TWENTY-TWO (Busan)

2.3K 211 107
                                    

.

.

©Liz

.

.

Vote? Reply?

.

.


Derap langkah seseorang mengusik telinga Jungkook dari arah tangga.

Jungkook sendirian di ruang tamu, depan tv yang menyala——tidak ada volume sama sekali. Hening senyap menyelimuti kesendiriannya selama satu jam disana.

Ia  terjaga saat ibunya terdengar bergegas ke pasar, begitu juga dengan sang ayah. Pukul 5 dini hari Jungkook melompat dari kasur dan mandi——membersihkan dari sesuatu yang masih terasa lengket di sekitar pangkal paha dan pinggul.

Langkah itu semakin mendekat padanya, ia tidak menoleh kemanapun, tidak mencoba untuk berpaling dari pandangan kosong pada layar bergerak memperlihatkan film criminal 90an.

Jungkook tahu.

Dalam derap langkah tidak terburu, berat dan teratur itu ia mengetahui siapa yang berjalan menghampirinya dari arah belakang.
Maka ia hanya terus bersandar pada sofa dan tetap diam.

Bulu tengkuk meremag ketika sepasang tangan menyentuh bahunya dengan sangat perlahan.

“Bangun awal?”

Suara berat terngiang di telinga, mencerna setiap deru nafas kentara dari sosok lain di belakang tubuhnya, Jungkook pening, maka ia hanya menangguk kecil, suara tidak dapat keluar akibat kaku.

Sosok itu masih disana, menjalar dari sentuhan arah pundak menuju lengan, kemudian telapak tangan yang menggam remote tv, melepaskannya.

Tubuh tak berjarak, matanya mengabur akan kabut berwarna warna hitam pekat——terlalu pekat hingga Jungkook ingin menolehkan kepalanya, namun tak kuasa.

Tangan dingin menjalar pada perpotongan lehernya, mengenggam seperti ingin mencekiknya—
Jungkook benar tercekik.

Ia meronta dengan terbatuk, tubuh mengerang tak karuan ingin dilepaskan karena pasokan oksigen terhambat—

aakkh! Lepash uughh arkkh!!”

Tidak ada tanda meregang, ia masih menggenggam erat tanpa celah, semakit mengeratkannya, suara televise lenyap dengan suara erangan kesakitan Jungkook yang tidak dapat memutar tubuhnya sendiri—sekarat, mencoba meraup oksigen semampunya.

“S-Siapa arkkhh!!”

Wajah Jungkook memerah namun pucat, tangan dingin tidak bisa bergerak melepaskan seketika berdoa agar siapapun mendengar suara remote yang ia banting.

Aku akan mati, akan mati, siapapun—Taehyung, Namjoon, Yoongi—’

Hingga air mata kesakitan menggenang, ia terlepas. Di banting ke samping dengan kasar dan Jungkook yang sekarat masih berusaha menemukan sosok itu.

“Ap—”

“Berhentilah bermain-main dalam divisi. Homo menjijikan

Dadanya naik turun ketakutan, melihat sosok yang ia kenal disana dengan raut wajah marah, warna hitam pekat membalut tubuhnya seperti iblis yang membawa pisau.
Pisau.

jungkook ingin berteriak, mundur sebisanya hingga terjatuh menggelinding dari sofa, menyeret tubuh pucatnya dengan mengais lantai kayu, mencoba meraih apapun untuk dilepmparkan pada pria itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[] COLOUR [] bott!kookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang