part 44

216 44 1
                                    

Pagi ini Haeun terbangun berkat suara kicauan burung yang terdengar seolah tengah bernyanyi dari luar rumah. Kedua kakinya melangkah menuju jendela besar bertutup gorden berwarna putih gading yang berada tepat di hadapan ranjang. Tadi malam sepertinya hujan kembali turun melihat embun-embun pada dedaunan kala Haeun membuka jendela besar itu.

Haeun menarik napas panjang menghirup udara yang terasa begitu segar pagi ini. Mungkin karena hujan yang turun semalam cukup deras, sehingga langit tampak amat cantik pagi ini, ditambah banyaknya pepohonan serta tumbuhan hijau di area rumah ini menambah hawa sejuk nan menenangkan yang jarang ia temui di kota padat seperti Seoul.

"Kau sudah bangun?"

Suara yang terdengar dari balik pintu menginterupsi Haeun dari aktivitasnya yang sedang menikmati sajian indah dari sang penguasa alam.

"Mandilah. Aku menunggumu di meja makan," Taehyung kembali berucap kala pintu megah itu berhasil dibuka oleh Haeun. Tersenyum begitu tipis merasa hangat dapat melihat Haeun sepagi ini dengan tampilan begitu polos karena baru bangun tidur. Benaknya melalang buana membayangkan wajah gadis yang dicintainya ini dapat menjadi pemandangan pertana tiap ia terbangun dari alam mimpi.

"Aku akan bergegas," ucap Haeun disusul dengan dirinya yang segera menuju kamar mandi setelah Taehyung hilang dari pandangannya.

Langkah kaki Haeun melambat tatkala gadis itu sampai di tempat yang Taehyung katakan sebelumnya, bertanya-tanya siapa gerangan sosok yang tengah berada di meja yang sama dengan pria Kim itu.

"Kau sudah selesai? Duduklah," ujar Taehyung yang membuat sosok tadi ikut memutar kepalanya menghadap Haeun yang berada beberapa langkah di belakangnya. Pria itu lantas berdiri, menarik pergelangan Haeun dengan lembut dan membawa gadis manis itu untuk duduk pada kursi di sampingnya, tepat berada di hadapan sosok wanita berkelas yang kini tengah menatapnya dengan begitu hangat.

"Ini Ibuku. Seseorang yang ingin bertemu denganmu." 

"Ahh.. Selamat pagi Nyonya Kim," sapa Haeun kikuk, sedikit kebingungan karena pertemuan yang terbilang cukup mendadak ini.

"Tak perlu merasa sungkan denganku. Panggil saja aku Ibu, sama seperti Taehyung," jelas wanita cantik di hadapan Haeun, yang hanya gadis itu balas dengan senyuman sopan.

Acara sarapan tiga makhluk adam itu berlangsung begitu hening. Bukan apa-apa, hal ini hanyalah salah satu manner yang selalu dipegang keluarga besar Taehyung. Wanita yang berstatus sebagai Ibu Taehyung baru berucap kala ketiganya telah rampung dengan sajian yang di hidangkan oleh asisten rumah tangga keluarga Taehyung. "Jadi kau yang bernama Jung Haeun, benar?"

"Belakangan Taehyung sering membahas tentangmu, setelah sebelumnya hanya diam dan pasrah saat kami akan menikahkannya dengan putri dari sahabat Ayahnya," wanita yang Taehyung panggil dengam sebutan Ibu itu berujar, tutur katanya begitu halus dan lembut. Sangat berkelas.

"Dia juga bercerita tentang hubungan kalian sebelumnya."

"Maafkan aku. Saat itu aku benar-benar tidak tahu jika Taehyung.."

"Hey! Tak apa sayang, bukan salahmu. Memang bocah ini yang bodoh, seharusnya dia bilang saja jika tak mencintai Anne waktu itu," sela Ibu Taehyung dengan cepat, tak ingin Haeun berlanjut menyalahkan dirinya.

"Aku hanya tidak ingin mengecewakan Taeri, Bu."

Taeri, Kim Taeri tepatnya. Tentu Haeun sudah tak asing lagi dengan nama itu. Dia adalah adik Taehyung satu-satunya. Pria itu sudah menceritakan padanya beberapa waktu lalu. Tentang Kim Taeri yang begitu menyukai dan menyayangi Anne layaknya seorang kakak sendiri, Anne bahkan bisa disebut sebagai salah satu sumber kekuatan Taeri yang mengidap kanker di saat itu. Tentu Taehyung tak ingin adik kecilnya merasa kecewa atau sedih apabila pernikahan antara dirinya dan Anne batal. Taehyung tak kuasa hati meredupkan binar mata Taeri kala gadis itu mendengar bahwa sang kakak akan menikah dengan Anne. Kini gadis itu telah duduk di pangkuan sang pencipta.

The Last Distance | ff taehyung |✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang