🌳Bagian 21🌳
Hal yang kamu anggap baik-baik saja
Sebenarnya ada apa-apanya
Kamu perlu melihat hal yang tak terlihat
Agar mengerti semuanya~
Hari Senin merupakan hari yang paling dibenci semua siswa. Entah kenapa, tapi paling banyak alasannya adalah karena upacara.
Saat ini upacara adalah hal yang ditakutkan, tapi bisa dipastikan suatu saat nanti upacara adalah hal yang paling dirundukan. Karena sejatinya hal yang biasa dibenci, di kemudian hari ialah hal yang paling dikenangi.
Biasanya setelah upacara para guru mengadakan rapat. Dan jam pelajaran yang seharusnya dimulai pada 07.05 harus mundur kurang lebih 30 menitan.
Kesempatan seperti itu dimanfaatkan oleh para siswa pergi ke kantin beli jus karena kehausan setelah upacara, ada yang membeli sarapan karena tak sempat katanya, bahkan ada juga yang memilih untuk tidur di kelas karena kelelahan hormat kepada bendera.
Tapi lain halnya dengan para siswa kelas 12 mipa 5. Mereka bukannya menikmati molornya jam pelajaran seperti siswa pada umumnya malah duduk di bangku masing-masing sambil menghadap buku fisika.
Ya, hari ini di jam pertama kelas mereka adalah pelajaran fisika, dan sialnya akan diadakan ulangan dadakan.
Niko yang menjabat sebagai ketua kelas, baru diberi tahu oleh pak Hari-guru fisika kelas mereka- ketika upacara berakhir tadi. Mereka tidak sengaja bertemu di koridor.
"Aduh aduh tolongin gue!"
Perkataan yang sangat kencang itu sukses membuyarkan fokus para siswa 12 mipa 5 yang sedang berkutat dengan bukunya.
Perhatian mereka semua langsung teralihkan kepada sang pemilik suara.
Tama panik ketika mendengar Sabil berteriak dan memegang lengannya, "Lo kenapa bil?!"
"Tolongin ini!" ucap sabil yang sekarang mengalihkan tangannya dari lengan Tama ke puncak kepalanya.
"Kenapa? Lo pusing?"
Tama dibuat kelabakan sendiri oleh tingkah sahabatnya ini. Tapi hal itu tak berarti untuk Erlangga, Gara, dan juga Niko yang berada di bangku depan mereka. Mereka bertiga sudah tau kelakuan dari satu sahabat ajaibnya ini.
"Otak gue mau meledak, tolong!"
Jawaban yang diberikan Sabil sontak membuat Tama mengeplak kepala sahabatnya itu.
"Ih peak, gue kira lo kenapa"
"Maaf ya semuanya, stress sabil kumat" ucap Tama kepada seluruh teman kelasnya yang dari tadi memusatkan perhatian kepada mereka berdua.
"Lo gak lihat kepala gue berasap Tam?"
Sabil berkata sambil menunjuk kepalanya. Sedangkan tama sudah memicingkan matanya kepada sahabat sekaligus teman sebangkunya itu.
"Otak gue udah panas karena sinar matahari saat upacara tadi, eh saat masuk kelas waktunya pendinginan malah ada ulangan mendadak. Makin panas nih. Tam tolongin gue tam!"
Sabil yang semakin liar karena ia menggoyang-goyangkan lengan Tama membuat sang empunya tangan risih dan tak bisa fokus menghapalkan rumus-rumus yang sangan rumit ini.
"Berisik" Ucap Tama sambil berdiri lalu sedetik kemudian ia berjalan ke arah bangku Niko yang kebetulan sebelahnya kosong karena sang pemiliknya sedang belajar bersama di bangku temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Terindah
Teen FictionTerimakasih semesta. Kau mengirimkannya untuk ku, Disaat yang tepat. Sekarang,aku menemukannya. Aku mempunyai alasan untuk bertahan. Tapi waktu, Mengapa kau mengambilnya dariku? Mengapa kau merampas cahaya dari hidupku? Salahku apa? Tak bisakah kau...