Tragedi

1 2 0
                                    

Jam yang menempel di dinding atas tv sudah menunjukkan pukul 13:20, namun Ken belum mendapatkan kabar dari mama atau papanya yang berangkat ke Bali untuk honeymoon kedua mereka.

"Seharusnya mama sudah telpon satu jam yang lalu, tapi kenapa belum juga ada kabar?" Gumam Ken sambil menonton film action di salah satu channel berbayar di smart tvnya.

Dia menonton film tersebut dengan sekotak pizza berukuran besar berada di atas kedua pahanya. Sekeliling bibirnya sudah dipenuhi dengan remahan roti, mayones dan saus dari potongan pizza tersebut.

"Lebih baik aku telpon saja."

Ken mengambil ponsel pintarnya yang berada di sebelah kanannya dan kemudian membuka aplikasi kontak. Tanpa perlu mencari-cari nomor mamanya yang berada di dalam folder aplikasi kontak tersebut, dia sudah menemukan nomor mamanya berada di urutan pertama di dalam folder panggilan terbaru.

*Tuuuutttt ... tuuuutttt ... "

Suara dering panggilan keluar dari speaker ponsel pintarnya itu dan Ken tidak perlu mendekatkan ponsel pintar itu ke telinganya karena dia mengaktifkan mode speaker.

Lebih dari tiga kali suara panggilan terdengar di ponsel pintar itu dan belum ada tanda-tanda mamanya menerima panggilan Ken. Beberapa saat kemudian suara panggilan berubah menjadi suara monoton perempuan.

"Mohon maaf, saat ini nomor ini tidak bisa dihubungi karena berada di lua-"

Ken langsung mengakhiri panggilan tersebut dan kemudian mencoba untuk mengulanginya sekali lagi akan tetapi hasilnya masih sama seperti sebelumnya.

"Tumben mama seperti ini, biasanya ponselnya selalu siaga 24/7 jam, hampir tidak pernah dimatikan ... apa masih berada di pesawat? Apa terkena delay sehingga keberangkatan pesawatnya menjadi terlambat?"

Penuh pertanyaan dalam pikiran Ken, namun dia kemudian menghilangkan pertanyaan itu dalam pikirannya karena merasa percuma memikirkannya akibat tidak akan menemukan jawabannya sama sekali.

Bila terus memikirkannya yang ada otaknya hanya akan mendapatkan hasil kelelahan saja tanpa ada hasil jawaban atas pertanyaan tersebut.

Ia kemudian untuk menelpon papanya sebagai percobaan kedua dan hasilnya juga sama seperti saat dia menelepon mamanya, yakni yang menjawab adalah suara monoton perempuan.

"Ya, nanti juga Mama telpon juga."

Ken meletakkan kembali ponsel pintarnya ke tempat semula dia ambil sebelumnya dan kembali fokus pada film yang muncul di TV dan slice pizza yang masih ada di dalam kotak atas pahanya.

Pukul 15:30, Ken menyibukkan diri pada komputer yang ada di kamarnya di lantai dua, setelah sebelumnya dia menyelesaikan untuk melaksanakan kewajibannya sebagai anak muslim, yakni sholat ashar.

Kesibukan yang dilakukan pada komputernya itu adalah, Ken memeriksa saham di bursa efek Indonesia dan juga bursa efek di Amerika yang dia beli dengan menggunakan pinjaman nama Mamanya

Tentu saja dia menggunakan identitas mamanya karena dia masih dibawah umur secara hukum sehingga belum bisa melakukan aktivitas seperti itu dan juga rekening yang digunakan juga memakai milik Mamanya.

Ken tertarik untuk melakukan aktivitasnya di saham karena secara tidak sengaja. Saat itu dia menginginkan sebuah barang di toko online, namun uang sakunya tidak cukup sehingga dia mencari-cari sesuatu yang bisa dilakukan anak umur 12 tahun tanpa perlu menganggu aktivitas sehari-harinya sebagai anak remaja.

Pada saat dia mencari-cari, dia menemukan tentang saham tersebut sehingga dia mencari-cari informasi dan mempelajarinya. Kejeniusan papanya menurun padanya sehingga dia dengan cepat dan memahami berbagai hal tentang saham termasuk perhitungan peluang yang biasa digunakan oleh seorang pialang saham untuk untuk mendapatkan prediksi keuntungan dari saham tersebut.

Catatan Harian Kenshin HarunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang