Bagian 23
Saat ini Eca dan Surya sedang dalam perjalanan menuju makam Rina. Tidak ada obrolan di antara mereka. Sampai akhirnya mobil yang mereka kendarai berhenti di salah satu toko bunga yang ada di Surabaya.
Sebelum Surya turun dari mobil ia berkata, "Papa mau beli bunga dulu"
Eca hanya mengangguk, kemudian ia melihat suaminya keluar dari mobil dan masuk ke dalam toko bunga tersebut.
Beberapa menit kemudian Surya kembali dengan sebuket bunga tulip merah di tangannya. Bukan hanya itu saja, senyum yang tak bisa dideskripsikan itu juga terpapar di wajah tegasnya.
Ketika sampai di salah satu tempat pemakaman umum di kota Surabaya mereka turun dan berjalan beriringan. Surya melihat kanan kiri hanya ada sepi. Ratusan batu nisan sudah mereka lewati, tetapi langkah kaki istrinya itu belum juga berhenti.
"Ma, masih jauh?"
"Sebentar lagi" jawab Eca sambil terus melangkah.
Sampai tiba-tiba langkah Eca terhenti karena dering ponselnya berbunyi. Ketika ia melihat siapa sang pelaku ternyata anak bungsunya yang menelepon.
Eca melihat suaminya kemudian berkata, "Papa duluan aja, tinggal lurus kemudian belok kiri. Makam Rina sebelah pohon kamboja. Mama mau angkat telepon dari Raya dulu"
Kali ini Surya yang mengangguk. Perlahan ia berjalan ke arah yang diinstruksikan oleh istrinya barusan. Lagi-lagi yang ia lihat hanya luasnya tanah makam dan ribuan batu nisan. Sampai akhirnya ketika ia belok kiri dari persimpangan jalan makam, ia melihat ada sesosok lelaki yang bersimpuh di sebelah nisan yang bertuliskan nama yang ia cari.
Awalnya Surya akan berjalan mendekat, tetapi ia dibuat membeku terlebih dahulu ketika tahu siapa sosok itu. Lelaki yang bersimpuh di bawah batu nisan Rina tiba-tiba tertawa sambil memalingkan muka. Dan pada saat itu juga Surya bisa melihat jelas wajah anak dari sahabatnya.
Surya bisa menduga jika itu adalah anak dari Rina karena ia juga bisa mendengar jelas apa yang lelaki itu katakan. Kata mama yang keluar dari mulutnya, raut wajah sedih yang terpampang jelas di mukanya, itu semua sudah menjelaskan segalanya.
Sampai ketika lelaki itu mengecup nisan Rina dengan penuh sayang lalu pergi dari sana, Surya masih membeku. Ia hanya mampu berkata, "Jadi Angga itu Erlangga?"
Pertanyaan itu ditujukan untuk dirinya sendiri. Ia masih belum menyangka dengan semua kenyataan ini. Ternyata anak dari sahabatnya adalah pacar dari anaknya sendiri. Ternyata memang dunia sesempit ini.
Di tengah pikirannya yang berkelana ke sana ke mari ia dikagetkan dengan kehadiran istrinya yang tiba-tiba.
"Belum ketemu pa?"
Bukannya menjawab Surya malah bertanya balik, "Jadi Angga itu Erlangga pacar Raya?"
Eca kaget dengan pertanyaan yang dilontarkan Surya. Tetapi sedetik kemudian ia menjawab, "Iya"
Ketika Surya mendengar jawaban dari istrinya, ia langsung melihat Eca dan berkata, "Jelasin semuanya ma, dari awal"
...
Suara pintu dibuka membuat perhatian Surya teralihkan dari album-album yang ada di tangannya. Dan senyum secerah mentari terbit ketika orang yang ia lihat adalah orang yang ditunggunya dari tadi.
"Tumben baru pulang?"
Tanya Surya kepada putri bungsunya ketika gadis itu sedang menyalami tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Terindah
Teen FictionTerimakasih semesta. Kau mengirimkannya untuk ku, Disaat yang tepat. Sekarang,aku menemukannya. Aku mempunyai alasan untuk bertahan. Tapi waktu, Mengapa kau mengambilnya dariku? Mengapa kau merampas cahaya dari hidupku? Salahku apa? Tak bisakah kau...