-DYF 018

4.2K 237 46
                                    

"jika hari ini hari terakhirku, aku akan berterimakasih pada tuhan dan semesta karena pernah mempertemukanku dengannya"

-Devano-


🍀 🍀 🍀

"Sayangnya Grandmaaa, lagi belajar jalan ya nak?" Yola mengusap lembut kepala Arshaka, bayi itu sekarang tengah berdiri memegangi meja didepannya.

"Mba Jini, Devano tadi udah berangkat?"

"Udah Buk, Mas Deva udah berangkat."

"Ma-Mam, Ni-Ni." Ucap Arshaka sambil menoleh kearah mba Jini.

"Arsha mau makan? Tapi kan udah tadi." Mba Jini duduk di dekat Arshaka, sambil mengawasi bayi itu supaya tidak terjatuh.

"Oh iya Buk, kemarin pas saya beli sayur sama Arshaka ada bapak-bapak yang kayak ngawasin kita." Cerita Mba Jini.

"Masa sih? Kamu GE ER paling Ni." Canda Yola.

"Ih Ibuk, ini beneran, lagian saya kan udah punya suami masa saya ge er sih."

"Haha..iya-iya saya bercanda, mungkin itu orang suruhan Kakeknya Arshaka, namanya Tama, kamu waspada aja, harus hati-hati, saya bakal suruh beberapa orang saya buat ngawasin kamu sama Arshaka kalau mau keluar."

"Iya Buk, saya takut banget soalnya."

"Mba Jini-Mba Jini, takut itu sama tuhan jangan sama manusia." Ucap Yola santai sambil geleng-geleng kepala.

jujur Yola sama sekali tidak takut soal ancaman Tama kepada Devano yang akan mengambil Arshaka dan menaruhnya ke panti asuhan, karena sekarang Yola juga bisa membantu Devano dan bisa juga membuat Tama hancur kalau sampai melakukan hal-hal yang membahayakan cucu kesayangannya itu.

Pagi ini suasana kelas Devano sangat hening karena bu Berta yang tengah marah akibat seperempat muridnya tidak berangkat, siapa lagi kalo bukan Devano and the geng, Edgar, Devano, Darren, Altair semua ikut tawuran, kecuali Kenzi yang sedang malas menambah dosa dan Elang yang sedang sakit, ada juga beberapa anggota Warrior di kelas itu yang turut serta ikut kedalam tawuran antar sekolah, maka dari itu seperempat murid kelas Devano tidak berangkat atau tidak masuk kelas.

"Saya beri tahu sekali lagi ya anak-anak, sekolah itu bukan main-main, disini kalian itu untuk belajar bukan untuk bolos atau main sana sini! PAHAM?"

"PAHAM BUUU." Semua siswa menjawab dengan kompak takut jika hanya diam saja maka bu Berta akan tambah marah dan berceramah panjang lebar lagi.

"KENZI! KEMANA TEMAN-TEMAN KAMU YANG TIDAK BERANGKAT ITU?" Teriak bu Berta.

Kenzi yang tadinya tidur di bangku paling ujung seketika terlonjak kaget mendengar lengkingan bu Berta.

"Mana saya tahu bu saya kan bukan bapaknya." Jawab Kenzi asal sambil memutar bola matanya malas.

"Kamu ya! Berani-beraninya sama guru." Bu Berta yang tadinya murka sekarang lebih murka lagi setelah mendengar jawaban Kenzi, wanita paruhbaya itupun berjalan menuju bangku paling ujung tempat Kenzi duduk dan menjewer lelaki itu.

"Aduh-aduh sakit Bu." Kenzi mengaduh memegangi telinganya sambil berdiri.

"Sekarang kamu keluar, lari lapangan lima kali! Cepat!!!" Ucap Bu Berta murka.

Dengan lemasnya karena baru bangun tidur Kenzi berjalan menuju lapangan untuk menjalankan hukuman dari bu Berta.

"Sialan emang, baru juga bangun tidur, tau gitu gue tadi ikut bolos terus ke warung belakang." Dumelnya sambil berjalan santai dipinggir lapangan karna ia malas berlari.

DEVANO YOUNG FATHER | RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang