
Yang selanjutnya sorakan "Cieee ...." terdengar memenuhi kelas.
"Ya ampun Dar, cute banget sih."
"Ih, jadi pengen lihat dede gemes nya yang mana."
"Pantesan si Tuti lo tolak, ya. Ternyata seleranya dede gemes yang cute."
Suara celotehan pun terdengar silih berganti, sedangkan Dara? Cewek itu menggeram menahan kesal, memandangi Bagas yang kini tengah tertawa dengan wajah tak berdosanya.
"Ko lo tega, sih Dar?" suara prihatin Dimas terdengar setelah cowok itu cukup lama diam. "Kurangnya gue apa sih, Dar? Ko lo tega malah memilih dia dibanding gue yang super guanteng ini," kata Dimas dramatis.
"Kamu Jahat, Dar." Dimas masih mendrama buat Dara semakin mengeram kesal.
"Kenapa, Dar? Kenapa lo malah memilih dia?" dan cowok itu sepertinya tidak mau berhenti, sebelum Dara menoleh ke arahnya, dan ....
"DIAM NGGAK LO!" bentak Dara, buat Dimas kicep seketika, lalu secara perlahan cowok itu termundur ke belakang.
"Udah Tut, udah. Tau diri aja." Bagas menghampiri Dimas seranya menepuk-nepuk pelan bahu cowok itu, sebelum ia melangkah ke depan mengembalikan kotak pink kepada pemiliknya.
"Anak gadis jangan marah-marah, nanti cepet tua," kata Bagas disertai kekehan kecil, tanpa memedulikan wajah Dara yang sejak tadi mengibarkan bendera perang ke arahnya.
Dan .... jangan lupakan suara ini ....
"Itu yang pake jepit hijau awas jangan sampe lepas," teriaknya di luar kelas yang berhadapan langsung ke arah lapangan utama yang kini sedang diisi kegiatan MPLS kelas sepuluh.
"Eh, Ren. Titip salam dong sama Dedek yang itu," teriaknya lagi.
"Jangan modus lo, Vin. Masuk kelas sana, udah bel." suara Rendi yang hari ini jadi panitia MPLS terdengar.
"Ya elah si Bapak, galak amat," katanya, lalu tidak lama kemudian wajah si pemilik suara itu menyembul di balik pintu dengan cengiran lebarnya, sebelum ia melangkah masuk dengan santainya seraya melambai-lambai riang.
Cowok itu langsung meloncat heboh ke arah belakang, reuni sama anak cowok lainnya, udah bertos-tos ria lalu saling berpelukan kaya teletubbies. Buatku geleng-geleng kepala. Sumpah, nggak ngerti pada ngapain.
Dan, sekali lagi. Aku hanya bisa menghela napas pasrah.
Ini seriusan?
Selama tiga tahun masa SMA-ku akan ku habiskan bersama mereka?
"WOY. Bengong aja lo." Dan ntah sejak kapan, makhluk tengil yang satu ini, kini sudah duduk di sampingku dengan cengiran lebarnya, buatku yang sejak tadi melamun mengerjap tersadar.
"Apa sih lo?" kesalku, dan si Kelvin hanya terkekeh kecil, sebelum tubuhnya berbalik ke belakang dan menyapa Nabila riang.
"Hallow, Bila." Suaranya terdengar nyaring, "Bil, kamu tahu nggak persamaan kamu dengan pagi hari ini?"
Nabila mengernyit, lalu menggeleng," Nggak tahu."
"Sama-sama terlihat cerah, namun terasa menyejukkan," katanya, yang langsung mendapat sorakan dari berbagai arah.
"Whoho, gas Vin, gas."
"Cie, Bila, Cie."
"Masih pagi, dah ngalus aja, lu."
Dan, Nabila? Seperti biasa gadis itu hanya tersenyum menanggapi tingkah Kelvin dan sorakan heboh yang lain.
"Gombalan lu basi banget. Nabila mana suka sama gombalan receh kaya gitu," cibir Dara yang duduk si sebelah Nabila.
"Tau, nih. Minggir! Duduk sana dibangku, lu." Yura datang_menarik baju Kelvin_setelah ia main game di pojok belakang.
"Kagak usah pake tarik-tarik baju gue segala, kali," protes Kelvin tak terima.
"Ya, makanya lo cepetan minggat dari sini, gue mau duduk. Noh Bu Fitri udah di luar sebentar lagi dia pasti masuk sini," ujar Yura membuat Kelvin yang hendak kembali berucap urung karena ternyata ucapan Yura benar.
Seperti biasa, kegiatan di hari pertama masuk sekolah adalah sesi perkenalan, dikarenakan wali kelasku sekarang Bu Fitri guru fisika kelas sebelas yang tidak pernah mengajar di kelas sepuluh. Jadi semua siswa-siswi benar-benar melakukan perkenalan seperti waktu kelas sepuluh dulu, dan untuk struktur organisasi kelasku tidak melakukan pemilihan ulang karena semuanya sepakat memilih Rendi sebagai ketua kelas, dan Dimas wakilnya-walaupun ada beberapa anak perempuan yang tidak setuju dan protes suruh diganti, tapi dikarenakan tidak ada yang mau mencalonkan dari, terpaksa Dimas terpilih kembali, lalu untuk bendahara masih Dara dan sekretarisnya juga masih Nabila.
~Bersambung.
Jangan lupa vomentnya ya❤🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Atika Story's (Selesai)
Fiksi RemajaKetika kepercayaan hilang, oleh penghianatan. Ketika penyesalan datang diiringi kehilangan. . . . "Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walau rasa itu belum tumbuh, tapi yang namany...