-DYF 010

3.7K 220 11
                                    

🍀 🍀 🍀

Siang ini kantin sekolah terlihat begitu ramai dari biasanya, mungkin karena tadi jamkos sehingga banyak murid yang sudah melipir ke kantin, seperti halnya para anggota Warrior yang ikut serta meramaikan kondisi kantin "Heh kalian berdua kenapa sih? gue lihat-lihat lo berdua diem aja dari tadi." Tanya Altair memecah keheningan.

"Tau tuh, lagi sakit gigi kali." Sahut Darren.

"Enak aja gigi gue sehat walafiat ya, gue tu lagi sedih." Kenzi membuka suara.

"Kenapa?" Tanya Elang.

"Si Bella nolak gue, eh besoknya langsung jadian sama si Rafael." Jujurnya.

Brak...

Altair menggebrak meja membuat seisi kantin menatap ke arah enam cowok tersebut.

"Berisik." Gumam Devano.

"Gila apa! dia jadian sama si kutu kupret Rafael? musuh kita?" Tanya Altair sambil menyeruput es teh nya.

"Hemm...emang Rafael siapa lagi." Jawab Kenzi lemas.

"Wah parah sih ini, gila emang." Ucapnya masih tak percaya.

Tiba-tiba seorang gadis berambut pirang mendatangi meja mereka lalu menyodorkan sebungkus coklat kepada Kenzi.

"Nih makan! katanya coklat bisa bikin orang happy." Ucap Alana yang langsung bergabung bersama mereka.

Alana lalu mengambil tempat didekat Devano sedangkan yang lainnya terheran-heran melihat kedatangan gadis asing yang entah dari mana dan siapa.

"Thanks, btw lo siapa?" Tanya Kenzi sambil mengupas bungkus coklat tadi dan memakannya.

Alana mengulurkan tangannya "Alana Jasmin, calon tunangannya Devano." Ucap gadis itu memperkenalkan dirinya.

Mereka mengangguk dan sedikit heran lalu menyalami Alana satu-persatu, sambil memperkenalkan dirinya masing-masing. Alana memang seperti itu orangnya, ia sangat mudah sekali berbaur pada orang baru, terlebih gadis itu memang asik dan supel jadi mudah menyesuaikan diri saat berbicara, sedangkan Devano hanya melihat mereka dan Alana dengan ekspresi muak dan sebal.

"Devano kamu udah pesen makan belum? Kalo belum aku pesenin ya? Kalian juga sekalian mau pesen apa?" Tanyanya pada semua anggota inti Warrior. Devano menggeleng, sedangkan Alana hanya menatapnya kecewa.

"Ya udah gak papa, kalian jadi pada mau pesen apa? sekalian gua pesenin." Ucapnya lagi.

Saat Alana pergi memesan makanan Devano bangkit dari duduknya, Devano berjalan melewati koridor berniat pergi ke warung Bu Siti di belakang parkiran motor yang terletak di luar sekolah, Devano lalu memanjat pagar dan keluar dari sekolah. Ia menyebrang jalan dan memasuki warung yang cukup sederhana namun sangat bersih.

"Bang Abbay." Sapa Devano kepada seorang lelaki yang mungkin dua tahunan lebih tua darinya, mereka lalu bertos ria ala cowok.

"Lama banget ya gak ketemu? bolos lu ya?" Tanyanya pada Devano.

"Enggak, lagian gue sekarang jarang bolos beda sama dulu, kalo dulukan sering lo ajak manjat pagar, sekarang lo lulus gue jadi murid baik."

"Hahaha...Devano-Devano ngeles aja lo, lo tuh masih gak berubah aja ya dari dulu sampe sekarang, btw anak lo mana?" Lanjutnya.

"Dirumah Bang yakali gua ajak sekolah, lo sendiri gak ngajak istri?"

"Lagi kuliah dia jadi gak ikut."

"Lo sendiri? bolos pasti nih, Bang-Bang anak udah dua aja masih bolos-bolosan." Candanya.

"Gue lagi gak ada kelas, anak gue satu kali Dev tapi ada duplikatnya...hahahaha."

DEVANO YOUNG FATHER | RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang