Chapter 17

237 37 8
                                    

Jennie berjalan menuju ke dalam kelasnya, dia menendang angin kosong sambil terus menatap lantai koridor di bawahnya. Dia merasa sangat lelah, karena sehabis pulang sekolah dia langsung menuju rumah sakit di mana Taehyung dirawat. Hal itu membuat Jennie tidak banyak bicara. Dia malah cenderung diam.

Sanha jadi merasa canggung dengan diamnya Jennie, dia bahkan bingung untuk membuka topik di antara mereka. Meskipun Sanha membuka topik sekalipun dia akan mendapatkan jawaban singkat yang menjelaskan bahwa percakapan mereka cukup untuk tidak di lanjutkan.

Jennie terlalu menyayangi kakaknya itu. Bahkan kriteria untuk pacarnya saja dia menjadikan sang kakak sebagai standar. Hal ini dibuktikan dengan ketidak mauan Jennie untuk berpacaran jika tidak seperti Taehyung.

Lagi, lagi Taehyung. Jennie bahkan tak pernah melepaskan sosok itu dalam hidupnya. Walau faktanya dia selalu saja bertengkar dengan Taehyung. Hal itu semata-mata ingin membuat Taehyung mengkhawatirkannya, dia ingin Taehyung perhatian padanya.

Jennie termenung begitu lama, mengingat kakaknya sedang sakit dia menjadi patah semangat. Bahkan kedatangan Sanha di samping nya tak ia hiraukan.

"Hey..." Sapa Sanha saat dirinya sudah menduduki bangkunya. Dengan pandangan yang masih lurus ke depan Jennie berdehem. Rasa khawatir Sanha mulai muncul, bahkan tangannya ia lambaikan di depan wajah Jennie. Mata Jennie tak tergerak sama sekali dan hal itu semakin membuat Sanha takut.

Puk..

Cukup keras Sanha menepuk bahu Jennie, tak ada yang keluar dari gadis berambut panjang itu.

Namun lehernya tergerak dan memperlihatkan wajah mematikan untuk Sanha, dengan mata bulat yang membola besar. Bibirnya merenggut menandakan sang pemilik kesal. Bahkan kepalan tangannya seperti terlihat siap untuk meninju siapa pun.

"Kau ingin mati?" Perkataan itu terucap dengan penuh tekanan. Tangan Sanha otomatis berada di depan dadanya, berupaya untuk menahan apapun yang akan terjadi padanya.

Pikiran terburuk yang akan terjadi pada namja berpawakan tinggi itu sirna saat dengan santainya Jennie kembali memposisikan dirinya menghadap ke depan.

Namja itu merundukkan sedikit badannya berniat untuk melihat bagaimana sekarang raut wajah Jennie.

Wajah imut itu nampak begitu lesu. Dia bahkan meneteskan air matanya. Rasanya Jennie ingin sekali segera pulang saat ini. Tidak tahan dengan keadaan Taehyung saat ini.

"Kau kenapa? Mungkin aku bisa membantu." Suara Sanha begitu pelan dan tidak seperti ada paksaan.

"Aku ingin pulang." Cicit Jennie.

"Ini bahkan belum masuk dan kau ingin pulang?"

"Pulang." Ulangnya lagi.

Kini wajah Jennie sepenuhnya mengahadap ke arah Sanha, air matanya sudah membasahi kedua pipi Jennie.

Sanha jelas terkejut, namun dia tidak memperlihatkan keterkejutannya. Dia tidak bisa melihat seseorang menangis di depannya. Ayahnya selalu mengatakan untuk tidak membuat seorang yeoja menangis. Jika bahkan dia menangis hibur yeoja itu.

Dan satu-satunya hal yang bisa menghibur Jennie adalah mengajaknya pulang saat ini.

Tidak cukup sampai di sana, rasa khawatir Sanha semakin membesar. Pasalnya bukan minta untuk diantar ke rumah, Jennie malah minta untuk diantarkan ke rumah sakit.

Sampai di sana Jennie berjalan mendahului Sanha nyaris seperti meninggalkannya. Tapi Sanha terus mengikuti gadis itu. Meskipun dia harus berlari untuk mengejar Jennie yang sudah berjalan dengan cepat.

Love In Youth Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang