Setelah selesai dengan urusan beres-beres pakaian dan menata mie instan dan cemilan di atas meja belajar, Ken langsung berbaring di atas tempat tidur yang empuk dengan udara hangat musim gugur yang memasuki kamarnya.
Dia memainkan ponsel pintarnya, melihat jam yang tertera di ponselnya pukul 16:50 yang berarti di Indonesia bagian barat, pukul 14:50. Waktu Jepang lebih cepat 2 jam daripada WIB.
Dia memutuskan untuk menelpon Tony, memberikan kabar kalau dirinya sudah sampai di Jepang dan tiba di rumah om nya dengan selamat.
Membuka aplikasi WhatsApp dan kemudian mencari nama Tony di list kontak WhatsApp. Dia tidak menelpon secara langsung karena akan terkena roaming yang harganya lumayan mahal.
"Halo, Ken, sudah sampai di Jepang?" Terdengar suara pria berbahasa Indonesia di telinga Ken.
"Sudah Om, tadi sekitar jam dua siang, sekarang sudah berada di rumah Om Satoshi."
"Syukurlah, bagaimana disana? panas?" Tanya Tony.
"Hangat Om, kata Om Satoshi saat ini Jepang mau memasuki musim gugur jadi udaranya hangat," jawab Ken.
"Begitu ya, baiklah hati-hati disana, jangan nakal, kamu itu di negara orang, jadi bisa ribet urusannya kalau terkena kasus hukum, Jepang terkenal kedisplinan dan aturan yang ketat, biasakanlah dengan kebiasaan dan budaya sana, jaga sopan santun, jangan sampai mempermalukan diri sendiri dan orang Indonesia dengan sikap memalukan."
Tony memberikan wejangan pada Ken selayaknya remaja itu anaknya sendiri.
"Siap om, Ken sadar diri kok, jangan khawatir, Ken sudah jadi anak sholeh, hahaha."
Mereka berdua pun mengobrol santai berbagai hal termasuk tentang Rina yang mau dicomblangi dengan Tony karena menurutnya Rina wanita yang pantas untuk Tony. Meskipun itu akan tetap menjadi keputusan mereka berdua apakah mau menjalin hubungan khusus atau sekedar bawahan dan atasan.
Rina telah pindah ke kantor pusat seperti yang dijanjikan oleh Ken saat dia berada di rumah sakit di Bali, ketika dia pingsan akibat tidak bisa menerima kematian kedua orangtuanya.
Rina lah yang memberikan sedikit hiburan untuk membuat Ken bisa menerima kenyataan yang sangat menyedihkan itu. Meskipun Rina tidak menerima tawaran Ken saat itu, namun remaja itu masih merekomendasikan Rina untuk dipindahkan ke kantor pusat dan Tony melakukannya setelah melihat kinerja dan prestasi yang diberikan Rina kepada perusahaannya.
Obrolan itu berlangsung selama setengah jam karena Tony harus pergi ke suatu tempat.
"Ingat Ken, jangan pernah menunda makan, makanlah dengan teratur dan sebisa mungkin jangan sampai bolong sholatnya dan setelah sholat kirimkan doa untuk orangtuamu agar tenang di alam sana."
"Itu sudah pasti om," balas Ken.
Obrolan itu kemudian berakhir dengan salam penutup dari Tony. Dia kembali melihat layar ponselnya dan sudah pukul 17:23, cahaya masih terang di Jepang seperti jam empat sore di Indonesia.
"Lebih baik jalan-jalan saja, sekalian melihat-lihat daerah sekitar area rumah ini."
Setelah memutuskan itu, dia langsung beranjak dari tempat tidurnya, berjalan menuju meja belajar untuk mengambil beberapa cemilan khas Yogyakarta, seperti wingko, dodol buah dan bakpia. Dia sengaja membeli cemilan itu, karena memiliki kadaluarsa yang cukup lama daripada cemilan lainnya.
Selain itu tidak ada masalah dengan pihak imigrasi jepanh dengan cemilan tersebut karena bukan barang bawaan yang dilarang.
Setelah mengambil cemilan, dia berjalan menuju pintu kamar, membukanya, lalu menutupnya kembali. Dia melewati kamar Eiko yang berada di depan kamarnya, menuju ke anak tangga untuk turun kebawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Harian Kenshin Harun
Teen FictionKenshin Harun, remaja kelas dua SMP tidak pernah menyadari kalau dirinya akan mengantarkan kedua orang tuanya yang pergi ke Bali untuk honeymoon kedua menjadi mengantar menuju ke alam selanjutnya. Setelah kematian kedua orangtuanya, dia asuh oleh sa...