Pemandangan di atas ranjang Dea, bukan sesuatu yang Kais siap lihatnya.
Gak aneh, tapi gak terduga aja. Dea sedang tidur, dengan noise canceling headphone, penutup mata, kompresan tempel di kening, sambil memeluk sweater Kais.Kais gak bisa menahan diri untuk masuk pelan-pelan, berjongkok di depan Dea dan menyentuh pipinya. Yang panas. Beneran sakit dia ternyata.
"K, stop." Dea mengigau sambil tersenyum. Bikin Kais pengen banget lihat ada apa di mimpi Dea. Rasanya sudah terlalu lama Kais gak lihat Dea tersenyum dan tertawa.
Kais melepas headphone dari telinga Dea, meskipun pelan tapi membuatnya terlonjak bangun. Dea membuka penutup mata, dengan ekspresi yang membuat hati Kais teriris: kombinasi sedih, takut, dan kangen.
"Why are you here?" Dea berbisik.
"I miss you." Kais menjawab, menahan diri untuk gak menarik Dea ke pelukannya.
"How did you get in?"
"Della."Dea mengangkat alis dan tersenyum kaget, "She lets you in?"
"She's here with me."
"You're better than I thought."Dea mengulurkan tangan dan menyelusupkan jarinya ke rambut Kais.
"You're hot."
"I'm aware of that." Kais menjawab setengah bercanda. Dan Dea tertawa kecil."Maksudku, kamu kayaknya lagi beneran sakit, K. Kamu demam ya?"
"Makanya aku gak lepas masker dan belum cium kamu dari tadi."
"Covid?"
"Lovesick."Dea menatap mata Kais dalam-dalam.
Lama.
Cukup untuk bikin Kais gak tenang."Why are you here, K?"
"We need to know why you're doing this. Menurut Della, kamu bukan mbak-mbak lebay yang saking jealousnya ama Leika sampai mau pisah sama aku." Kais mengusap rambut Dea, "Tell me. What did I do wrong? I can try to fix them. Aku dan Della butuh penjelasan."Dea menghela napas. Menyerah sepertinya.
"Della di luar?"
"Lagi Zoom Meeting."Dea membuka masker Kais, yang segera ditahannya. "Aku beneran sakit dan udah minum obat Halodok, lho, Dey."
"Aku juga. Dari kemarin aku panas dingin. Come and hug me." Dea setengah menarik Kais naik ke kasur.
How could Kais said no to this?***
Della menutup laptop dengan wajah shock saat Kais dan Dea muncul bersama dari dalam kamar.
"Lo di rumah?"
"Tidur, sampai tau-tau dia menerobos masuk." Dea menjawab sambil menunjuk Kais. Ia jalan ke dispenser dan minum banyak-banyak.Della menyipitkan mata curiga pada Kais, yang buru-buru kabur, duduk di salah satu kursi terjauh.
Dea menarik kursi lain di hadapan Della.
"I assume you need answers."Ponsel Della berdering.
"Sorry. Lanjut aja meet-nya, gue ada sesuatu yang urgent."
Kais makin amazed sama kelakuan sepupu iparnya satu ini.Dea menghela napas panjang. Ia melirik Kais ragu-ragu, yang ditanggapi dengan anggukan. Barusan mereka gak cerita-cerita. Gak sempat. Sibuk kangen-kangenan.
Sesuai dugaan Della. Dea yang kesal (bukan jealous, pokoknya bukan!) soal Leika, tadinya cuma mau ngambek sebentar. Tapi, saat tiba di rumah, Shiradj menelpon. "Dan dia marah banget. Dia mengancam mau jahatin Kais, kalau aku gak segera pisah. Saat itu aku baru aja ditinggal Appa ya, aku gak kebayang kalau mesti ditinggal Kais juga..."
Maka muncul pembicaraan malam itu, yang bikin Kais menggalau dan tidur di studio. Sebagai peringatan, Shiradj berniat bikin ledakan kecil yang ternyata jadi kebakaran. Ia juga bilang kalau bisa tahu semua chat dan telpon di ponsel Dea, dan meminta proses perceraian lebih cepat.
"Aku cuma pengen kamu baik-baik aja, K." Dea menambahkan, membuat Kais merangkulnya segera.
Della memandang keduanya dengan prihatin, "Lo kan bisa bilang sama gue."
"Gimana caranya? Aku kemarin bener-bener lagi gak bisa mikir, dan takut banget untuk hubungi siapa-siapa, ketemu siapa-siapa. Dia bisa hancurin rumah Kais, Dells. Rumah! Dan gak ketahuan, gak ada bukti, dia gak diapa-apain!"
"Dia minta apa lagi dari kamu?" Kais bertanya, geram dan sedih sekaligus.
"Dia janji gak bakalan ngapa-ngapain kamu kalau kita pisah. Udah sih, itu aja." Dea menghapus air mata, "Aku pikir yaudahlah, yang penting kamu selamat."
"Si psikotik narsistik bajingan keparat itu emang paling gak bisa lihat lo seneng, Dey." Della berkomentar.
"Kalau gitu kita gantian aja. Kita balas dia. Apa hal yang paling penting buat dia? Yang berarti, yang paling bikin dia sensi?"
"Ummmm..." Dea berpikir-pikir, "Kayaknya, dia gak suka kalau urusan pribadinya dibahas. Bisnis, keluarga... Bahkan aku tanya aja dia marah."
Kais pengen sedih dengarnya.Della menjentikkan tangan, "I'm good at that."
"Maksudnya?"
"Kita bisa bikin rencana bagus untuk membalas dan kasih dia pelajaran. Tapi, kita akan butuh kamu untuk jadi lebih berani menghadapi dia." Kais menangkap maksud ltersirat Della.
"K, we've lost our house! He's capable of doing other cruel things!" Dea menutup mukanya, sedikit histeris.
"Makanya. Let's put a good stop then."
"I'd like that." Della menanggapi, mengusap bahu Dea.
![](https://img.wattpad.com/cover/284962952-288-k825049.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Merrily Marry Me
RomansaKais dan Dea menikah bukan karena cinta. Kais yang baru saja keluar dari dunia musik nan glamor ingin melengkapi hidup dengan cara yang baik. Dea, perempuan yang sudah lama gak butuh lelaki, ingin berbakti pada orangtuanya. Dengan latar belakang, ka...