Update cepat untuk 5 ribu pembaca, walau kalian tidak semua dari kalian memberikan saya vote, its ok, all is well. :)
Tapi tidak memberikan vote sama dengan kalian tidak menghargai tulisan saya.
Ah, mungkin kalian lupa.
Maka dari itu, agar tidak lupa. Bagaimana jika kalian mengeklik bintang sekarang? 😊
Sudah?
Oke, terima kasih.
Kalau masih tidak memberi vote?
Kalian tahu sendiri ..., kalian telah membuat seseorang kecewa, yah ... Author pundung deh. :(
Moonbin bersendekap tangan, berdiri di depan Sanha yang kini duduk di sofa. Dia seakan kembali menginterogasi Sanha, "Kau menyukai Jennie?"
"Bukan urusanmu," jawab Sanha malas yang berakhir dengan dia menyelonjorkan diri di atas sofa tanpa melepas terlebih dahulu sepatu yang ia kenakan.
"Oh seperti itu, bagus. Jadi jika Jennie menyukaiku tidak masalah," kata Moonbin dengan nada nakal, dia sengaja mengumpan adiknya itu untuk marah.
Sanha bangkit dari tidurnya, menatap sinis Moonbin yang sedang berdiri di sebrang meja. "Umur orang tidak ada yang tahu," jawab Sanha enteng membuat Moonbin menurunkan tangannya merasa tersinggung.
"Kau mendoakanku mati?" protes Moonbin yang dijawab dengan gudikan bahu oleh Sanha. "Siapa tahu, setelah bermimpi kau ... susah menjelaskannya."
Kuatkan Moonbin untuk tidak menerkam Sanha detik itu juga, niatnya membuat bocah itu marah kenapa jadi kena umpan balik?
"Sial!" umpat Moonbin dalam hatinya.
Moonbin langsung pergi dari sana, merasa kalah sendiri. Sedangkan Sanha hanya tersenyum dengan kemenangan.
"Kau tahu Hyung, sifat merajukmu tidak pernah berubah," kekeh Sanha lalu mengambil ponsel untuk mengirimi Jennie pesan.
Sementara Moonbin yang kini sudah berada di dalam mobilnya masih terdiam. Memikirkan sesuatu yang akan dia lakukan sekarang. Kembali ke apartemen sepertinya membosankan, dia seakan kehabisan kegiatan. Lalu dia mengecek ponselnya, melihat jadwal kencannya dengan para gadis yang ia kenal. Namun sialnya, tidak ada jadwal apapun hari ini.
Tapi saat melihat room chatnya bersama Seulgi, dia jadi mengingat gadis itu. Dengan segera dia menelfon Seulgi dan mengajak gadis itu keluar.
"Yah, kau ada acara hari ini?" tanya Moonbin setelah mendapat sapaan dari Seulgi di sebrang telfon.
"Tidak ada, aku ada di perjalanan selesai dari pameran."
"Oke, aku tunggu kau di Astro."
"Mendadak sekali?"
"Ah, aku merindukanmu," jawab Moonbin sambil tersenyum.
"Kau ... hentikan candaanmu Moonbin!"
"Yah, aku tertangkap," kekeh Moonbin. Sementara Seulgi di sebrang sana jadi menurunkan senyumannya. Dia tidak menyangka jika Moonbin tidak benar-benar merindukannya.
"Baiklah, aku tunggu ya. See you," setelahnya Moonbin mematikan telfon dan mulai menyalakan mobilnya.
Saat masih di perjalanan, telfon Moonbin kembali berdering. Dengan cepat dia memasang earphone bluetooth dan mengangkat telfon yang masuk.
"Oh, Yoojung, ada apa?" tanya Moobin setelah selesai dari keterkejutan karena di sebrang sana seseorang bernama Yoojung itu seakan memekik memanggil namanya.
"Jangan lupakan janjimu Boy!" Moonbin mengerutkan dahinya, mengingat janji apa yang sedang ditagih oleh Yoojung.
"Jangan bilang kau melupakannya!" Moonbin berdesis kala suara itu seakan menusuk gendang telinga.
"Jangan teriak! Telingaku sakit!" protes Moonbin.
"Maaf, aku tidak tahu."
"Kau memang tidak tahu apapun!"
"Aku tahu kau mencintaiku!" Moonbin terdiam. Dia jadi merasa bodoh sendiri saat ini. Bagaimana bisa dia menaklukkan semua perempuan tapi tidak bisa menaklukkan satu perempuan yang dia sukai?
Persetan dengan Kim Yoojung! Wanita itu dengan terang-terangan mengatakan tentang perasaan Moonbin tapi tidak pernah sekalipun membuka hatinya untuk Moonbin.
Perasaan Moonbin bukan mainan, dia bukan boneka yang bisa dipermainkan seenaknya dan menyuruh Moonbin melakukan apapun yang dia suka.
[Maaf mengingatkan kalian dengan kekey :) ]
"Sekarang kau diam," kata Yoojung membuyarkan pikiran Moonbin begitu saja. Kenapa Moonbin harus jatuh cinta dengan tetangga di apartemennnya itu.
Apakah ini disebut dengan, "Witing tresno jalaran soko kulino." Kata-kata yang berasal dari Indonesia, yang ia ketahui jika itu adalah bahasa jawa yang memiliki arti cinta tumbuh karena terbiasa.
"Hah? Apa? Tresno ... apa? Kau mengatakan apa Moonbin?" Moonbin menyunggingkan senyuman, Yoojung tidak mungkin tahu tentang bahasa Jawa yang ia katakan.
"Lupakan, kau bodoh dan tidak akan tahu," kekeh Moonbin berniat membuat Yoojung kesal.
"Kau menyukai gadis bodoh ini jika kau lupa!" kata Yoojung mengingatkan.
"Ternyata kau mengaku jika bodoh," kekeh Moonbin lagi.
"Kau benar-benar!"
"Ku tunggu di Astro, telat tanggung sendiri resikonya."
"Tidak! Kau harus ke apartemen."
"Ide bagus jika itu maumu, sambut aku dengan tubuh telanjang Yoojung."
"Ya!"
"Atau langsung aku telanjangi?"
"Jangan bercanda!"
"Baiklah, jangan berteriak lagi. Aku ke sana sekarang juga."
"Bagus, cepat kemari."
"Baik Tuan Putri," setelah Yoojung mematikan telfonnya Moonbin langsung menepikan mobil. Mengambil ponsel lalu mengetik sebuah pesan.
To : Seulgi
Maaf sepertinya aku tidak bisa, tiba-tiba aku ada keperluan mendadak.
Seulgi menggenggam ponselnya erat, matanya memanas kemudian. Dengan gerakan cepat Seulgi membalas pesan Moonbin.
To : My Deer
Tidak apa-apa, lagi pula aku belum sampai di Astro.
Setelah itu Seulgi langsung mematikan ponselnya, matanya yang sedari tadi memanas jadi mengeluarkan air mata. Yang mana kini mengalir begitu saja melewati pipi penuh rona milik Seulgi. Untuk kesekian kalinya, Moonbin membuatnya kecewa. Tapi kenapa, dia tidak mau berhenti mencintai Moonbin?
Dengan kasar Seulgi menghapus air matanya, berdiri dengan memakai kembali tas selempang miliknya kemudian berjalan ke sebuah kedai minuman.
"Aku beli satu kaleng soda," kata Seulgi yang kemudian memberikan uang pas pada lelaki di depannya untuk membayar soda. Dia membuka soda itu saat sudah di depannya. Meneguk lalu meringis akibat gelembung-gelembung yang menggelitik tenggorokannya. Setelahnya mengusap kasar hidungnya yang tiba-tiba merasa gatal.
"Astro tempat untuk bersenang-senang, Nona," kata lelaki penjaga kedai itu.
"Aku tahu," jawab Seulgi lalu meneguk habis soda yang ia minum dan melemparkan kalengnya pada tempat sampah dengan keras dan berikutnya dia pergi dari tempat itu.
"Aish, anak muda jaman sekarang," kata lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Youth Season 2
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Seberapa susah saat mencari teman yang benar-benar teman? Mungkin dulu punya, seorang teman yang mengerti apa adanya. Namun seiring berjalannya waktu dan kembali dipertemukan dengan teman di masa lalu, apakah akan berakhir sama...