ILIOS - Empatpuluhsatu

5K 409 38
                                    

☀️--------☀️

20 November 2021

Ilios bersembunyi di balik pohon besar yang berada jauh di ujung jalan perumahan tempat Elang tinggal. Butuh waktu lima belas menit hingga sebuah motor besar yang Ilios tunggu melintas dari jalan raya.

Begitu motor itu hampir melintas melewatinya, Ilios segera keluar dari persembunyian. Ilios segera berdiri di pinggir jalan membuat cowok berseragam yang mengendarai motor besar menghentikan kendaraannya.

Tatapan mereka bertemu setelah cowok itu membuka kaca helm.

"Mau apa lo pemerkosa?"

Ilios memilih tak menjawab. Ia segera menyodorkan ponselnya membuat Elang mengernyit heran.

Cowok itu segera menerima ponsel itu dan membaca sebaris kalimat pada potret kertas lusuh yang muncul di layar.

"A-apa maksudnya ini?"

"Zale anak lo!"

Elang membelalakan matanya. Nyaris cowok itu terkena serangan jantung hingga kemudian tawanya pecah.

"Lo gila? Lo lagi halusinasi?"

Ilios mencengkeram tangannya. "21 April 2020."

Tawa Elang mereda tergantikan dengan tatapan menusuk ke arah Ilios. Tentu ia sangat ingat tanggal itu. Tanggal di mana Kania menghancurkan hatinya dalam sekejap.

"Hari itu lo sama Kania mabuk bareng kan?"

Tatapan menusuk itu berubah menjadi bingung. "Hah? Tunggu-tunggu ... Mabuk?"

Kini Ilios yang dibuat bingung. "Kania sendiri yang bilang dia ketemu lo di hari itu, dan ... Hari itu kalian ngelakuin itu secara gak sadar kan?"

Elang menatap Ilios penuh kebingungan. "Hari itu emang Kania ngajak gue ketemu, tapi gue gak jadi nemuin dia karna gue tahu kalo gue cuma dijadiin pelari--"

Ilios menarik kerah baju Elang. "Jangan bohong!"

Elang tak mengelak. Cowok itu justru terkekeh pelan. "Jujur, gue gak ngerti lo ngomong apa apa! Yang gue tahu hari itu Kania mohon-mohon di rumah lo sambil nangis-nangis."

Tangan Ilios melemah. "A-apa?"

"Ya, gue lihat semuanya. Karena itu gue pergi. Puas?" Elang tersenyum sedih. "Sebenarnya apa yang lo maksud dengan Zale itu anak gue? Dan apa maksud isi surat itu?"

Ilios mundur satu langkah. Ia menatap nanar jalan di depan.

"Kenapa lo diem---"

Belum sempat Elang menyelesaikan perkataanya, Ilios merampas ponsel di tangan Elang dan berlari pergi.

"Bukan Elang ... Bukan Elang yang ngelakuin itu ke Kania," gumam Ilios di tengah pelariannya.

Ilios mempercepat langkahnya mengabaikan puluhan pasang mata yang menatap ke arahnya heran. Bahkan cowok itu mengabaikan alas kakinya yang putus.

Lalu tiba-tiba ... sebuah pikiran terlintas di otaknya.

Ilios memutar arah. Cowok itu segera menghentikan sebuah angkot yang kebetulan melintas. Ia harus ke suatu tempat.

Butuh waktu sepuluh menit hingga angkot itu berhenti di sebuah perumahan elit.

Selesai membayar, Ilios berlari memasuki perumahan itu. Hingga langkahnya terhenti tepat di sebuah rumah megah yang hanya pernah dia datangi sekali.

ILIOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang