17

7 3 0
                                    

🌳Bagian 17🌳

Cakra sedang berada di gedung pernikahan Agsa. Ia sedang melihat-lihat orang yang mempersiapkan pernikahan agsa, sahabatnya. Ya, hanya sekedar melihat.

Sampai tepukan pundak membuatnya mengalihkan perhatian kepada sang pemilik tangan. Dan sang puan tak lain adalah sahabatnya yang besok akan melepas masa lajang dengan wanita pujaan.

"Lo masih kenal sama gue cak?" tanya Agsa setelah mereka melakukan rutinitas ketika bertemu, Berpelukan, Tapi hanya sebentar.

"Aduh, pangeran banyak gue besok mau nikah aja nih. Perempuan mana sih yang mau sama pangeran banyak"

"Banyak, banyak apasih cak. Banyak lawan kata sedikit? Gak ada pangeran gituan bambang" ucap Agsa protes, karena ia tak mengerti yang diucapkan sahabatnya.

"Bukan banyak itu Agsa Pranata Hadikusuma!, tapi bahasa jawa dari angsa. Lo mah mentang-mentang sekarang udah domisili Jakarta ya main lupain bahasa ibu aja" Ucap Cakra yang tak paham lagi dengan manusia di sampingnya.

"Ya maaf pak dokter. Maklum lah manusia tempat lupa. Gue gak sepinter otak dokter lo" jawaban yang dikeluarkan Agsa membuat mereka berdua tertawa.

"By the way, lo ngapain ngadain resepsi di Yogya. Kan domisili lo sekarang udah di Jakarta?" tanya Cakra yang memang tak mengetahui apa-apa.

"Calon gue asalnya dari Yogya, jadi gue ngadain resepsi di sini"

"Oh" hanya itu yang keluar dari mulut Cakra ketika ia mendengar jawaban dari Agsa.

"Jadi, pedang pora nih besok?" tanya Cakra lagi.

"iya dong" jawab Agsa sambil tertawa.
"Pak dokter kapan nyusul nih"

Kalimat yang Cakra dengar membuat nafasnya tercekat. Dan Agsa tertawa terbahak melihat jawaban ekspresi yang Cakra berikan

Sialan

"Btw evan mana nih" tanya Agsa yang tak melihat batang hidung satu sahabatnya itu.

"Yang udah punya istri mah beda kali sa, palingan evan lagi manja-manjaan sama istrinya di kamar hotel" jawaban yang Cakra berikan membuat Agsa tertawa.

"Lo beneran gak mau nyusul kita cak?" tanya Agsa untuk yang kesekian kali

"Bukannya gue gak mau. Tapi gimana lagi dong, belum diketemuin sama calonnya"

Perkataan yang Cakra lontarkan membuat Agsa melihat sahabatnya prihatin.

Bisa dikatakan Cakra sosok lelaki sempurna. Pintar, ganteng, kaya, hanya saja masih jomblo. Memang setiap orang tidak ada yang sempurna. Sebanyak apapun kelebihan yang ia punya, pasti memiliki kekurangan.

Tiba-tiba ponsel Cakra berbunyi, dan tertera nama papa di sana. Tanpa menunggu lama, Cakra mengangkat panggilan telepon itu.

"Hallo Assalamualaikum pa"

"Waalaikumsalam. Cakra, kamu udah sampai Yogya?"

"Udah pa"

"Syukur kalau begitu, Raya mana?"

Cakra menegang ketika papanya menanyakan hal yang tak ingin ia dengar. Dan cara terbaik untuk menghindari pertanyaan adalah dengan menjawabnya dengan pertanyaan pula.

Bintang TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang