Malam ini Jennie dan Taehyung yang baru saja sampai di rumah kakeknya langsung duduk begitu saja, semua orang yang sudah lama menunggu di meja makan melirik keduanya sebentar.
"Sudah berkumpul semua, ayo makan," kata sang kakek memulai.
"Tunggu Appa," tahan Luhan kemudian menatap anak lelakinya dengan lekat.
Taehyung yang merasa dilihati pun jadi menyerngitkan alis. Menatap bingung sang ayah.
"Sayang... Nanti saja, kita makan dulu," ucap Taeyeon memperingati. Membuat Jennie maupun Taehyung bingung dengan apa yang sebenarnya orang tuanya rencanakan.
Sang kakeknya tidak menghiraukan, dia berpikir sudah bukan lagi kuasanya mencampuri urusan rumah tangga anaknya. Toh, mereka sudah tua dan hanya perlu beristirahat setelah sekian lama mencari uang tanpa kenal waktu.
Taeyeon sudah berkepala empat, sudah saatnya dia mengatur semua urusan keluarganya. Begitu pun dengan Luhan, tapi bukan berarti dia yang selalu bersikap lembut pada anaknya tidak bisa keras juga.
Buktinya ketegasan Luhan cukup berpengaruh untuk kedua anaknya. Dengan embel-embel, "Belajar yang benar, masalah uang tidak perlu dipikirkan." Atau, "Pakai uang Appa sepuas kalian, tapi untuk hal-hal yang beguna." Dan akhirnya mereka berdua hidup dalam kecukupan, bahkan Jennie terkadang tidak menyentuh uang orang tuanya sama sekali, dia memiliki penghasilan sendiri karena dia adalah seorang model, tetapi semenjak dia pindah ke Korea dia bukan lah seorang model lagi. Di sini dia harus mencari koneksi lagi.
"Kau itu baru sembuh, kenapa masih memaksa untuk keluar?!" tanya Luhan dengan sedikit emosi karena tidak habis pikir dengan anak pertamanya itu. Kejadian yang menimpa Taehyung membuat Luhan dan Taeyeon langsung berangkat dari Amerika ke Korea. Mereka meninggalkan beberapa rapat penting karena putra mereka. Karena klien bisa dicari lagi, dan nyawa tidak bisa dicari lagi.
Taehyung yang sedang dimarahi pun hanya menunduk, dia tahu jika dia bersalah. Dia tidak akan banyak bicara, karena dia tahu, bicara akan membuat semuanya semakin rumit. Apalagi jika sang ibu ikut menyahuti.
"Tidak apa-apa, Appa. Oppa keluar bersamaku," kata Jennie menjawab. Taehyung menggeleng kecil sambil mendesah pasrah. Kapan Jennie akan memahami situasi seperti ini?
"Kau juga, seharusnya kau itu menjaga Oppamu. Melarangnya untuk pergi, dengan kau pergi bersamanya itu artinya kau juga mendukung Oppamu ini. Kau ingin Oppamu kesakitan lagi?"
Sudah Taehyung duga.
Jennie menggeleng sambil menggigit bibir bagian bawahnya dengan nyali yang menciut. Kali ini dia paham, dia tidak boleh berbicara lagi setelah ibunya menyahuti perkataannya.
"Jika kalian tidak bisa menjaga diri, lebih baik kalian tinggal bersama Kakek dan Nenek di sini," kata Luhan lagi memandang keduanya anaknya secara bergantian.
Luhan akan menjadi ayah yang paling mencemaskan anak-anaknya jika melihat keadaan seperti ini. Terkadang dia juga ingin hidup tenang tanpa mengkhawatirkan apapun. Tapi percayalah, bahkan istrinya sekalipun masih suka ceroboh. Bagaimana dia bisa mengabaikan semuanya? Dia adalah kepala rumah tangga. Sikap acuhnya dulu saat remaja benar-benar dia tinggalkan karena kini dia sudah memiliki tanggung jawab besar.
Jennie dan Taehyung kembali menggeleng. Taehyung sendiri pun tidak suka diatur, karena itu juga dia memisahkan diri dan tidak mau terikat oleh apapun.
Ketidaksukaannya pada orang tua ibunya itu terkadang kembali teringat. Dia ingin menghilangkan kebencian itu, tapi entah mengapa begitu sulit.
"Atau kalian ke Busan, hidup bersama orang tua Appa di sana." Dengan sangat ketara Jennie langsung menolak, menyilangkan kedua tangannya membentuk tanda 'X'.
Dia sudah nyaman berada di Seoul. Berteman dengan Nayeon dan menjadi teman sebangku Sanha.
Bicara soal Sanha, jantung Jennie jadi berdebar tak karuan. Dia langsung merutuk diri karena tiba-tiba jadi seperti ini. Apalagi saat dia tadi melihat Sanha, diam-diam dia memperhatikan lelaki itu, tersenyum sipu sendiri.
Akhirnya ada hari dimana dia bisa bertemu dengan Sanha selain di sekolah, waktu mereka berjumpa semakin banyak dan hal itu membuat Jennie jadi senang sendiri, dia tidak menyesal telah mengantar Taehyung hari ini.
"Kenapa kau senyum-senyum sendiri?" tanya Taeyeon menyelidik pada putrinya.
Jennie langsung tersentak, menyadari diri dengan malu-malu, membuat Taehyung mendengus melihatnya. "Dia sedang jatuh cinta," ceplos Taehyung santai. Jennie langsung membuka mulutnya tak percaya dengan perkataan kakaknya itu.
Bagaimana bisa dia dengan mudahnya mengatakan hal itu di depan orang tua mereka, padahal Jennie sudah mau membela kakaknya itu tapi kenapa sekarang lelaki itu malah menempatkannya di situasi yang sulit.
"Siapa?" tanya Taeyeon dengan nada yang cukup tenang membuat Jennie melirik ibunya itu pelan-pelan karena masih takut.
Jennie sudah akan membuka mulutnya untuk menjawab namun kalah cepat oleh Taeyeon,"Eomma harap kau tidak bermain-main dulu tentang cinta. Karena tidak semua lelaki bisa dipegang kata-katanya," katanya sekaligus menyindir sambil melirik suaminya.
"Kau tahu, itu sudah sangat lama dan kau kembali membahasnya di depan anak-anak, bahkan saat itu mereka tidak ada," protes Luhan pada Taeyeon yang masih saja mengungkit masa lalu mereka.
Memang pada dasarnya sekali perempuan disakiti maka akan terkenang selamanya kesalahan itu. Tidak peduli sudah berapa lama, maka perempuan pasti akan tetap mengingatnya seumur hidup mereka.
"Yah, tidak apa-apa, setidaknya Jennie tahu bagaimana dia harus berhati-hati pada setiap lelaki dan Taehyung tahu bagaimana dia harus bersikap sebagai lelaki." Luhan bungkam, dia tidak mau memperpanjangkan permasalahan ini, karena dia mau tidur dengan nyengak kali ini.
"Lagi pula, biar Eomma yang mencarikanmu lelaki Jennie. Setidaknya Eomma tahu, bagaimana perilakunya, orang tuanya. Jika dia menyakitimu maka akan dengan mudah untuk Eomma membalasnya. Jadi kau fokus sekolah saja." Jennie langsung terdiam, dia tidak tahu harus berkata apa lagi.
"Lebih baik, serahkan apa yang mereka suka. Kau jangan mencampuri urusan anak muda," tegur Luhan.
"Oh... Begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Youth Season 2
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Seberapa susah saat mencari teman yang benar-benar teman? Mungkin dulu punya, seorang teman yang mengerti apa adanya. Namun seiring berjalannya waktu dan kembali dipertemukan dengan teman di masa lalu, apakah akan berakhir sama...