BAB 7 : Sebungkus Coklat dari Hati

524 107 15
                                    

07

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

07. SEBUNGKUS COKLAT DARI HATI

tataamll boleh difollow dulu akun author bro, and thank you so much untuk para pembaca yang tetap setia kasih vote buat cerita gaje ini T-T Intinya... aishiteru! Hehe

S e l a m a t M e m b a c a

#

Bocah berponi dengan setelan sekolahnya melangkah mendekati cermin, ia merapikan kerah seragamnya lalu beranjak duduk pada ujung ranjang, mengikat ulang tali sepatunya. Dirasa penampilannya sudah cukup rapi, Alisa berjalan keluar kamar. Sekilas ia melirik ke arah ruang makan, di mana keluarganya sedang berkumpul. Alisa membuang nafas pelan dan mempercepat langkahnya sambil berseru.

"Aku berangkat, Ma, Pa!"

Alisa berjalan begitu saja, melewati keluarga kecilnya yang sedang sibuk menyantap sarapan pagi mereka. Alisa yang biasanya menyempatkan diri untuk mencium punggung tangan kedua orang tuanya pun tak berniat untuk melakukan hal yang sama pagi ini. Entahlah, dirinya hanya masih terbayang-bayang akan kejadian kemarin malam.

"Makan dulu, Nak." Suara merdu Erika menghentikan langkah kecil Alisa, gadis kecil itu mendengus, di saat yang sama dadanya terasa nyeri.

"Enggak dulu, Ma." Alisa menolak.

"Padahal udah Mama siapin loh," kata Erika, "Mama masak banyak hari ini." Spontan Alisa langsung memutar tubuhnya. Ia melangkahkan kakinya menghampiri sang ibu.

Bagi Alisa sendiri, keluarga adalah kelemahan terbesarnya, sekedar menolak tawaran Erika saja ia tidak tega, benar-benar merepotkan.

Alisa menyodorkan sebuah tempat makan bernuansa jingga yang baru saja diambilnya dari rak piring. "Aku bawa buat bekal makan siang aja, Ma." Kedua sudut bibir Erika terangkat ke atas, wanita itu segera menyiapkan bekal makan siang untuk si sulung.

Erika menyodorkan kotak bekal ditangannya. "Dihabisin ya," pesan Erika. Alisa mengangguk kecil sembari melirik ke arah Hanan, Alisa mengernyit. Adiknya menjadi bocah pendiam pagi ini, dia tidak mengoceh seperti biasanya, itu aneh.

Ketika Alisa hendak memasukkan bekalnya ke dalam tas, Hanan bersuara, "Kakak mau berangkat bareng aku enggak?"

Alisa belum menjawab. Selesai berpamitan kepada Satya dan Erika, Alisa mencondongkan tangannya pada Hanan. Tidak juga melihat pergerakan dari si bungsu, salah satu alis Alisa terangkat ke atas. Gadis itu semakin menyodorkan tangannya, seolah memberi isyarat supaya Hanan segera mencium punggung tangannya.

Hanan mendengus sebelum mencium punggung tangan Alisa dengan kesal. "Mau enggak?" tanyanya sekali lagi.

"Lain kali, Kakak mau bareng temen," jawab Alisa. Tentu hanya alibi semata, terlalu malas jika harus berangkat bersama Hanan.

THIS ABOUT ALISA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang