ALISA terbahak keras sampai-sampai membuat sudut matanya berair, tawanya perlahan mereda tergantikan segaris senyum tipis yang terpatri pada wajah angkuhnya. Sedangkan Hanan yang berada di sisinya tampak masih betah menertawai kejadian pagi ini, kejadian di mana sosok Aradean berlari tunggang-langgang dan berteriak keras saat mengetahui mobil barunya dipinjam tanpa ijin oleh Alisa.
"Enggak lupa kan, sama apa udah gue ajarkan?" tanya Alisa tanpa sedikitpun menoleh, irisnya masih terpaku pada ramainya jalanan padat di depan sana.
"Iya!" Hanan tersenyum puas. Kala lampu lalu lintas menunjukkan warna merah, Alisa menghentikan laju mobilnya, menatap Hanan dengan senyuman. Senyum yang terlihat seperti karakter antagonis di film-film.
"Jadi, kalau ada orang yang gangguin lo, lo harus bilang apa, Hanan?"
"Pengen banget gue buat cacat?"
Tepat sekali! Alisa merasa bangga sekarang, paling tidak Hanan dapat menjadi laki-laki yang jauh lebih kuat dari sebelumnya. Dulu, Hanan adalah salah seorang sasaran empuk untuk dijadikan bahan bullying, tidak perlu heran, Hanan itu manja, kelewat manja pokoknya! Alisa pikir semua perlakuan buruk itu sepadan untuk orang-orang lemah seperti Hanan.
Tapi, karena merasa iba dan mau bagaimanapun juga Hanan adalah satu-satunya orang yang harus Alisa jaga dengan nyawa. Akhirnya Alisa mengajari Hanan bagaimana cara melawan manusia-manusia rendahan kurang kerjaan itu, menunjukkan bagaimana cara Alisa mengusir mereka.
"Kalau dia ngelunjak?"
"Tonjok lalu banting badannya!"
Smart! Alisa diam-diam bersorak heboh dalam hati. Jadi, sudah cukup bertanya-tanya akan alasan kenapa tak ada seorang pun berminat menjalin pertemanan dengan Alisa terkecuali Alyas dan Melvin.
"Kalau datang orang kuker, cari perhatian, dan minta kenalan?"
Hanan nampak menatap kosong jalanan, dalam sekejap dia mengulas senyum ceria, sampai-sampai membuat manik si bandel itu menyipit. "Hallo, gue Hanan, semoga kita tidak bertemu lagi dan silahkan pergi."
Alisa menggeleng kecil, dan tersenyum. "Bagus, good job, younger brother! Lo emang Adik gue," katanya seraya mengusap surai lebat Hanan, yang diusap langsung tersipu. Kadang perlakuan manis Alisa masih terasa asing untuk Hanan, namun tak dapat dipungkiri bahwa Hanan juga senang. Saking senangnya Hanan sampai bingung mau bagaimana menyembunyikan semburat merah sialan di pipinya ini, ya Tuhan... bisa-bisa Hanan menjelma menjadi seorang gadis bila berlama-lama dengan sang kakak.
Menyadari mobil yang mereka tumpangi sudah mendekati gerbang sekolah, Hanan berkata, "Kak, berhenti di sini aja, sekolah enggak memperbolehkan mobil atau motor berhenti di depan gerbang sekarang." Peraturan konyol tahun lalu.
Alisa tidak menjawab, gadis itu langsung melorot gasnya.
"Da, Kak! Hati-hati!" pesan Hanan saat sudah berada di luar mobil. Alisa yang berusaha bersikap baik pada Hanan perlahan menurunkan kaca mobilnya.
"Hm, oke..." Alisa meringis, mengusap tengkuknya yang tidak gatal, ia merasa kikuk sendiri. "Have a great day, Hanan." Setelah mengucapkan kalimatnya sedan hitam elegan yang dibawa Alisa melaju kencang bak angin begitu saja, meninggalkan Hanan yang sedang berteriak kesetanan.
"KAK!! ITU ARTINYA APA?!"
Di sisi lain Alisa membuang napas lega, setelah beberapa kali datang ke psikiater Alisa menjadi lebih terkendali. Semua itu tak seburuk bayangannya, Alisa sungguh beruntung! Tiba-tiba saja gadis itu tertawa keras, entah apa yang ia tertawa kan.
Sekarang mata bulat itu dibuat-buat sendu. "Papa dan Mama, maafkan Alisa sudah lancang. Tapi, aku akan mendidik Hanan dengan cara ku sendiri, jangan khawatir, ini enggak akan buat Hanan kembali diinjak-injak."
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS ABOUT ALISA
Подростковая литература"Lo tuh ibarat sakit gigi ya? Datang dan pergi seenaknya, tanpa bisa gue kontrol ataupun gue larang." Lahir dari rahim yang sama namun dibesarkan dengan kasih sayang yang berbeda membuat Alisa menaruh rasa iri pada adiknya, keadaan mendadak berubah...