Rumah Satoshi

1 1 1
                                    

Seperti yang dikatakan oleh Satoshi, perjalanan dari bandara Haneda menuju kota Kawaguchi, tempat tinggalnya Satoshi membutuhkan waktu satu setengah jam lebih sedikit.

Ken merasa lega dalam perjalanan itu tidak menemukan hambatan seperti terjebak kemacetan atau apapun itu sehingga dia tidak perlu merasa berlama-lama harus berada dalam mobil.

Dalam perjalanan itu, Satoshi juga sengaja melewati sekolah yang akan mengisi hari-harinya sebagai remaja ABG selama tiga tahun. Meskipun tidak berhenti, Ken dapat melihat sebuah gedung sekolah yang sangat berbeda dengan gedung sekolah yang biasanya ada di Indonesia.

Gedung sekolah itu terlihat lebih semacam sebuah fakultas daripada disebut sebagai gedung SMA. Selain itu, sekolah itu juga memiliki halaman yang luas, mungkin ada lebih dua hektar.

"Sekolahnya sangat luas ya, Satoshi ji-chan?" Ungkap Ken yang merasakan perbedaan antara gedung sekolah di Indonesia dan di Jepang.

"Ya, karena untuk membangun sekolah di Jepang harus memiliki tanah seluas minimal satu hektar dan memiliki fasilitas penunjang untuk para murid, setidaknya harus ada sebuah lapangan serbaguna atau aula serbaguna, jadi jangan heran bila sekolah di Jepang memiliki halaman yang cukup luas," jelas Satoshi yang mengemudikan mobil secara perlahan menjauhi sekolah tersebut.

Setelah melewati sekolah, Ken melihat sebuah area pertokoan yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari untuk masyarakat sekitar di area tersebut.

"Ini area pusat toko yang paling dekat dengan rumah, kami membeli semua kebutuhan sehari-hari disini, bisa dikatakan ini semacam pasarnya Jepang karena banyak area seperti ini di Jepang."

Ken menganggukkan kepalanya dan dia melihat memang begitu banyak toko yang menjual berbagai macam produk berbeda, ada toko daging, ikan, sayur, mini market, cemilan ringan dan warung makan.

Area pertokoan itu memang sedikit mirip dengan pasar Sentul, yang berbeda ini tidak dalam satu bangunan dan juga bisa dilalui kendaraan berupa mobil dalam satu arah karena jalannya tidak terlalu lebar.

5 menit dari area pertokoan, akhirnya mobil itu berhenti di depan sebuah rumah yang lumayan besar dengan berlantai dua. Ken dan Satoshi langsung keluar dari mobil. Remaja itu menuju ke belakang mobil SUV itu untuk mengambil koper dan tas campingnya.

"Inilah rumah Oji-chan, terlihat kecil dari rumah kamu ya?" Tanya Satoshi saat Ken melihat rumah keluarganya.

Ken menggelengkan kepalanya, dia melihat rumah itu malah lebih besar dari rumahnya.

"Jepang itu meskipun dikatakan kepulauan, tapi tidak terlalu besar pulaunya seperti pulau yang ada di Indonesia, jadi sangat sulit untuk membangun rumah semacam ini di tanah yang luas, kebanyakan orang Jepang tinggal di apartemen karena itu lebih murah dan simpel daripada tinggal di rumah pribadi seperti ini yang harganya sangat mahal," jelas Satoshi.

Ken menganggukkan kepalanya lagi, dia sudah tahu kalau kehidupan di Jepang membutuhkan banyak biaya yang besar daripada di Indonesia.

Oleh karena itu, pada saat mengurus Visa di kedubes Jepang di Indonesia, pengunjung harus memberikan keterangan tentang penghasilan yang diperoleh selama sebulan di Indonesia. Bila dibawah minimun yang disyaratkan maka visanya akan ditolak.

"Ayo masuk, aku akan memperkenalkan istriku dan anak perempuanku, padamu, Ken-kun."

Lagi-lagi Ken hanya menganggukkan kepalanya.

"Tapi anak perempuanku, mungkin tidak ada di rumah saat ini karena melakukan kegiatan club  basket di sekolah dan itu sekolahnya sama dengan sekolah yang tadi kita lewati, umurnya juga sama denganmu hanya saja beda pada bulannya, kamu di bulan Mei sedangkan dia di bulan Juli beda dua bulan."

Catatan Harian Kenshin HarunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang