Dea tidurnya lama. Kais gak tega banguninnya, meski sudah sampai depan rumah. Dia sempat gojek makan siang, makan di mobil, group meeting ama timnya Arlen, salat Dzuhur dan Ashar...tapi Dea masih nyenyak. Di parkiran dalam mobil yang menyala.
"Rise and shine." Kais menyapa saat akhirnya Dea bangun, ngucekin mata dan terlihat masih bingung.
"Aku lapar." Dea menjawab dengan suara serak.
"I bet. Yuk, turun."
***
Kais pernah punya pacar. Tapi di luar perkiraan banyak orang, dia gak terlalu beruntung dalam percintaan selama ini. Yang terakhir adalah seorang influencer naturalist/minimalist living yang selama pandemi berubah jadi antivax dan penganut anti elit global. Untung siwernya setelah putus lama.
Terakhir pacaran itu, manis-manisnya cuma bertahan beberapa minggu. Saat ketahuan dekat sama media, Aurora lantas menjadikannya bahan konten. Hidup Kais penuh prank, "kejutan" yang direncanakan, banyak tuntutan, tanpa privasi dan jadwal hidupnya lumayan terganggu apalagi pas Aurora tau-tau memutuskan mendadak jadi DJ dan hidup nokturnal. Susah ketemu dan tiap telponan senewen melulu karena sama-sama capek. Kais gak bisa berantem, kalau diajak ribut memilih kabur dan menghindar. Dianggap bagian dari "semua cowok emang gitu", pas akhirnya putus Kais jadi bahan obrolan netizen selama beberapa saat, membuatnya malas bikin album lagi dan fokus jadi produser.
Dia sudah lama banget gak manis-manisan sama perempuan. Artis-artis di manajemennya dia perlakukan sama, perempuan-laki-laki...kalau bandel diomelin, kalau belum makan disuruh makan, kalau pulang dipesenin Gocar. Gak ada yang spesial.
Jadi sekarang Kais agak bingung sendiri menghadapi Dea, yang sekarang habis cuci muka trus masuk dapur. Dia cuma ngikutin doang.
"Erm, aku tadi beliin kamu makanan juga." Kais berkata saat Dea buka kulkas.
"Oh? Beliin aku apa?"
"Ravioli. Aku beli pasta di resto dekat sini. Aku panasin mau?"
"Boleh. Aku tadinya kepikiran mau makan sarapan kamu tadi pagi. Gak sempet dimakan kan?"
"Udah barusan. Pasta aku kurang jadi aku tambahin nasi goreng kamu." Kais menjawab sambil sok sibuk panasin pasta ke microwave biar gak keliatan malu.
"Hahahaha. Emang enak dicampur-campur?"
"Enak-enak aja."
"Wow. I always thought you're a bit petty and picky." Dea berkomentar, mengambil piring dan sendok garpu, lalu berdiri di samping Kais.
"Aku tuh aslinya low maintenance, cuma dulunya banyak gengsi karena mikirin pandangan orang. Harus. Karena dulu kerjaanku gitu. Sekarang gak lagi. Udah gak mesti mikirin siapa-siapa."
"Mikirin aku dong." Dea memotong, membuat Kais mangap seketika, "Kan aku istri kamu sekarang."
"Oh. I...iya sih."
Dea memandangi Kais lama, untungnya timer keburu berdenting sebelum lelaki itu kelihatan gugup. Dia bisa sok-sok'an nyiapin makanan Dea.
"Kamu makan, aku mau beres-beres dulu yah." Kais menyimpan piring di meja dan setengah kabur ke kamar.
Menutup pintu dengan jantung berdebar. Apaan nih. Kais bukan cowok kemarin sore yang grogi lihat perempuan. Dia selalu bisa stay cool...biasanya. Gak bisa memungkiri kalau pikirannya kemana-mana banget selama memperhatikan Dea barusan. Ia membuka lemari, dan sadar kalau harus berbagi space. Jadi Kais beres-beres, geser beberapa pakaian supaya ada rak kosong. Lumayan mendistraksi sampai terdengar ketukan di pintu, yang lalu terbuka dan menampakkan Dea lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merrily Marry Me
RomansaKais dan Dea menikah bukan karena cinta. Kais yang baru saja keluar dari dunia musik nan glamor ingin melengkapi hidup dengan cara yang baik. Dea, perempuan yang sudah lama gak butuh lelaki, ingin berbakti pada orangtuanya. Dengan latar belakang, ka...