Di Bandara internasional Adisucipto penuh yang penuh keramaian orang yang berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing.
Tengah-tengah keramaian itu, seorang pemuda yang masih berumur 12 tahun dengan rambut pendek hitam berantakan, berkulit coklat dengan rona pucat atau sering disebut dengan kulit sawo matang oleh orang-orang Indonesia.
Tubuh pemuda itu tegap dan terlihat sedikit berotot. Otot-otot yang kencang itu terlihat sangat terlihat jelas di kedua lengannya karena tidak terlindungi oleh pakaiannya berupa kaos casual.
Hal itu dikarenakan tubuh pemuda itu memiliki sesuatu yang cukup unik sehingga membuat tubuhnya menjadi terlihat sangat berbeda dengan tubuh seorang pemuda berumur 12 pada umumnya.
Hanya pemuda itu sendiri yang mengetahui hal unik dalam tubuhnya sedangkan orang-orang tidak mengetahui hal tersebut karena dia tidak pernah membicarakan sama sekali tentang tubuh uniknya pada siapa pun termasuk pada kedua orang tuanya.
Orang-orang, termasuk kedua orang tuanya hanya melihat tubuhnya yang terlihat sangat berbeda dengan pria di usia pemuda itu karena hasil dari olahraga rutin yang dilakukan oleh pemuda itu.
Depan pemuda itu terdapat dua orang yang lebih tua darinya, pria dan wanita. Sang Pria memiliki warna kulit yang sama dengannya, rambut yang sudah memiliki beberapa helain uban di rambutnya dan kumis yang sedikit berantakan menghiasi tepat di atas bibir dan bawah hidung pria itu.
Sementara itu sang perempuan memiliki warna kulit cerah, warna yang biasa terlihat oleh perempuan-perempuan Jepang. Hal itu terjadi karena perempuan itu memang berasal dari negara Jepang.
"Ken-chan, yakin tinggal sendiri, tidak ikut papa, mama?" Tanya perempuan berkulit cerah itu dengan sedikit logat Jepang masih ada dari ucapannya, meskipun dia sudah tinggal di Indonesia lebih dari 10 tahun dan sudah berkewarganegaraan Indonesia.
Pemuda yang dipanggil Ken, menghela nafas. "Haaa~ ini sudah dibicarakan dari kemarin Ma, harus dibicarakan lagi?"
"Tapi ... mama ... khawatir tinggalin ken-chan sendiri disini."
Ken menggelengkan kepalanya melihat mamanya yang terlalu khawatir padanya. Padahal kedua orang tuanya hanya melangsungkan honeymoon keduanya dan itu juga masih di wilayah Indonesia, yakni Bali.
Ken berpikir untuk apa dia ikut kedua orang tuanya yang ingin melakukan honeymoon untuk kedua kalinya. Malah ada dia hanya menganggu aktivitas honeymoon papa dan mamanya.
'Selain itu, ada kemukiman aku akan mendapatkan adik kecil perempuan yang lucu dan imut, kalaupun laki-laki tidak masalah juga, dia bisa menjadi pesuruh aku, hahahaha ... '
Pria berkumis dan berambut uban yang berdiri di samping pria berkulit cerah yang tidak lain adalah papa, melihat anak laki satu-satunya dengan tatapan penuh selidik karena Ken senyum-senyum mencurigakan.
Menyadari tatapan papanya yang melihat dirinya, Ken langsung bersikap biasa seperti sebelumnya. Menghilangkan senyum licik dari bibirnya.
'Sial, aku tidak bisa bersikap aneh dari pria tua ini, dia selalu saja memandang aku penuh curiga, seperti dia adalah penyelidik yang sedang menatap kriminal yang diinterogasi agar memberitahu tempat markas kriminalnya dan kriminal itu adalah aku.' pikir Ken.
Ayahnya adalah seorang ahli psikologi kriminal dan dia sering muncul di televisi ataupun memberikan kesaksian ahli di pengadilan dalam berbagai kasus kriminal yang mengguncang stabilitas nasional seperti terorisme, pembunuhan berantai dan lainnya.
Hal inilah yang membuat Ken harus bersikap penuh hati-hati dihadapan papanya saat dia sedang memikirkan sesuatu yang cukup bisa dikatakan jahat atau mendekati kriminal. Meskipun itu hanya dia anggap sebagai kenakalan remaja biasa, seperti tawuran, judi, balapan liar, dan lainnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Harian Kenshin Harun
Teen FictionKenshin Harun, remaja kelas dua SMP tidak pernah menyadari kalau dirinya akan mengantarkan kedua orang tuanya yang pergi ke Bali untuk honeymoon kedua menjadi mengantar menuju ke alam selanjutnya. Setelah kematian kedua orangtuanya, dia asuh oleh sa...