The Great Escape

4.6K 1K 178
                                    

Suasana hati Kais yang sempat suram segera terhapuskan oleh glamping yang dibook-nya super impulsif tadi subuh. Menghabiskan waktu keliling resort yang berada di samping sungai kecil, dengan pemandangan berkabut jam 5 sore, Kais menyadari sesuatu yang berbahaya.

Dia jatuh cinta terlalu cepat pada Dea.
Dea yang ekspresif, terlihat lepas dan apa adanya di depannya. Dea yang gak ragu nyemplung ke sungai karena ditantangin. Dea yang kemudian menggigil kedinginan setelahnya, tapi masih ketawa puas. Dea yang sekarang duduk di sampingnya, selimutan dan berusaha untuk lebih hangat setelah mandi panas yang sia-sia.

"Ini kayaknya gara-gara rambut aku deh, gak kering-kering..." Dea berkomentar, memecah konsentrasi Kais yang sibuk overthinking.

"Mau aku keringin?"
"It's fine. Come closer, though."

Kais menggeser diri dan menggosok-gosok dua sisi badan Dea, membuatnya tertawa.
"Can you being normal and just hug me instead?"

Permintaan yang tentu segera dipenuhi Kais. Mereka cuddling di atas sofa, tanpa bicara, melihat pemandangan hutan pinus menggelap, sampai alarm magrib berbunyi. Kais merasa semuanya sempurna.

***

Makan malam di depan api unggun, dan Dea cerita tentang pengalamannya kerja di banyak lokasi terpencil di Indonesia.
Sebelumnya, Kais cerita banyak soal tempat-tempat trendi di seluruh dunia yang pernah dikunjunginya. Dua jenis pengalaman yang sangat berbeda satu sama lain, dan Kais gak bisa menahan diri untuk gak kagum pada Dea.

"Kamu nanti mesti balik Papua lagi?"

"Iya. Tapi sebetulnya ini terakhir kok, aku cuma perlu di sana sekitar 6 minggu dan udahnya aku di Jakarta."

LDR. Worse. LDM.
Kais tuh pacaran jauh-jauh pun gak pernah sebelumnya. Meskipun gak tiap hari ketemu, tapi punya pasangan sekota yang bisa disamperin kapanpun itu rasanya menenangkan.
...trus sekarang istrinya malah mesti pergi jauh banget. 6 minggu.
Kais memeluk Dea lebih erat otomatis.

"I'll miss you."
"Don't."

Kais mengerutkan kening, "Why not?"
"Come with me, then."

"Seriously?" Kais memundurkan diri, supaya bisa melihat jelas ekspresinya Dea.
"Kamu gak ngapa-ngapain di Jakarta kan? Daripada kamu disamperin sama Leika lagi kalau ditinggal di rumah, mending ikut aku. Aku kerja dari pagi sampai sore. Libur Sabtu Minggu, bisa aku gabung-gabung, jadi dua minggu kerja, liburku 4 hari. Kita bisa jalan-jalan, pergi ke..."

"Okay. Deal."
"Belum selesai penawarannya, K."

"Mau. Aku mau ikut. Kamu boleh emangnya bawa aku?"
"Mas-mas lain bawa istri. Aku masa gak boleh bawa suami?"

Kais tersenyum lebar, "Ayo. Aku ikut."
"Tapi di sana aku gak bakalan rajin-rajin beresin mess, gak akan masakin kamu, kamu apa-apa urus sendiri." Dea buru-buru kasih disclaimer.

"Aku apa-apa sekarang juga urus sendiri."
"Oke. Aku nanti bilang sama boss-ku."

"Baim Wong?"
"He? Kok Baim Wong?"
"Boss-que."

Untuk sesaat Dea terlihat shock mendengar jokes super bapack-bapack Kais, membuatnya agak menyesali selera humornya yang sedikit terlalu crunchy. Tapi kemudian Dea tertawa terbahak-bahak.

Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?
Punya istri cantik, baik, manis, dan mengerti selera humor itu sesuatu yang harus disyukuri.

***

Hampir dua minggu di Bandung, Kais dibawa keliling-keliling sama Dea. Makan di kaki lima, cari bakso Karmel di Lembang, nongkrong di tempat komik, masuk kampus yang ditutup pura-pura jadi dosen, ke rumah beberapa teman, berenang di Bumi Sangkuriang--country club old yang Kais suka banget... Dulu Kais bercita-cita mau honeymoon sama istri ke Jepang. Atau desa kecil di Wales. Ternyata dia bisa bersenang-senang sama istri jalan kaki di gang-gang sempit Babakan Siliwangi ngikutin sungai Cikapundung.

Merrily Marry MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang