part 18

337 91 17
                                    

Pagi ini Haeun terbangun dengan perasaan yang hampa. Baru saja gadis itu menangis dalam mimpinya dan terbangun dengan mata yang sedikit basah. Mungkin efek tertidur dengan perasaan gundah semalam, sampai terbawa ke alam mimpi.

Haeun termenung memikirkan mimpinya. Ia merasa itu bukan hanya bunga tidur, melainkan seperti dirinya yang lain, emosi yang selama ini tidak dapat ia luapkan tersalurkan lewat mimpi.

Di dalam mimpi Haeun bertengkar dengan Ibunya. Ah... Tidak bertengkar, namun lebih ke Haeun yang mengutarakan semua perasaannya selama ini yang tak bisa ia katakan secara langsung kepada Ibunya. Tentang apa yang ia rasakan selama ini, tentang bagaimana sebuah kehidupan yang ingin ia jalani, semuanya ia luapkan sampai gadis itu terisak dengan air mata di kedua pipinya, yang ternyata air mata itu benar-benar mengalir bukan hanya di dalam mimpi, namun di kenyataan.

Tadi malam, Chanyeol memutuskan untuk tandang dari apartemen Haeun ketika jam sudah menunjukkan pukul sebelas--setelah perbincangan antara dia dan pria itu usai.

Gadis itu beranjak melangkah masuk ke kamar mandi untuk mulai membersihkan diri. Ditatapnya pantulan dirinya di cermin wastafel kamar mandinya, terlihat kantung mata miliknya sedikit menghitam matanya terlihat lelah, kurang tidur. Akhir-akhir ini Haeun memang lumayan sering tidur larut bahkan pagi.

"Ahh aku sangat lapar."

Kakinya melangkah memasuki area dapur, kedua tangannya mulai sibuk menyiapkan menu sarapan dengan handuk yang masih membalut rambut basahnya.

Gadis itu sedikit merengut, kala bel berbunyi saat dirinya tengah menyantap makanannya dengan hikmat. Siapa yang bertamu sepagi ini? Ini masih jam tujuh pagi.

Sejemang Haeun melongo, otaknya terasa kosong kala melihat Kim Taehyung dengan setelan jas rapinya sudah berada di hadapannya, tak lupa senyum kotak khas pria itu juga menghiasi wajah tampannya.

"Ada apa pagi-pagi kemari?"

"Hanya ingin mampir, karena semalam aku tak bisa singgah."

Haeun tersenyum lantas mempersilahkan pria itu masuk. Kali ini Taehyung memutuskan untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen yang bernuansa sangat feminim itu. Siapapun akan tahu jika Haeun menyukai warna merah muda ketika memasuki ruangan ini.

Langkah itu terus masuk menelusuri tiap sudut yang dapat dicapai indra penglihatannya. Ingin tahu seperti apa selera Haeun dalam mendekorasi rumah. Tidak penting memang, tapi Taehyung tetap ingin tahu semua itu--semua tentang Haeun.

Sementara itu, Haeun sendiri kini tengah sibuk menyiapkan satu lagi porsi sarapan untuk Taehyung. Gadis itu mulai memasukkan dua helai roti tawar ke dalam mesin pemanggang otomatis, tangannya memecah cangkang telur ke atas penggorengan dengan satu tangan bak koki profesional, juga memasukkan ham ke dalamnya. Tangan itu kini beralih membuat segelas susu hangat, dan mulai menyusun roti panggang serta telur dan ham menjadi sebuah sandwich, tak lupa juga memasukkan beberapa sayuran seperti tomat dan daun selada sebagai penyeimbang gizi.

Semua yang Haeun lakukan tak luput dari pandangan Taehyung, yang sedari tadi sudah duduk di kursi meja makan menghadap langsung ke arah Haeun yang tengah sibuk memasak. Taehyung sama sekali tak melewatkan sedikitpun pemandangan yang membuat hatinya menghangat barusan.

"Makanlah. Aku tahu kau belum sempat sarapan," gadis itu berujar sembari tangannya meletakkan sandwich dan juga segelas susu hangat yang sudah ia siapkan ke hadapan Taehyung.

Taehyung tersenyum tulus memandang Haeun yang sudah duduk di hadapannya, kembali melanjutkan menyantap makanannya yang sempat tertunda tadi.

"Eun, ayo kita menikah."

The Last Distance | ff taehyung |✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang