10

29 5 2
                                    

🌳Bagian 10🌳

Hari ini Erlangga ziarah ke makam mamanya setelah pulang dari rumah Raya. Ia membawa satu buket bunga tulip merah yang merupakan bunga kesukaan mamanya.

Ketika tiba disana ia melihat sudah terdapat bunga lily masih segar. Sepertinya baru ada yang mengunjungi wanita yang disayanginya. Tapi entah siapa.

Erlangga bersimpuh di hadapan nisan yang bertuliskan nama wanita yang telah melahirkannya dan meletakkan bunga tulip itu di sebelah bunga lily.

Lalu ia membacakan doa sebelum akhirnya berbicara "Mama apa kabar? Erlangga kangen mama, tapi Erlangga sedang berusaha untuk ikhlasin mama. Bantu Erlangga dari sana ya ma, bantu Erlangga supaya erlangga kuat di sini."

Erlangga menjeda ucapannya karena rasa sesak tiba-tiba memeluknya. "Ma tau gak, Erlangga udah buat kesalahan karena berfikiran yang tidak-tidak sama raya. Erlangga waktu itu juga bentak raya ma tanpa Erlangga tanya yang sebenarnya...

...tapi Erlangga mau memperbaiki itu semua, semua kesalahan yang udah Erlangga perbuat. Doain ya ma."

Setelah mengatakan itu Erlangga mengelus nisan rina sebelum akhirnya ia pergi dari sana.

📒

Setelah jam istirahat berbunyi Erlangga pergi ke kantin bersama teman-temannya. Erlangga sebenarnya malas tapi ia tak menolak ajakan temannya siapa tau ia bisa bertemu raya di sana.

"Lo cari siapa sih lang, celingak-celinguk dari tadi?" tanya Tama yang melihat Erlangga tak tenang.

"Eh enggak"

"Btw nanti lo ikut latihan kan lang, yakali si kapten ga ikut" kini giliran Sabil yang bersuara.

"Meskipun Dbl masih 2 bulan lagi sih, tapikan kita harus rajin latihan" Niko yang mendengar sabil mengatakan itu, ikut membujuk Erlangga agar mau latihan.

Gara yang mendengar teman-temannya membahas basket hanya bisa menyimak, karena memang ia tak tau apa-apa soal permainan bola besar itu.

"Iya gue ikut" dan jawaban Erlangga kali ini membuat Niko,Tama dan Sabil ber higfive.

"Yaudah gue mau ke toilet dulu" setelah mengatakan itu Erlangga melangkahkan kakinya menuju toilet.

Di persimpangan koridor Erlangga melihat Raya sedang menghindari seorang cowok yang dari tadi mengikutinya.

"Ray, sini aku bantu ya!" ucap cowok itu sambil mengambil alih buku yang Raya bawa

"Gausa aku bisa sendiri"

"Gapapa siniin" keukehnya sambil mengambil alih buku-buku itu. Tapi dengan sigap Raya menghindarinya.

"Ray sini aku mau bantu, itu berat lo" ucapnya lagi sambil terus mengikuti raya.

Raya akhirnya menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap seseorang itu "Banyu Biru Labiandra, udah aku bisa sendiri oke! Mending kamu ke kantin aja aku nitip air mineral satu"

Setelah mengatakan itu Raya melanjutkan langkahnya. Baru tiga langkah ia berjalan Raya berbalik "Da Banyu, ketemu di kelas ya" ucapnya sambil melambaikan tangan ke Banyu.

Sepanjang jalan ia tertawa sendiri, ia tau jika Banyu tidak akan menolak keinginannya. Maka dari itu ia menyuruh Banyu ke kantin agar tidak mengikutinya terus.

Saking serunya ia tertawa sampai-sampai tak sadar jika sedang menginjak gundukan lantai.

"Aww" ringisnya merasakan tubuhnya terjatuh.

Ketika ia memunguti buku-buku itu tiba-tiba ada tangan yang membantunya.

"Banyu kan udah aku suruh ke kantin" ucapnya sambil melihat sang empunya tangan

Deg

Tatapan itu. Kenapa melihatnya sangat sesak.

"Aku Erlangga bukan Banyu" ucap Erlangga sambil memberikan buku yang ia ambil tadi.

Raya segera berdiri sambil menerima buku dari Erlangga "Makasih" setelah mengatakan itu Raya segera pergi dari sana. Tapi ada tangan yang menahannya.

"Ray, aku mau ngomong" sebelum Raya menjawab Erlangga sudah menarik tangan Raya menuju taman sekolah.

Erlangga memilih kursi taman di bawah pohon beringin itu.

Sampainya mereka di sana, tidak ada yang memulai pembicaraan. Mereka masih sama-sama canggung.

"Ray" ucap Erlangga

Kalimat pertama yang diucap Erlangga membuat Raya menegang. Sampai ia harus menutup matanya.

Ingin rasanya ia menangis dan mengatakan jika ia rindu sosok ini. Tapi sebagian dirinya memaksa untuk menjauh semenjak kejadian di uks waktu itu.

"Aku minta maaf"

Kali ini suara yang Raya dengar serak. Apakah selemah itu Erlangga? Ada apa? Apa yang membuatnya sampai sedih seperti ini?.

Begitu banyak pertanyaan yang muncul di kepala Raya, tapi gadis itu memilih untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan Erlangga.

"Aku tau aku salah udah bentak kamu waktu itu. Maafin aku. Jujur apa yang aku katakan ke kamu waktu itu bertolak belakang banget sama hati aku."

"Aku bilang gitu ke kamu karena aku cemburu Ray. Aku liat kamu pelukan sama cowok waktu itu di depan rumah aku..."

"... Dan gilanya aku gak tanya ke kamu dia siapa, malah berfikir yang enggak-enggak."

"Tolong maafin aku"

Ketika tak mendapat jawaban apapun dari Raya, Erlangga melanjutkan penjelasannya.

"Aku gatau kenapa gini Ray, selama ini aku belum pernah kayak gini sama siapapun. Aku gabisa liat kamu terlalu deket sama orang lain, karena aku sayang kamu. Aku gamau lagi kehilangan orang yang aku sayang."

"Tolong maafin aku. Please ngomong Ray."

Erlangga tidak tahu saja dari tadi Raya tidak berbicara karena ia menahan isak tangisnya. Raya bisa merasakan betapa sedihnya Erlangga.
Raya tau cowok itu sekarang sedang rapuh karena dia sendirian. Dan dia butuh Raya.

Erlangga merasakan ada yang memegang tangannya "Aku maafin kamu"

Kali ini tangan mungil itu berpindah menghapus air matanya "Aku juga sayang kamu. Sekarang kamu gabakal sendiri, ada aku di sini."

"Udah ah jangan nangis, masak Erlangga cengeng. Mana Erlangga yang aku liat gebukin cowok waktu itu." Goda raya kepada Erlangga

"Kan itu juga gara-gara kamu" jawab Erlangga

"Kok aku?" tanya Raya bingung. Pasalnya ia tak pernah menyuruh Erlangga berantem bahkan gebukin anak orang.

"Ya gara-gara aku liat kamu pelukan sama Bang Cakra jadi aku luapin amarahku sama si Dino" jelas Erlangga tanpa rasa bersalah.

"Kamu udah tau kalau dia abang aku?" tanya Raya lagi.

"Kalau aku gatau, gak mungkin aku di sini minta maaf sama kamu"

Mendengar jawaban Erlangga, Raya memukul lengan cowok itu menggunakan buku. "Dasar resek!"

Tiba-tiba Erlangga membawa Raya ke dalam pelukannya. "Aku sayang kamu"

"Ih lang ini di sekolah" Raya mencoba melepaskan diri dari rengkuhan Erlangga. Tapi percuma itu sia-sia.

"Biarin" jawaban singkat dari Erlangga membuat Raya pasrah.

"Aku juga sayang kamu"

Setelah mendengar kalimat itu Erlangga langsung melepaskan Raya "Jadi sekarang kita jadian?"

"Emang kamu nembak aku?"

TBC

Huaaa kok Erlangga cengeng :)))

18 Maret 2020

Bintang TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang