Beberapa hari sejak kembali ke Jakarta, Kais menikmati peran baru jadi sopir Dea pergi dan pulang kantor. Selain karena tangannya Dea masih kurang oks untuk nyetir mobil manualnya, Kais juga jadi ekstra khawatir gara-gara...Shiradj.
Dari Dea, Kais tahu kalau Shiradj potensial banget untuk melakukan hal-hal mengerikan. Dia punya uang--banyak, dan pekerjaannya super shady, melibatkan berbagai pihak misterius yang Kais bayangkan mirip-mirip penjahat pada umumnya di film action bertokoh utama Jason Statham.
"Pas masih sama aku, dia baru mulai kariernya. Dia lulus jadi notaris. Lalu dia ditawarin sekolah lagi, hukum internasional apalah. Kami pisah menjelang dia berangkat ke Oxford. Aku diungsiin sama Della ikut dia ke Singapore. Urusan pisah dibantuin sama keluarga, dan abis itu gak pernah berhubungan langsung. Sampai kemarin. Itu pun gak ngeh kalau...itu Oji. Kayaknya dia pun sama. Aku tahu dia cariin, dan kadang ngerasa dia kayaknya stalking, tapi kami beneran gak pernah saling ketemu lagi."
Kalau aja Dea ceritanya gak sambil nyisirin rambutnya yang mulai gondrong, mungkin Kais udah suram banget insecure.Lalu mendadak Kais diminta datang ke MusiKais. Urusan rekaman yang dikirimnya kemarin katanya, dan akhirnya setelah mengantar Dea ngantor pagi ini, Kais mampir.
Arlen terlihat lebih kurus padahal baru beberapa bulan mereka pisah kantor. Kentara banget pekerjaan dua orang yang tadinya berbagi sama Kais dilakukan olehnya sendiri.
Begitu masuk ruangannya, barulah Arlen menyurukkan kepala ke meja.
"Bro. Serius. Gue gak sanggup, gak sangguuuup."Nah. Kan. Seperti tampilannya, Arlen memang agak ekstra. Masalah sekecil apapun, drama aja dulu, walaupun nanti 100% bisa diatasi.
"Apa sih lo, ah." Kais menanggapi biasa, "You'll get through."
"Is. Plis. Gue tuh bisa bisnis. Tapi selera musik gue gak asyik. Intuisi gue gak maen di sini. Gue helpless banget selama lo cuti honeymoon."
"Gue gak cuti. Gue resign."
"Whatever. Gila ya gak sanggup lagi gue dengerin demo tape para self-claimed artists."
Arlen masih nyungsep di meja. Gak peduli rambut ala drakornya berantakan. Kayaknya beneran depresi."Lempar ke Spotify. Liat mana yang trending. Gitu aja repot."
"OMG. Good idea!" Arlen menjentikkan tangan, bangkit mendadak.
"Trus apa nih gue. Disuruh kemari buat apaan?"
"Buat ngegosip."
"Astagfirullah, Len. Gosip apa tapi?"
Yha. Kata siapa cowok gak bergosip? Kalau sama sahabat dekat, mereka bisa ngomongin orang lebih sadis daripada perempuan.
"Gosip boss baru gue."Kais mendadak bersemangat. Bukan gosip. Tapi menggali informasi ini mah.
"Shiradj? Kenapa dia?""Dia katanya mau balik Indo. Mampus gak. Beda negara aja gue dah disugesti jadi workaholic. Apa kabar dia di sini. Jangan-jangan lebih parah dari lo yang menoyib kagak pernah pulang-pulang."
WHAT? "Balik Indo? Kenapa?"
"Dia bilang mau ngurusin rujuk ama bininya. Percaya gak lo, dia ternyata ada istri. Anjir gue pikir, bachelor. Udah siap gue diajak main. Taunya..."
WTF?
"Rujuk?? Rujuk apa? Gimana maksudnya?"
Sama Dea? Emang bisa?
"Rujuk? Why? How? RUJUK?""Iya itu lho, buah-buahan disambelin. Rujuk, cong. Rujuuuuk! Baekan ama bini."
Ada alasan kenapa Kais dan Arlen akrab. Selera humor mereka sama gak bermutunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merrily Marry Me
RomansaKais dan Dea menikah bukan karena cinta. Kais yang baru saja keluar dari dunia musik nan glamor ingin melengkapi hidup dengan cara yang baik. Dea, perempuan yang sudah lama gak butuh lelaki, ingin berbakti pada orangtuanya. Dengan latar belakang, ka...