[] COLOUR [] bott!kook

TWELVE

.

.

.

©Lipzs48

.

.

.

Vote? Reply?

.

.

=============

Langit masih sangat gelap, udara dini hari yang menusuk ditambah dengan kabut khas pagi hari terlihat sangat jelas. Jeon Jungkook berjalan mengekori Letnan yang ia temui di toilet bar.

Perawakan Namjoon dilihat dari belakang adalah salah satu keindahan tersendiri dimata Jungkook, bagaimana tubuh tingginya berjalan dengan percaya diri bersamaan langkah ketukan sepatu pantopel yang memecah keheningan malam dan juga bahu lebar miliknya.

Jangan lupakan tatto buatan yang terdapat di sekitar lengan kanan dan kirinya-Jungkook sangat berterima kasih pada siapapun yang mengukir pola sexy seperti itu.

"Masuklah"

Namjoon berhenti pada salah satu mobil van berwarna hitam di basement, di dalamnya sudah terdapat beberapa orang, dan Namjoon pergi menuju mobil van satunya, dimana ketua grup Guardian -Changmin berada disana.

Jungkook membuka pintu itu dengan perlahan, takut-takut mengagetkan polisi yang lain. Namun siapa sangka bahwa semua mata langsung menatapnya kala pintu itu terbuka.

"Permisi-—"

"Kau duduk dibelakang, Jeon. Joo, bisa kau pindah sebentar? "

Jungkook melirik takut ketika melihat barisan belakang mobil van itu, Taehyung, Yoongi dan Jooheon, dan Joo harus pindah ke tengah, tepat disebelah Seokmin.

"Baik, sir"

.

.

.

.

Suasana dalam mobil sangat canggung, Jungkook duduk diapit oleh Taehyung dan Yoongi. Ia tidak mau dibuat pusing oleh kejadian di bar sebelumnya, dan kini malah harus merasakan ketegangan kembali karena Taehyung yang tidak seperti biasanya, auranya berwarna abu-abu, dan bercampur pula dengan Yoongi yang hitam dan maroon—

Tunggu-

Maroon???

Jungkook membelakkan matanya ketika tersadar bahwa di dalam kendaraan roda 4 ini dominan beraura maroon gelap.

Jungkook tidak bodoh, walaupun Yoongi memejamkan matanya, atau Taehyung yang masih menggenggam ponselnya, atau Jooheon dan Seokmin yang berada di depannya-mereka melirik dirinya lewat kaca spion supir.

Ia merasa pusing, mual dan ingin menangis, namun ia harus menahannya, setidaknya setelah evaluasi di kantor. Dirinya akan diuji kembali kelayakannya.

'Ibu, doakan aku'

.

.

.

.

.