Prepare for The Fanboy

3K 479 48
                                    

Hanya dengan 1 like, sebuah DM meluncur di inbox IG Kais dalam waktu kurang dari 10 menit. Isinya, foto Ferry Kusuma berpose bareng Leika di konser Kais, mengacungkan lightstick berhiaskan huruf K yang menyala.

Lightstick ala boyband KPop yang sempat ditentang Kais karena menggelikan, tapi tetap dijual paksa oleh Arlen sebagai salah satu merchandise untuk penggemar VIP. Hanya diproduksi 150 buah, dengan harga jutaan rupiah pula.

"Ide gue gak ada yang gak menguntungkan," Arlen berkomentar bangga, menepuk pundaknya sendiri. Konon, sampai sekarang lightstick Kais dijual dengan harga berkali-kali lipat. "Tuh kan, lo sekarang jadi tau kalau dia beneran Kais Lovers."

"He's a weird dude," Kais meringis sebelum membaca DM lanjutan dari Ferry, "MusiKais, I'm a big fan!!!! Ke mana aja? Let's meet up! Tonight ok? Gw di Jkt."

Dea merebut ponsel Kais dan membaca ulang sambil menghembuskan napas keras-keras, "Apaan nih cowok? Aneh banget! Ngeri, K. Fanboy garis keras gini. Gausah."

"Bagus lah! Ayo tentuin mau ketemu di mana, kapan, ngapain!" Della menepukkan kedua tangannya, semangat, "Cepetan pergi sana! Buru ganti baju!"

"Creepy gak sih tapi..." Kais ragu-ragu. Beberapa jenis fans memang gak senormal yang lain. Ada yang betulan terobsesi dan pernah kirim berbagai barang aneh, mulai dari baju dalam hingga potongan rambut.

"Nanti ditemenin Ren," Della menambahkan, "Aman kok sama dia. Gih sana pergi."

Ren mengernyit, "Saya gak bisa berantem, lho, ya."

"Gue juga ikut!" Arlen mengangkat tangan, "It's a good PR."

Telepon Kais lalu berbunyi, membuat semua orang berhenti bicara. Nomor cantik yang masih belum di-save muncul. Tanpa ID pun ketahuan siapa yang telepon...

"Ya?" Kais menjawab segera, menyetel speakerphone.

"Hai, Kais. Kamu di mana? Masih di Jakarta?" Sial. Jangan-jangan kebiasaan Shiradj suka ngintilin orang juga terjadi pada Kais.

"Di rumah Della. Tapi, gue baru diusir."

Gak bohong juga sih, Della barusan menyuruhnya buru-buru pergi.

"Ah, memang dia gitu orangnya. Hmmm. Berarti kamu sekarang baru mau berangkat ke Pamadegan? What took you so long?"

"Gue barusan udah coba cari tahu, tapi Dea gak di sana. Makanya gue ke sini..." Another lies. Yang sepertinya sih masih belum masuk kategori dosa-dosa amat.

"I see. I see."

"Atau lo coba aja telepon Hamzah..."

"Not a good idea," Shiradj segera memotong. Yaiyalah tentu saja. Setelah pemakaman Appa kemarin, Kais bisa lihat seberapa kesalnya keluarga Dea pada Shiradj.

"Aku masih gak tau apa maunya si penculik Dea. I got money. I got connections. Tapi dia gak hubungin lagi sama sekali, kayak nggak butuh. Aku trace, terakhir sinyalnya di sekitar apartemen... I watch too much thriller movies, I am so afraid something bad happen to her."

Kais melirik Dea, yang terlihat dingin mendengar Shiradj.

"Atau ini salah satu idenya Della, ya? She's always hate me, and she's in creative industry. Kayak, dia mungkin banget gitu punya ide seaneh ini..."

Ekspresi semua orang langsung gak tenang seiring pernyataan Shiradj.

"Gue ketemu langsung sama Della barusan, dia...kelihatan sama bingungnya sama kita," Kais menambahkan, "Dan marah sama lo juga."

Merrily Marry MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang