☀️--------☀️
24 Agustus 2020
"Gue gak ada waktu buat ngomong sama kalian," ucap Ilios datar. Cowok itu masih berusaha menghindar saat Haidar dan teman-temannya menghadang langkahnya.
"Serius gak ada waktu?" Tanya Haidar santai. Cowok itu menatap geli ke arah kedua temannya yang sibuk menahan Ilios.
Ilios akhirnya menyerah. "Apa mau lo?"
"Gue gak mau apa-apa." Jeda, Haidar bersedekap. "Gue cuma mau ngehibur lo yang lagi terpuruk ini."
Ilios menutup mulutnya rapat-rapat. Malas menanggapi ketiga cowok yang selama ini menganggapnya musuh itu.
Jujur hari ini ia luar biasa lelah. Setelah semua drama bully yang diberikan teman sekelasnya, ia sama sekali ingin segera pulang ke rumah.
"Gue cuma heran sama lo. Lo tuh sebenarnya baik atau tolol?"
Perkataan Haidar sukses menarik perhatian Ilios.
Haidar tampak menyunggingkan senyum miring. "Gue tahu, bukan lo kan yang bikin Kania hamil?"
Bibir Ilios berkedut. Bagaimana Haidar tahu?
"Lo kaget kenapa gue bisa tahu?" Haidar menebak jalan pikiran Ilios dengan tepat. "Lo lupa kalo Haidar selalu tahu banyak hal."
"Jangan kasih tahu siapapun," balas Ilios.
Suara tawa menerjang gendang telinga Ilios. Cowok itu lagi-lagi diam seribu bahasa. Memperhatikan setiap tawa yang keluar dari bibir Haidar dan teman-temannya.
"Lalu imbalannya?" Tanya Haidar setelah tawanya mereda. "Lo tahu, di dunia ini gak ada yang gratis."
Ilios menatap tajam ke arah Haidar. "Apapun yang lo minta."
Tawa Haidar kembali terdengar. "Hebat! Gue gak nyangka lo emang bener-bener tolol."
"Jangan banyak ngomong ... Cepet! Mau lo apa?"
Haidar menutup mulutnya. "Ups ... Santai brader." Cowok itu kembali terkekeh. "Gue gak mau muluk-muluk. Lo cuma tinggal kasih uang tutup mulut buat gue tiap minggu. Lumayan kan buat beli rokok."
Ilios menutup matanya lelah. Kenapa harus uang?
"Tenang! Duitnya gak banyak ... Cuma seratus lima puluh tiap minggu---kenapa muka lo kayak gitu? Gak ada duit?" Tanya Haidar saat tahu wajah keruh Ilios. Apalagi melihat baju cowok itu yang tampak kotor dan bau entah karena apa, membuat Haidar merasa sangat puas.
Ilios memilih diam.
"Karena gue baik hati, sebagai ganti duit, gue mau bikin lo babak belur di tangan gue sampai gue ngerasa puas---tenang-tenang gak sampek bikin lo mati."
Ilios tetap diam.
"Oke ... Kayaknya hari ini lo udah ngelewati banyak cobaan hidup, gue akhiri diskusi kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
ILIOS
Teen FictionDari kecil sampai umurnya menginjak tujuh belas tahun, Aruna sudah lebih dari sepuluh kali pindah sekolah. Alasannya hanya satu, ayahnya seorang perwira polisi, dan ia harus mengekori kemanapun ayahnya dipindah tugaskan. Saat Aruna terpaksa pindah s...