🌳Bagian 18🌳
"Lang, aku mau ngomong" ucap Raya ketika eyang Erlangga sudah memejamkan mata.
Tadi ketika Raya dan eyang Erlangga saling memeluk untuk sama-sama menguatkan, tiba-tiba dokter datang dan berkata akan mengecek kondisi pasiennya. Dan eyang Erlangga harus beristirahat setelah dokter berikan obat.
"Mau ngomong apa?" tanya Erlangga sambil melihat gadisnya.
"Di luar aja, ya!" setelah mengatakan kalimat tersebut, Raya berjalan keluar ruangan dan diikuti Erlangga di belakangnya.
Saat mereka suda berada di luar, Erlangga mengerti semuanya. Di balik raut tenang wajah Raya, ada kecemasan yang luar biasa.
"Kenapa?" satu kata dari mulut Erlangga yang membuat Raya ragu untuk bersuara.
Erlangga bisa menebak ini semua, ia hanya pura-pura tak mengerti agar gadisnya mengutarakan sendiri.
Tiba-tiba Raya merasa ada yang memegang tangannya, "Hei, ngomong aja gapapa"
Hening. Raya tetap tak mau bersuara. Sampai akhirnya perkataan yang ia dengar membuat hatinya bergetar.
"Gapapa, pulang aja."
"Lang.." belum sempat Raya bersuara, Erlangga sudah memotong perkataannya.
"Aku bisa di sini sendiri"
"Lang" kini, bukan Erlangga yang memegang tangan Raya, tapi Raya yang menyelimuti tangan besar yang haus akan kehangatan.
"Tadi bang Cakra telpon, katanya besok papa ke sini. Gatau kenapa tiba-tiba ada rapat di Yogya. Aku harus sama bang Cakra karena papa taunya aku ke Yogya sama dia"
Raya sengaja menjeda ucapannya hanya untuk mengetahui bagaimana respond dari Erlangga. Tetapi lelaki itu hanya tersenyum sambil memandangnya.
"Lang, kok diam aja" ketika Raya mengatakan itu, Erlangga dibuat gemas saja.
"Terus aku harus gimana?" ucap Erlangga sambil tertawa.
"Ya gak gimana-gimana, tapi gak diam aja juga"
Tuh kan, memang lelaki kodratnya selalu salah di depan wanita. Tapi di balik itu semua, Erlangga tau jika Raya tidak tega kepadanya.
Erlangga melangkah maju dan mengikis jarak diantara mereka, kemudian ia merengkuh Raya ke dalam pelukannya.
Sejenak mereka tidak ada yang bersuara, sampai akhirnya suara Erlangga kembali terdengar di telinga Raya.
"Bukan kewajiban kamu untuk berada di sini, jadi gak bakalan ada konsekuensinya jika kamu pergi."
Lagi-lagi belum sempat Raya menjawab, suara Erlangga terdengar kembali.
"Kamu jangan buat seolah-olah aku bakal kenapa-kenapa tanpa kamu. Aku gapapa kok sendiri"
Mendengar perkataan Erlangga, Raya langsung melepas pelukannya dan berkata, "Nggak gitu maksud aku lang..."
"Iya aku tahu sayang" kata Erlangga yang sukses memunculkan rona merah di kedua pipi Raya.
Dan Erlangga tertawa dibuatnya. Entah mengapa melihat gadisnya tersipu malu seperti ini membuatnya gemas saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Terindah
Teen FictionTerimakasih semesta. Kau mengirimkannya untuk ku, Disaat yang tepat. Sekarang,aku menemukannya. Aku mempunyai alasan untuk bertahan. Tapi waktu, Mengapa kau mengambilnya dariku? Mengapa kau merampas cahaya dari hidupku? Salahku apa? Tak bisakah kau...