☀️--------☀️
05 Januari 2003
Arumi menatap panik ke arah samping di mana sang suami berusaha mengendalikan rem mobilnya yang blong.
"Mas, aku takut ..."
Farhan menoleh ke arah istrinya yang sedang menggendong anak mereka.
"Perasaanku gak enak, rumi. Ada dua ban renang punya Aren di bagian belakang mobil. Cepet kamu ikat Shaka dengan ban itu. Kemungkinan kecil kita bisa selamat," ucapnya sambil terus mengendalikan mobilnya. Untung saja jalanan begitu sepi siang itu, sehingga Farhan tidak melukai pengguna jalan lain.
Arumi mengangguk cepat. Wanita itu segera memutar tubuhnya untuk meraih dua ban yang tergeletak di jok belakang.
Dengan tangan bergertar Arumi meraih gunting lalu menggunting baju bagian bawahnya membentuk tali panjang.
Arumi segera mengikat satu ban di punggung Shaka dan ban yang lain di bagian perut hingga menutup kepala. Ia tak peduli dengan tangisan Shaka yang merasa tak nyaman dengan posisi seperti itu, yang paling penting saat ini adalah keamanan Shaka.
Setelah tubuh Shaka benar-benar sudah berbalut dengan ban, Arumi melepas cincinnya. Dengan tergesa Arumi menggunting bajunya lagi. Ia segera mengikat cincinnya dan menggantungkan di leher Shaka.
Air mata kini mengalir ke pipinya. "Mas ... A-aku b-benar-benat t-takut."
Farhan mengusap rambut istrinya kemudian pucuk kepala bayinya. Bertepatan dengan itu, mobil mereka menabrak pembatas jembatan dan terpelanting ke jurang.
Arumi yang membiarkan kaca mobilnya terbuka segera melempar Shaka keluar. Semoga ada keajabian bagi bayinya untuk selamat. Hingga detik berikutnya mobil mereka menghantam bebatuan dan meledak. Kedua pasangan suami istri itu berakhir mengenaskan di dalam sana.
Tubuh Shaka terjatuh tepat di sungai tak jauh dari tempat kecelakaan. Air sungai menghanyutkan bayi itu.
Sementara di tempat lain, seorang wanita berhijab sedang sibuk mencari dua anak panti yang bermain di tepi sungai.
"Dimas! Gofar! Kemana kalian?"
Wanita itu menyusuri sungai lalu menemukan dua bocah sedang bersembunyi di balik semak-semak.
"Ibu menemukan kalian ..."
Kedua anak itu segera keluar dari tempat persembunyian sambil terkikik.
"Dasar ya! Bu Laila udah bilang, jangan bermain terlalu jauh dari halaman. Eh, kalian malah main-main sampai ke sungai."
Gofar memegang dua telinganya. "Maaf Bu panti, tapi kami tadi cuma mau ngejar layang-layang yang terbang ke sini. Iya kan Dim?"
Dimas mengangguk menyetujui perkataan Gofar.
Wanita berhijab itu hanya menggeleng melihat tingkah keduanya.
"Ya sudah cepat kembali ke panti, ibu akan menghukum kalian buat jagain adek Siska sehari--"
Perkataan Laila terpotong saat mendengar suara tangis seorang bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILIOS
Teen FictionDari kecil sampai umurnya menginjak tujuh belas tahun, Aruna sudah lebih dari sepuluh kali pindah sekolah. Alasannya hanya satu, ayahnya seorang perwira polisi, dan ia harus mengekori kemanapun ayahnya dipindah tugaskan. Saat Aruna terpaksa pindah s...