Kondisi Appa kritis. Saat tiba di Pamadegan, sesuai dugaan, Dea terlihat paling tenang. Ia menenangkan keluarga, bersikap rasional, dan nyaris tanpa emosi berlebihan. Menurut dr. Ade yang adalah teman Dea dan ikut mendampingi, Appa menolak pengobatan apapun. Ia sudah punya daftar permintaan yang disepakati keduanya saat masih sehat, dan kini ditaati dr. Ade sepenuh hati.
Kais diminta Dea untuk berdoa dan menemani Appa di kamarnya, sementara Dea mengurus berbagai hal, mulai dari Amma yang ikut sakit karena shock, puluhan tamu dan orang asing dadakan berkunjung untuk menengok, pesantren yang operasionalnya terbengkalai, hingga...pengacara yang mengurus wasiat Appa.
Di malam hari saat Kais ganti jaga dengan Hamzah dan istrinya, mereka tidur di kamar Dea. Bermalam-malam Kais berbaring sendirian, sementara Dea gak pernah betul-betul tidur, bolak-balik ngapa-ngapain, hanya sesekali duduk di samping Kais, atau ketiduran di kursi.
Kais gak berani caper, meski kelakuan Dea yang seakan mengabaikannya mulai membuatnya baper. Ia melihat langsung betapa sigap dan sibuknya Dea di antara keluarga yang bingung, dan mengurungkan niat untuk protes. Hampir seminggu mereka di Pamadegan, dengan Dea masih bekerja WFH berkat pengertian kantor. Untung Kais sudah jadi pengangguran profesional, bisa fokus menjaga Appa.
Kehilangan orangtua bukan sesuatu yang pernah terpikir oleh Kais selama ini. Kedua orangtuanya sehat, bahagia, dan baik-baik saja. Ia gak pernah membayangkan akan hidup di dunia tanpa keduanya, meskipun cukup banyak orangtua teman dan kerabat yang sudah duluan meninggal.
Kini, dihadapkan pada situasi yang ia pun gak siap, Kais merasa sangat tak berdaya. Dea bahkan tampak lebih kuat dan tegar menghadapi semua, termasuk saat dr. Ade mengajak anggota keluarga untuk bicara serius--yang pastilah bukan kabar gembira.Di pagi hari ke-8, diputuskan kalau semua oksigen, obat dan infus akan dihentikan. Pengacara menyatakan wasiat terakhir Appa sah dan harus dijalankan. Kais yang duduk di pojok ruangan memandang Dea yang jadi satu-satunya orang yang masih berdiri tegak, tanpa air mata, mengangguk penuh kepastian, sementara sekelilingnya adalah keluarga yang hancur dalam kesedihan.
Ia bersama Amma, Hamzah, Teguh, membisikkan banyak hal dan semuanya mendengarkan.Setelahnya Appa memasuki tahapan yang seakan menggerus sisa-sisa kehidupannya dengan cepat. Berada di samping tempat tidur Appa, ia merasakan kaki dan tangan yang mendingin, suara penanda detak jantung yang bertambah cepat, napas yang makin berat terhela... Ketika maut akhirnya mendatangi Appa, Kais tidak bisa mengalihkan pandang dari Dea dan ekspresi dinginnya yang seakan tanpa emosi, walau air mata perempuan itu turun menderas.
Dea memeluk keluarganya yang menangis histeris bersama orang-orang lainnya di ruangan itu. Ia membiarkan air matanya mengalir, tapi wajahnya tetap datar dan suaranya tenang. Malah Kais yang merasa hatinya remuk. Ia gak mengenal Appa terlalu lama, tapi cukup paham untuk paham betapa inspiratifnya beliau. Hidup sederhana, apa adanya dan membantu sesama yang menjadi prinsip hidup Appa, seakan ditanam, berakar dan tumbuh bersama Pamadegan. Beliau adalah jiwa dari kompleks kecil yang pernah menerima Kais dengan tangan terbuka, tanpa prasangka. Dan ia gak lagi bisa menahan sedih yang muncul dari dasar hati.
Tapi Kais ragu-ragu. Ia merasa masih bukan siapa-siapa di sana, hanya sekedar menjadi pendamping Dea yang seakan gak menyadari keberadaannya. Semua orang menyentuh dan mengucapkan selamat tinggal pada Appa, hingga tiba giliran Kais.
Kais gak pernah tahu mesti baca doa macam apa di situasi seperti sekarang. Tapi ia berusaha untuk bicara pada Appa, sebagai Bapak Mertua dan sosok yang dikaguminya sejak pertemuan pertama mereka: berterimakasih, minta maaf, dan mendoakan semoga jalan Appa terang dan lurus di alam sana. "Semoga kita ketemu lagi ya, Pa." Kais berbisik sebelum menegakkan diri dan menoleh pada Dea, yang masih memandanginya kaku. Tapi ada sedikit gerakan wajah yang ditangkap Kais, yang membuatnya meraih tangan Dea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merrily Marry Me
RomanceKais dan Dea menikah bukan karena cinta. Kais yang baru saja keluar dari dunia musik nan glamor ingin melengkapi hidup dengan cara yang baik. Dea, perempuan yang sudah lama gak butuh lelaki, ingin berbakti pada orangtuanya. Dengan latar belakang, ka...