Ken menangis selama setengah jam dan kemudian pingsan karena tidak bisa menahan beban mental yang diterimanya atas meninggal dunia orangtuanya.
Pada saat Ken pingsan, dia langsung dibawa ke salah satu ruangan VIP yang ada di rumah sakit tersebut dan Tony mengurus semua proses administrasi pemulangan jasad sahabatnya itu.
"Ukh! Aku berada dimana?"
"Ohhhh ... Kamu sudah sadar, apa ada kamu merasa ada yang aneh di tubuhmu?" Tanya seorang wanita yang merupakan bawahannya Tony.
Wanita itu menekan tombol nurse calling dan kemudian menatap Ken.
"Tidak ... Aku tidak merasa yang aneh pada tubuhku ... ini dimana?"
"Ini di bangsal VIP, kamu pingsan kurang lebih lima belas menit lamanya, saat ini Presdir Tony sedang mengurus berkas administrasi pemulangan jasad kedua orangtua kamu bersama atasan saya."
Saat Ken mendengar tentang pemulangan jasad orangtuanya, dia kembali teringat akan peristiwa kematian papa dan mamanya di ruang mayat.
Sebelumnya dia menganggap itu adalah sebuah mimpi, namun, itu adalah kenyataan, sehingga air matanya kembali keluar.
Wanita itu yang melihat Ken mengeluarkan air mata langsung memeluk remaja itu dari samping. Membiarkan kepala Ken bagian kanan menyentuh dada wanita itu.
Hal itu tentu membuat kaget Ken karena secara tiba-tiba kepalanya diletakkan di dada perempuan.
"Tidak apa, menangislah, hal yang wajar bila kamu menangisi kepergian orangtua, saya juga tahu bagaimana perasaan ditinggalkan orangtua meskipun tidak seberat yang kamu rasakan saat ini, ditinggalkan orangtua dalam waktu bersamaan."
"Namun, kamu tidak perlu terus bersedih, orangtua kamu pasti tidak ingin melihat kamu terus bersedih atas kepergiannya, tersenyumlah, terus jalanin hidup dengan baik agar mereka bisa tersenyum juga bila seandainya bisa melihat kamu yang menjalani hidup dengan baik," lanjut wanita itu sambil mengelus kepala Ken.
Ken mendengarkan ucapan wanita itu dan merenungkan secara mendalam dan teringat perkataan Tony kalau dirinya harus memberikan senyuman saat mengantar papa dan mamanya ke peristirahatan terakhir.
"Kak ... "
"Hmmm ... Ada apa?" Tanya wanita itu.
"Kepala bagian kananku terasa sakit saat kakak meletakkannya di dada kakak, itu seperti kepalaku terbentur papan yang terbuat dari baja," ujar Ken yang mengucapkan kalimat joke tentang dada flat wanita itu.
Wanita itu langsung menjauhkan kepala Ken dari dadanya dan kemudian menjitak tepat di atas ubun-ubun kepala remaja itu dengan cukup keras, meskipun bagi Ken tidak terlalu terasa sakit atas jitakan kepala tersebut.
"Kamu ... aku masih muda dan 'itu' masih bisa tumbuh besar!" Ujar wanita itu dengan marah dan kesal.
Ken yang mengelus-elus ubun-ubun kepalanya akibat dijitak oleh wanita itu hanya tertawa saja.
"Hanya bercanda, kak, hahahaha ... "
Melihat Ken yang tertawa membuat wanita itu merasa lega karena tidak bersedih lagi atas kepergian orangtuanya. Meskipun dia merasa kesal atas hinaan tentang dadanya.
"Siapa namamu kak?"
"Rina Padeswari," jawab Rina
"Aku Kenshin Harun, panggil aja Ken, salam kenal kak Rina dan terima kasih sudah menghibur aku," ujar Ken dengan tulus.
"Ya, sama-sama, tapi kamu cepat juga perubahan perasaanmu ini."
"Ya, bukankah kak Rina yang mengatakan aku tidak boleh larut dalam kesedihan dan terus tersenyum menjalani hidup agar orangtuaku tidak sedih?" Tanya Ken.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Harian Kenshin Harun
Teen FictionKenshin Harun, remaja kelas dua SMP tidak pernah menyadari kalau dirinya akan mengantarkan kedua orang tuanya yang pergi ke Bali untuk honeymoon kedua menjadi mengantar menuju ke alam selanjutnya. Setelah kematian kedua orangtuanya, dia asuh oleh sa...