Haluuuuu
Apa kabar??
Kita bertemu lagi ... setelah sekian lama hehehe (author jangan nyengir, udah lama kau gantung kita-kita) 😭😭😭
Aku pernah cerita gak sih kalau cerita ini tuh berat banget?
Karena aku juga ngerjain cerita lain yg genrenya teenfict, fantasi, dan lain-lain jadi aku harus habis baca ulang work ini.
Buat dapetin feel kepenulisannya lagi.
Beradaptasi lagi karena gaya kepenulisan udah kecampur banyak genre, ini kan ff. 😭
Beda loh tulisan di work ini sama yang lain. 😭 Makanya itu aku harus masukin diri buat kembali ke tulisan ini.
Mengenai cerita yang berat, jadi tuh ... riset dan taktiknya itu berat banget. (Ah? Apanya sih, Kak? Gak paham.😭)
Baca aja dulu😭 baru paham...
Okeeee silakan membaca
Hal pertama yang Chunji lihat adalah sebuah langit cerah tanpa awan dan anehnya juga tanpa matahari. Alisnya berkerut menandakan silau, ia kemudian berpaling lalu mendapati Jennie tertidur di sampingnya.
Buru-buru ia bangkit dan melihat keadaan. Sekarang ia sadar jika mereka tengah tak sadarkan diri di atas sebuah rerumputan luas. Pikiran Chunji pening, ia mencoba mengingat sesuatu.
Terakhir kali adalah melihat semua orang terbius.
Ah sial!
"Bangun! Kalian semua bangun!" teriak Chunji sambil berdiri dan mengguncang tubuh Jennie dan Moonbin. Seperti Chunji mereka juga kebingungan saat sadar.
"Di mana ini?" tanya Moonbin panik sambil memegangi kepala.
"Amazon," jawab Sanha asal dengan muka polosnya.
"Kau bercanda??" Moonbin langsung menempeleng kepala adiknya itu.
"Sakit! Kau pikir otak cerdasku bisa kau ganti dengan motherboard laptop?!!" amuk Sanha lalu menoleh pada Jennie yang memperhatikannya. Pemuda itu langsung berpaling, ia melipat mulut ke dalam merasa malu.
Moonbin memasang wajah muak sambil mengangguk pada Sanha. "Jika itu bisa terjadi, sudah kuganti dari dulu. Aku lebih suka mempunyai adik seperti komputer yang akan mengerjakan semua tugasku, daripada adik tidak tahu diri sepertimu."
Taehyung menoleh, matanya menatap tajam pada Moonbin yang terus mengoceh. "Aku merasa dehidrasi, mendengar ocehanmu membuat tenggorokanku semakin kering."
"Jadi di mana kita?" tanya Eunwoo, satu-satunya yang berpikir atas kejanggalan semua ini di antara manusia-manusia bodoh, baginya.
"Aku tidak tahu," jawab Chunji masih mengamati. Mereka saat ini ada di tengah-tengah sebuah hutan dalam hamparan rumput hijau.
"Pakaian kita berubah," ucap Hanbin melihati pakaiannya.
Mereka pun turut memperhatikan.
"Dress kesayanganku ke mana?!!" pekik Jennie panik.
"Sumpah! Apa gunanya dressmu itu sekarang?" rutuk Eunji merasa tak habis pikir dengan Jennie.
"Tutup mulutmu," titah Eunwoo pada Eunji membuat gadis itu seperti tersedak angin.
"Kenapa selalu aku?!" tanya Eunji protes. Eunwoo melengos tak mau peduli lagi.
"Di mana orang tua kita?" tanya Hanbin ikut berdiri di samping Chunji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Youth Season 2
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Seberapa susah saat mencari teman yang benar-benar teman? Mungkin dulu punya, seorang teman yang mengerti apa adanya. Namun seiring berjalannya waktu dan kembali dipertemukan dengan teman di masa lalu, apakah akan berakhir sama...