"Serius, Is?"
Kais mengangguk mantap, sementara kedua orangtua (dan ketiga pasang adik dan ipar-iparnya) melongo berbarengan. Suasana yang tadinya ramai mendadak sunyi.
"Sama siapa, Is?" Maminya bertanya, setelah menghabiskan beberapa detik bernapas dalam-dalam menenangkan diri. Anak sulungnya belum pernah mengenalkan siapapun, meski banyak media memberitakannya dengan deretan penyanyi, bintang sinetron, model...
"Aku...mau taaruf, Mi."
"HAHHH???"
"Serius?"
"Bohong ah!"
"Sama siapaaaa?"
Serempak semuanya menanggapi. Reaksi yang sudah diperkirakan oleh Kais. Ia menunggu keluarganya selesai bertanya, sebelum mengangkat tangan."Aku mau ke Pesantren Pamadegan, besok. Ustadz yang membimbing aku selama ini kasih tau aku calon yang sepertinya cocok." Kais mengeluarkan iPad-nya dan menunjukkan layar pada Mami dan Papi. CV serupa bagian dari lamaran kerja lengkap, mulai tanggal lahir, riwayat pendidikan, pengalaman kerja, hingga hafalan Quran dan ukuran tubuh. Di bagian belakang, ada foto wanita bercadar dalam pakaian serba hitam...yang sejujurnya, membuat Mami agak shock.
"Kamu mau?" Papi, sebagai pasangan Mami selama lebih dari 35 tahun, juga merasakan hal yang sama.
"Pi, dia hafalannya bagus, sekolah di pesantren sejak kecil, insyaAllah soleha dan bisa jadi istri yang baik buat aku. Dia anak terakhir pemilik pesantren..."
"Tapi ini gak keliatan, Bang, mukanya!" Karen, si bungsu, sudah memegang iPad dan menyuarakan pendapat orangtuanya.
"Makanya, besok mau pergi ke sana, ngajakin Kian untuk temenin." Kais menambahkan, melirik adik terdekatnya yang mengangguk.
"Jadi kalau gak cocok, bisa batal kan ya?" Mami bertanya.
"Batal, kalau nggak diridhoi Allah, Mi. Tapi aku kan niatnya ibadah, Mami juga restui ya Mi. Kalau besok lancar, mantu Mami lengkap empat deh." Kais menjawab sambil mengusap lengan ibunya.
Pesona Kais, anak pertamanya yang kini menjelang 35 tahun ini, memang sulit ditolak. Mami yakin, hampir semua perempuan gak akan menolak. Secara fisik, ia menarik: meski tidak setinggi adik-adiknya yang bertubuh rata-rata 180 cm-an, ia langsing berotot berkat hobi lari dan panjat tebing, dengan mata berbinar, senyum manis, rahang dan tulang pipi seolah terpahat. Kais selalu ceria,, lincah, penuh semangat, lucu, suka menggoda dan mematahkan banyak hati perempuan sejak masa remaja.
Jadi sekarang, tiba-tiba Kais memutuskan untuk menikahi perempuan berdasarkan CV... Mami sejujurnya amat sangat gak yakin.
Masa bisa dia?Sebagai ibu karir modern dari keluarga berkecukupan, Mami selalu menjalani hidup normal-normal saja. Kais, di lain sisi, memang sukanya yang ekstrim-ekstrim: dia main anggar sejak usia sekolah, panjat tebing, ekspedisi berminggu-minggu saat kuliah, hingga mendadak berhenti ngantor lalu dadakan jadi pemusik sukses, dan beberapa bulan kemarin mengklaim mau belajar agama lebih dalam. Selama ini Mami selalu mencoba mengerti jalan pikiran anak pertamanya, tapi sekarang...
"Kais udah cukup umur Mi, buat berkeluarga. Please? Mami selama ini selalu suruh berhubungan serius sama perempuan. Ini mau nih...ada calon yang sesuai sama keinginan, soleha, pintar, rajin..." Kais pasang tampang memelas, menyebut nama panjangnya sendiri, dan Mami luluh seketika.
"Kamu tuh... Ya sudah sana. Kabarin."
"Yesssss!" Kais melompat ceria dan mengecup pipi ibunya, "Makasih Mamiiiii!"
Restu Ibu adalah segalanya untuk Kais.***
Sesuai rencana, Kais dan Kian pergi menuju daerah Sukabumi perbatasan Cianjur keesokan harinya. Daerah yang...kalau di Google Maps hanya punya satu jalan kecil, dan kayaknya gak pernah kelewatan mobil street view saking terpencilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merrily Marry Me
RomanceKais dan Dea menikah bukan karena cinta. Kais yang baru saja keluar dari dunia musik nan glamor ingin melengkapi hidup dengan cara yang baik. Dea, perempuan yang sudah lama gak butuh lelaki, ingin berbakti pada orangtuanya. Dengan latar belakang, ka...