Keesokan harinya, Ken bangun dari tidurnya tepat pukul setengah empat dini hari karena suara alarm dari ponselnya. Dia terbangun karena akan melakukan sholat subuh.
Perbedaan antara Indonesia dengan Jepang saat subuh hari adalah, di Jepang tidak ada suara adzan yang berkumandang memberi tahu bahwa sudah masuk jam sholat subuh sedangkan di Indonesia selalu muncul.
Bahkan kadangkala 10 menit sebelum adzan subuh ada suara orang ngaji yang diputar dengan kaset, bukan orang yang ngaji secara live.
Jadi untuk menyiasatinya, Ken memasang alarm setelah menyesuaikan dengan jam sholat di Jepang dengan bertanya pada mbah G.
Dengan langkah lemas dan mata yang masih dipenjam dan dibuka berkali-kali, dia keluar kamarnya dan turun ke bawah untuk ke kamar mandi, berwudhu.
Ken tidak menyadari kalau perbuatannya itu telah membuat Satoshi dan Rin terbangun dari tidurnya karena mendengar suara air yang mengalir di kamar mandi.
"Ken-kun!"
"Eh copot!"
Ken terkejut karena tiba-tiba ada suara berteriak memanggil namanya dan itu adalah Satoshi dan Rin dengan memakai piyama. Pada tangan Satoshi memegang stik golf sedangkan Rin memegang teflon penggorengan.
"Apa yang kamu lakukan di jam segini?"
Tanya Satoshi dengan pandangan heran melihat Ken yang sedang membasahi beberapa bagian tubuhnya dengan air.
"Wudhu, mau sholat subuh, Oji-chan, apa suara airnya terlalu keras, maaf."
Ken meminta maaf karena telah menganggu waktu istirahat om dan tantenya itu.
"Wudu, solat? Apa itu?" Tanya Rin yang penasaran.
Ken hanya menjelaskan secara singkat kalau dia akan melakukan ritual ibadah agamanya. Dia tidak menjelaskan panjang lebar karena dia juga merasa sulit untuk menjelaskannya tentang ritual agamanya karena dia hanya melakukan apa yang telah diajarkan oleh papa dan guru agama di sekolahnya.
"Di jam segini?" Tanya Rin yang kaget.
Ken menganggukkan kepalanya dan dia sudah selesai melakukan wudhunya dan kemudian membaca doa setelah wudhu.
Satoshi menghela nafas dan kemudian mengajak istrinya untuk kembali ke kamar karena dia merasa lega bahwa itu bukan perampok yang masuk ke rumahnya.
Satoshi sudah berkali-kali datang ke Indonesia sehingga dia mengetahui ritual ibadah yang dilakukan oleh Ken. Sedangkan Rin belum pernah ke Indonesia atau ke negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam jadi dia merasa heran dengan tindakan Ken yang melakukan ibadah di waktu dini hari.
"Maaf Oji-chan, Oba-chan, kalau sudah menganggu waktu istirahat dan lupa memberi tahu tentang hal ini sebelumnya."
Ken membungkukkan badannya ke depan 45 derajat pada Satoshi dan Rin setelah dia keluar dari kamar mandi.
"Tidak apa-apa, aku hanya khawatir tadi ada suara air yang menyala, aku pikir ada perampok aneh yang masuk ke dalam rumah tapi langsung menuju ke dalam kamar mandi."
"Hahahaha ... "
Ken tertawa canggung dengan apa yang dikatakan oleh Satoshi.
'Memang aneh bila ada perampok yang menyusup ke rumah tapi menuju ke kamar mandi, memang barang berharga apa yang bisa diambil di kamar mandi?' pikir Ken.
Dia langsung menuju ke atas setelah melihat Satoshi dan Rin kembali ke kamar setelah sebelumnya, Rin mengembalikan teflon penggorengan ke tempatnya.
Melihat Rin yang memegang teflon penggorengan membuat dia teringat akan game chicken dinner yang senjata ikoniknya teflon penggorengan.
Sesampai di kamarnya dia menggelar sajadah ke arah kiblat yang telah disesuaikan dengan bantuan kompas di ponselnya yang tepat mengarah Ka'bah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Harian Kenshin Harun
Teen FictionKenshin Harun, remaja kelas dua SMP tidak pernah menyadari kalau dirinya akan mengantarkan kedua orang tuanya yang pergi ke Bali untuk honeymoon kedua menjadi mengantar menuju ke alam selanjutnya. Setelah kematian kedua orangtuanya, dia asuh oleh sa...