.
.
©Liz
.
.
Vote? Reply?
.
.
.
Satu hari dimana Jungkook tidak melihat Mingyu di rabu pagi, kakinya melangkah cepat menuju dapur untuk memasak telur dan menemukan secarik kertas kuning menempel di pintu kulkas.
[Jungkook jangan marah tapi gas kompornya habis, aku sudah menghubungi kurirnya tapi akan di kirim siang hari. Maafkan aku, ada susu pisang miliku di dalam, minumlah
Mingyu xoxo]
Dan benar saja, ketika Jungkook mencoba menyalakan kompor, api tidak keluar sebagaimana semestinya, ia mendesah panjang dan membuka kulkas kembali untuk setidaknya mengganjal perutnya dengan susu pisang di pagi hari.
Jungkook mengecek ponselnya, terdapat beberapa pesan dari senior di kantor dan Jimin yang menanyakan kabar.
Ia tersenyum kecil.
Jungkook bergegas menuju kamar mandi, setidaknya ia harus terlihat segar walau tidak sarapan—dan tepat saat dihadapan cermin ia mematung tatkala bajunya jatuh.
Ia menggigit bibirnya saat menemukan samar-samar tanda kemerahan tepat dibawah tulang selangkanya.
“Haahh…”
Ini sudah tiga hari yang lalu dimana Yoongi menempati luka yang kini masih menempel di dadanya, Jungkook sendiri tidak mengerti mengapa sang letnan menggigitnya disana dari pada di bibirnya——
Apa? Pemikiran apa itu?
Jungkook menggelengkan kepala, pening saat mengingat kejadian itu.
Seperti Namjoon, Jungkook hanya menganggapnya seperti main-main di umur dewasa, tidak untuk difikirkan dengan serius—seperti halnya pemikiran orang Seoul.
Jungkook akui ia adalah seorang bisexual pada awalnya, namun ketika ia mencoba berkencan dengan seorang wanita, ia hanya akan mendapat perasaan resah dan bosan, maka detik itu ia bercerita pada Jimin——dan mengatakan bahwa dirinya adalah Gay—seperti dirinya.
Jimin gay dan Jungkook senang karena tidak menerima cemooh daari sahabatnya sendiri saat itu.
Namun siapa sangka bahwa di malam ia berulang tahun ke 20, ia mendapatkan satu kecupan singkat dari Jimin—berkedok hadiah special, dan Jungkook menerimanya dengan tawa riang.
Dan begitulah ia menganggap bagaimana Yoongi ataupun Namjoon padanya, hal ini ia sangka hanya sebagai ajang memperkuat reaksinya terhadap sang senior.
Karena entah tanpa sadar, dirinya merasa cukup nyaman saat Yoongi maupun Namjoon memeluknya—seperti benteng antara ketakutan Jungkook padanya seketika runtuh.
Tapi…
Apa benar hal ini normal?
Jungkook juga tidak menyangkal bahwa dirinya akan bereaksi seperti halnya seorang pria yang di goda—begitu meingkatkan adrenalin di tubuhnya, keinginannya untuk merasakan hal lain seperti halnya seorang gay juga pria.
Namun pertanyaan dan rasa penasaran itu perlahan pudar saat dirinya harus bekerja di kepolisian, martabatnya dan tanggung jawab lebih penting untuk keadilan negara.
KAMU SEDANG MEMBACA
[] COLOUR [] bott!kook
Fanfiction[bottom! Jungkook] "J-Jeon Jungkook. Divisi patroli Busan, sir..." "Saya tidak bisa menerima banci. Apalagi bocah" warning! boyXboy