15

26 5 0
                                    

🌳Bagian 15🌳

Ternyata harapan itu menyenangkan,
Tapi kenyataan tak semenyenangkan yang dibayangkan,
Bahkan lebih parahnya dia menyakitkan.

📒

Raya membuka pintu rumahnya, dan hal pertama yang ia lihat orang tuanya berada di ruang tengah rumah mereka.

Raya berjalan mendekat dan mencium tangan mereka bergantian. Ia melihat arloji yang melingkar di tangannya masih ada waktu 12 menit tersisa. Ia akan menggunakan waktu itu semaksimal mungkin. 2 menit untuk meminta izin, 2 menit untuk siap-siap, dan 8 menit lagi untuk sampai di stasiun. Keuntungannya di sini jarak rumah Raya dari stasiun Gubeng lumayan dekat. Jadi ia bisa meminimalisir waktu untuk sampai ke sana.

Raya menarik nafas sebelum akhirnya membuka suara. "Pa, hari ini Raya boleh pergi ke Yogya sama Erlangga?"

Raya memejamkan matanya sebentar, takut jika papanya tidak mengizinkan ia berangkat. Dan ketika ia tak mendapat respon dari papanya, Raya melihat mamanya dengan raut memohon, seolah ia berkata 'ma bantuin Raya'

Eca yang mengerti raut wajah putrinya mengangguk sambil tersenyum tanda ia menyemangati Raya untuk meneruskan perkataannya.

"Eyang langga sakit pa dan dia harus pergi ke Yogya sendirian. Raya mau nemenin"

Setelah mengatakan itu Raya melihat arlojinya. Oke ini tak seperti yang ia bayangkan. 2 menitnya sudah berlalu dan sekarang ia masih belum mendapat izin dari papanya. Mengapa ia merasa waktu berjalan begitu cepat.

"Gak boleh" jawaban papa Raya membuatnya menghela nafas panjang.

Tapi Raya tak menyerah sampai di situ. Ia terus mencoba meyakinkan papanya. "Pa lagian kan Jumat besok tanggal merah, jadi ada waktu 3 hari"

Surya menaruh sembarangan tablet yang awalnya ia bawa untuk melihat email yang masuk dari rekan bisnisnya. Lalu ia berdiri dari duduknya. "Sekali enggak ya enggak! Kamu itu masih Sma udah mau pergi sendiri sama cowok. Ini pakek ke luar kota segala. Pokoknya enggak! Di rumah aja"

Raya yang melihat papanya berdiri ikut berdiri, "Pa, Raya udah gede. Raya bisa jaga diri. Lagian kenapa sih, kan Raya cuma mau nemenin Erlangga. Kasihan dia sendirian. Dia gaada siapa-siapa pa"

Satu air mata lolos dari pelupuk mata Raya, dan bersamaan dengan mengalirnya darah dari lubang hidung gadis itu.

Ketika Surya akan menyahuti perkataan putrinya, tangan Eca memegangnya pertanda jika sudah cukup. Tapi Surya tak menghiraukan itu.

Surya menunjuk Raya, "Kamu lihat kondisi kamu. Kamu itu gak boleh kecapekan. Pokoknya gak boleh pergi!"

"Papa jahat!" ucap terakhir Raya kemudian berlari menuju kamarnya.

📒

Jam sudah menunjukkan pukul 16.58 dan sekarang Erlangga sudah berada di stasiun sedang menunggu gadisnya. Ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada Raya.

Ketika kereta akan berangkat, Raya masih belum menunjukkan batang hidungnya di depan Erlangga. Sampai orang-orang yang satu tujuan dengan Erlanggapun menaiki kereta, Raya belum juga datang. Akhirnya Erlangga memutuskan untuk menunggu Raya di dalam kereta, dengan harapan Raya segera sampai.

Bintang TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang