Shades and Weaknesses

5.1K 782 174
                                    

Kais butuh waktu mencerna kata-kata Shiradj yang...rasanya gak nyata. Seperti dengar kalau ternyata Lucinta Luna betulan perempuan. Sesuatu yang rasanya gak mungkin, tapi bisa aja kejadian.

"What did you do?" Setelah beberapa saat bengong, akhirnya Kais bersuara.

"I didn't do anything!" Shiradj menggeram di telepon.

"Yeah right." Kais ketawa pahit, "You did everything to make my life living hell."

"I mean, not to her."

"Yha. Ngancem-ngancem mau ngebunuh lakinya itu bukan ngapa-ngapain?" Kais sebel banget sama tokoh-tokoh nyinyir di sinetron tapi sekarang dia gak bisa menahan diri.

"Well..." Shiradj speechless sejenak, "Ya, ya...itu iya sih..."

"Jadi lo ngapain lagi?"

"Ini bukan aku, Kais. Tadi tiba-tiba aku ditelpon orang dan bilang kalau...Dea ada sama dia. Aku cek ponselnya, apartemen, semua, dan dia beneran hilang."
Ada kepanikan yang kentara di suara Shiradj, sesuatu yang membuat bulu kuduk Kais meremang seketika.

"Aku ke apartemennya, dia gak ada. HP, dompet, tas masih di tempatnya. CCTV apartemen masih belum bisa diakses, dan sejauh ini dia gak ada terima telepon atau SMS aneh..."

"You, bastard." Kais memaki pelan, tanpa sadar, memotong ucapan Shiradj. Kenyataan kalau Shiradj mengawasi istrinya, membuat Kais ingin sekali ngeruwes muka sombongnya.

"Please. Kita harus ketemu."

***

"Gimana perasaan lo semua?"
30 menit kemudian, Kais dan tiga adiknya sudah di parkiran Vybbe.

"Malu gue. Kenapa kita mesti naik Inul padahal aksi kita heroik." Karli menjawab segera. Sekeluarga tahu banget, kalau ada hal yang ingin sekali dihindari Karli tapi selalu gagal, itu adalah...Inul. Dan Jimin BTS.

"Itu namanya takdir. Lo bego karena belum isi bensin. Lo tolol karena ban kempes sampe velg kena aspal." Karen menunjuk dua abangnya penuh semangat, sebelum mengarahkan telunjuk pada Kais, "Lo...udahlah, lo juga ada mobil tapi ke rumah gue make gojek. Paling oon. Tapi lo lagi banyak musibah, jadi gue paham."

"Lo ngerasa Shiradj jujur gak sih?" Kais mengembalikan topik.

"Kayaknya dia tipe orang sombong manipulatif...tapi gak bohong." Kian menjawab, "Dia kayak yang...meluap-luap gitu lho orangnya, kalau bohong ketauan pasti."

"Yaudah nih gue turun aja nih berarti?" Kais menyiapkan diri.

"Yuk." Karen meraih tasnya dan bersiap keluar.

"Eh. Kalian di sini aja..." Kais menahan, baru sadar kalau gak hanya Karen yang bergerak. Kian yang cuma pakai seragam basket lusuh, Karli sarungan, dan Karen dasteran + cardigan doang...ketiganya mau ngintilin masuk ke gedung Vybbe. "Bahaya." Kais menambahkan, meski pengen nerusin, "Malu-maluin."

"Justru itu. Lo butuh kita semua." Kian berkomentar dengan wajah serius.

Kais berpikir-pikir lagi, tapi semua orang udah keburu keluar dari mobil. Dahlah. Biar jadi element of surprise aja. Dan terbukti. Rombongan sirkus jelas bukan hal yang diperkirakan Shiradj. Saat menyambut keempatnya di lobby yang kosong bersama beberapa bodyguard, dia terlihat shock.

"Ini kondisi genting, Kais. Kok kamu malah bawa geng Karang Taruna." Ia melirik semua orang satu-satu.

"Ya kan gara-gara lo juga, Radj. Pas lo telpon mereka semua lihat dan mau ikut."

Keduanya berjalan tanpa suara ke studio terdekat. Karli-Kian-Karen ngikut, membuat entourage-nya Shiradj bergerak juga. Jadi mirip orang main ular naga. Saling ngikutin.

"Ini saya mau ngomong sama Kais dulu." Shiradj berkata.
"Kalau mau ngomong sama dia, kita harus ikut juga." Kian menjawab dengan nada intimidatif...lengkap dengan dada terbusung.

"Siapanya kamu sih ini?" Shiradj mengernyitkan kening, menggelengkan kepala.

"Adik-adik gue." Kais mau gak mau merasakan kebanggaan. Walau gak full ya, abisan semuanya lusuh banget.

"Semuanya?" Shiradj gak percaya.
"Semuanya. Gue anak pertama, adik gue tiga, mereka tahu semua."

"Hmmmm..." Shiradj mengamati semua orang, "Ternyata mitosnya benar ya. Saya gak pernah sadar."

"Mitos apa?"

"Anak pertama, biasanya paling pendek dibanding adik-adiknya." Shiradj mengangkat bahu dan membuka pintu ruangan.

Sialan.

***

Sesuai permintaan Kais yang tadi sempat diutarakannya dalam salat malam, secara mengejutkan Shiradj cerita sendiri tentang semua rencana dan kelemahannya.
Ternyata bukan cuma gak bisa bohong, sosok mirip mafia ini bocornya parah. Mungkin karena dia lagi panik juga. Kais and Siblings yang mau marah jadi prihatin.

"Jadi gimana dong, kalau bukan lo trus siapa?"
Semua adik-adik Kais udah duduk-duduk sans di sekitar mereka, Kian malah menyimak sambil makan PopMie.

"Gak tau." Shiradj mengangkat bahu pasrah, "Clueless."

"Lo kagak ada musuh apa gitu, kayaknya lo tipe yang suka sewa assasin..." Kais melirik khawatir pada Karli yang udah sok asyik, setengah tiduran di salah satu kursi.

"Ada sih saingan bisnis. Tapi ya gak gini. Lebih ke...dulu-duluan akuisisi perusahaan, beli saham trus dijual biar ngedrop, money game."

"CCTV apartemen gimana?" Karen bertanya lagi.

"Apartemen Dea CCTVnya cuma di area lobby dan sekitar lift. Dari situ sih kelihatannya dia ke luar gedung sendiri."

"Nomor yang telpon kamu, siapa?" Kais ikut bertanya.

"Udah dicek. Nomor baru. Kemungkinan dibeli di warung pulsa, didaftarkan dengan nama palsu, dan sekarang udah gak aktif lagi."

"Yakin palsu?"
"Masa beneran Lucinta Luna yang nyulik Dea? Dan dia cuma bilang, Dea ada sama dia. Tunggu instruksi berikutnya."

Semuanya terdiam mikir-mikir. Semua skenario film action thriller-nya Liam Neeson bermunculan tanpa bisa ditahan di kepala Kais. Perkiraan terburuk, Dea diapa-apain. Dan dia sedang sakit.

"Atau kita lapor polisi..." Kian mengusulkan.
"It'll make things complicated." Shiradj memotong.

"Enggak juga, kenapa emangnya?"
"Polisi... Aku gak terlalu suka." Shiradj tampak gugup, "Lagian polisi baru ngurusin orang kalau sudah hilang 3x24 jam. Dia mungkin dianggap lagi kabur dari kamu."

Alasan macam apa. Lalu Kais ingat kalau Shiradj ini shady. Laporan polisi cuma bakalan bikin dia ditanya-tanya, dan melihat kelakuannya yang bocor gini...pasti akan jadi panjang perkara.

"Kamu udah cari ke mana aja? Pamadegan? Della?"

"Selalu cek pergerakan ATM, CC, dan paspor. Nihil." Shiradj mengangkat bahu, "Dua itu sih belum."

"Lo tuh creepy freak tapi gak cerdas ye." Kais mengeluarkan ponsel, menemukan nomor Della dan menelpon. Dua deringan, dan diangkat.

"Della." Walau agak jiper sama Della, Kais penasaran.

"K?"

Nyaris Kais memekik kaget. Dea yang jawab telponnya! Untung dia dulu belajar akting demi penampilan panggung mengesankan.
"Dells, lo liat Dea gak?"

"K... Kamu sama Shiradj?" Dea segera mengerti.

"Iya. Jangan panik. Gue cari dulu. Oke. Nanti gue kabarin lagi." Kais buru-buru menutup telepon.

Shiradj menyipitkan mata dengan kecurigaan. Membuat jantung Kais dagdigdug gak keruan. Apakah dia tahu kalau Dea sama Della? Atau curiga? Atau...

"Della emang nakutin gak sih?" Shiradj berkomentar.

Kais mengangguk cepat. Hmmm. Apa yang direncanakan istrinya?

Merrily Marry MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang