Curiosity: The Curse and The Cure Pt. 3

3K 804 51
                                    

Ponsel Kais berdering, tepat ketika ia jalan menuju mobil di basement, membuatnya nyaris lompat. Kaget setengah mati. Karen yang telpon.

"Ya?"
Sinyal gak terlalu bagus di bawah sini.

"K? Kamu di mana?" Suara Dea terdengar, panik dan jauh.

"Lho?" Kais memastikan nama yang tertera di layarnya sekali lagi. Betul kok. 😈 Fam_ Karen Rempong. "Dey? Kamu sama Karen?"

"Kamu masih di gedung Rana Jaya?"
"Iya ini aku mau ke luar. Kenapa kamu sama Karen?"

"Keluar sekarang, K! Aku di seberang jalan ya."

Dan sambungan mati. Kais segera berlari ke mobilnya. Nyalain dan nyetir keluar ala-ala pencuri mobil Hollywood, lalu berhenti di depan mobil Karen, yang adalah hatchback super eye-catchy dan selalu jadi bulan-bulanan anggota keluarga. Warnanya hot pink dan pakai knalpot modif gengges. Konon, mobil yang dipanggil Inul ini bisa goyang-goyang kalau disetelin musik keras karena dipasang hidrolik. Sekeluarga memang harus ada orang yang zonk urusan otomotif. Suaminya Karen bahkan gak berani pinjam, memilih pakai Gojek kalau mobilnya lagi diservis.

Kais parkir dan keluar, nyaris berlari menuju Inul. Ia masuk ke kursi belakang, mendapati Karen di balik kemudi, Karli di kursi penumpang depan, dan Dea. Semua berwajah khawatir dan bicara bersamaan.

"Kamu gila ya, bisa-bisanya kamu masuk sarangnya Oji!"
"Lo gak nghubungin gue sejam dan gue takut lo udah kenapa-napa, anjir!"
"Is, parah lo, lo bikin gue dijemput odong-odong di kantor!"

Kais mengangkat tangan, membuat suasana sedikit sepi. "Sebentar. Ini kenapa jadi semua ke sini?"

Sesuai janji, Karen berusaha menghubungi Kais tapi gak bisa. Ia nitip Ossa, lalu jemput Dea, Karli, dan menyusul Kais yang share-loc terakhirnya di titik ini. Kepanikan Karen segera menular pada Dea. Sementara Karli sih kzl aja karena reputasinya di kantor sebagai mas-mas cool ternoda oleh kemunculan Inul.

Kais menghela napas dan bercerita semuanya. Gandengan Dea sempat terlepas tapi Kais menggenggam tangannya erat kembali. Semua terlihat menahan napas tegang beberapa detik saat cerita Kais akhirnya selesai.

"Lo sarap emang Is." Karen mengeplak kepala Kais, lupa total pada status dan kedudukan dalam keluarga.

"Gue balik ah. Lemes banget gue sumpah." Kais menghembuskan napas.

"Gue aja lemes apalagi lo." Karli menanggapi, sebelum mengancam Karen, "Balikin gue langsung ke rumah. Malu gue kudu ke kantor lagi pake odong-odong."

Kais pamitan sebelum menarik Dea ke mobilnya sendiri. Dia masih belum yakin sama reaksi Dea, tapi kayaknya bakalan ngambek sih. Buktinya gak ada tanggapan apapun sejauh ini.

Kais menyalakan mobil dan AC, lalu melirik Dea yang masih tertegun.
"Dey, please say something."
"Kamu yang harusnya bilang-bilang kalau mau ngapa-ngapain, K."
Telak banget.

"Maaf. Aku tuh penasaran..."
"K. Kamu gak tau dia bisa ngapain aja, kamu nyamperin dia ke sini, ketauan, nantangin pula. Apa sih maunya kamu?"

"Aku maunya sih gak ada urusan sama dia."
"Tapi kamu yang cari-cari dia, ngutik-ngutik bisnisnya. Ya pasti dia ngurus lah!" Kata-kata Dea gak pernah diucapkan keras tapi kali ini ada nada kesal yang kentara di sana, membuat Kais membisu.

"Aku dengar nama tempat ini sejak lama, dan aku aja gak pengen tau bisnis apaan yang dijalankan di sini. Tiba-tiba aku dengar kamu masuk sendirian! Kamu tau aku kagetnya kayak gimana? Kamu mikir gak aku khawatir? Kamu sadar gak sih kalau dia itu orang sakit jiwa yang berbahaya?"

"Maaf Dey, tapi aku..."
"Kalau minta maaf jangan ada tapi."

Kais tahu dia salah. Lagi. Gara-gara penasaran soal Shiradj. Lagi. Jadi dia diam.
Sebagian dirinya kesal karena merasa berhak untuk cari tahu, tapi lainnya juga menyesal.

Merrily Marry MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang