Gila, mau up foto susah banget
Happy reading#
Alisa tersenyum sinis mendengar ucapan Alyas, dengan santai ia menjawab, "Terus gue harus apa? Koar-koar gitu, bilang ke mereka kalau Bokap lo enggak salah?" Ada jeda. "Lo bego apa gimana, sih? Bukannya semua yang mereka ucapkan itu benar, Papi lo seorang koruptor."
"Elo enggak bisa menghindari fakta, Alyas."
Mendengar jawaban enteng dari mulut pedas Alisa membuat hati Alyas mencelos keluar entah ke mana, gadis itu meringis kecil, tangannya bergetar. Dadanya ngilu kala Alisa memperjelas kata koruptor pada kalimatnya. Perasaan Alyas benar-benar dibuat hancur menjadi kepingan-kepingan kecil.
"Gue rasa gue ini sudah cukup bersikap baik sama lo, Alyas. Jadi jangan enggak tahu diri dengan minta lebih," lanjut Alisa, disusul tamparan kecil pada punggung dari sosok Melvin.
Memang kelihatannya Melvin adalah satu-satunya orang yang tampak acuh akan apapun itu jika menyangkut Alyas. Sayangnya semua itu sama sekali tidak benar, lagi pula hati kecil laki-laki penggemar berat anime itu tidak sedingin yang terlihat, nyatanya seorang Melvin adalah sosok yang paling pengertian di antara ketiganya. Melvin itu enggak tega-an, ia adalah seorang pemaaf yang memiliki hati seluas samudra.
Tatapan mata Alyas luruh, turun ke bawah. Setitik rasa percaya diri dalam dirinya hilang dalam sekejap. Alisa tidak salah kok, dia benar, ia memang tidak tahu diri.
"Maaf ya, Al, Vin," ucap Alyas. Untuk saat ini, mungkin hanya kalimat itu saja yang mampu Alyas utarakan, tidak lebih.
"Udahlah, enggak apa-apa, kok!" balas Melvin disambut senyuman Alyas. Senyuman spontan, senyuman tulus tanpa adanya sedikitpun paksaan, meski tak dapat ditepis bahwa tatapan mata gadis itu masih nampak sayu dan sendu. Seperti ingin menangis tapi sengaja ditahan.
Setidaknya terdapat suatu hal positif dibalik terjadinya peristiwa-peristiwa tidak menyenangkan belakangan ini, yakni ketiga remaja labil itu kembali dipersatukan oleh Tuhan, merangkai ulang tali persahabatan usang yang sudah lama putus. Mengganti tali itu dengan yang baru, tali yang lebih kokoh dan juga kuat hingga takkan ada satu orang pun yang mampu memutuskan tali persahabatan mereka, lagi.
Cerita mereka hari ini adalah bagian kecil dari skenario Tuhan, takdir sudah digariskan. Persahabatan antara Alisa, Alyas, dan Melvin jelas sudah dituliskan dengan matang, maka sejauh apapun Alyas mencoba untuk berlari pergi dia hanya akan menemukan Alisa dan Melvin sebagai ujungnya. Cukup sekali ini saja Alyas melakukan kesalahan, karena ia hanya akan terlihat bodoh bila melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya.
"HAHAHAHA!"
Alyas tergelak, gadis itu tampak mendongak sembari tertawa lepas di tengah heningnya suasana, bersamaan dengan itu buliran-buliran cairan bening turut berjatuhan membasahi pipi. Entahlah, tak paham lagi mau bagaimana mengungkapkan segala emosi dalam diri ini. Pokoknya Alyas bahagia sekarang!
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS ABOUT ALISA
Teen Fiction"Lo tuh ibarat sakit gigi ya? Datang dan pergi seenaknya, tanpa bisa gue kontrol ataupun gue larang." Lahir dari rahim yang sama namun dibesarkan dengan kasih sayang yang berbeda membuat Alisa menaruh rasa iri pada adiknya, keadaan mendadak berubah...