"Bukankah kau ingin menjelaskan sesuatu? Kenapa diam saja," ucap Haeun memecah keheningan.
Di sinilah keduanya berada sekarang, terduduk di sofa ruang tengah apartemen Haeun, dengan Taehyung yang masih saja bungkam dan Haeun yang tak henti menatap Taehyung dengan tatapannya yang kelewat datar, seperti seorang psikopat yang tak miliki emosi.
Taehyung berdeham, tenggorokannya jadi terasa kering sekarang.
"Jadi, kapan tepatnya pernikahanmu berlangsung?"
"Akhir bulan ini," jawab Taehyung setelah tak mampu mengeluarkan kata per kata yang ada dalam otaknya kepada Haeun.
"Selamat atas pernikahanmu."
Taehyung hanya menatap bingung tangan Haeun yang terulur di hadapannya. Bukankah seharusnya Haeun marah?
"Kau..., baik-baik saja?"
"Kau masih bertanya apa aku baik-baik saja?" Haeun menghela nafas, menarik kembali tangannya yang terulur untuk menjabat tangan Taehyung sebelum kembali berucap, "Apa menurutmu aku baik-baik saja mendengar orang yang ku cintai akan menikah dengan gadis lain?"
Taehyung kembali menghela nafas beratnya. Tentu ia tak bodoh. Dengan kedua mata Haeun yang bengkak, Taehyung tahu betul gadisnya usai menangis semalaman, dan itu cukup untuk menjelaskan semuanya. Namun justru pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Taehyung.
"Maafkan aku."
"Apa ini menyenangkan bagi kaummu? Sebelumnya Jungkook, dan sekarang kau. Apa menyenangkan mempermainkan wanita? Atau hanya aku yang terlalu mudah di sini?" Haeun berucap dengan mata yang berkaca-kaca, membuat Taehyung merasa teriris di dalam sana. Tentu bukan itu maksud Taehyung, ia justru sangat mencintai gadis di hadapannya ini. Hanya saja, mungkin dia yang terlalu serakah ingin memiliki gadis yang ia cintai disaat dirinya sudah terikat dengan gadis lain.
"Apa menyenangkan bagimu melihatku yang terlalu naif mencintaimu seolah semua baik-baik saja, seolah semua berjalan seperti yang ku harapkan. Nyatanya semua itu palsu?" lanjut Haeun lirih menahan sesak yang hadir memenuhi rongga dadanya.
"Pergilah. Tinggalkan aku sendiri."
Kaki Haeun mulai melangkah sebelum suara dari mulut Taehyung berhasil menghentikannya.
"Satu bulan. Hanya satu bulan saja, sebelum tanggal pernikahanku. Jadilah Haeun-ku sampai saat itu."
***
Sudah satu minggu setelah obrolan Haeun dan Taehyung terakhir kali. Selama itu pula Haeun mati-matian menahan perasaannya. Menahan untuk tidak mengucap rindu pada Taehyung kala rasa itu datang. Menahan untuk tidak membalas atau menjawab pesan dan telfon dari pria itu. Bahkan Haeun sengaja pergi bekerja lebih awal--saat jam kantor Taehyung belum usai, agar tidak bertemu tatap dengan pria itu yang masih saja datang untuk mengantar Haeun.
Setiap hari, Taehyung selalu mengirim pesan kepada Haeun. Bersikap seolah tak terjadi apa-apa diantara keduanya.
Perkataan Taehyung terakhir kali masih terus terngiang dalam benak Haeun begitu erat. Perkataan Taehyung kala pria itu meminta Haeun untuk tetap menjadi Haeun sebagai kekasihnya sebelum ia harus mengucap janji suci bersama gadis lain.
Berbanding terbalik dengan keinginan Taehyung, yang Haeun lakukan justru menutup diri dan hati serapat mungkin dari kekasihnya. Apa masih bisa dikatakan sebagai kekasih? Bahkan kata putus belum terucap diantara dirinya dan Taehyung.
Meski rindu menghampiri, seolah memaksa Haeun untuk datang kembali memeluk Taehyung, menangis dan menumpahkan segala rasa pada pria itu tetap tak meruntuhkan pertahanan diri Haeun. Gadis itu benar-benar mengeraskan hatinya, membangun benteng begitu tinggi hingga dirasa Taehyung tak mampu lagi untuk sekadar menilik ke dalam hati yang pernah ia huni sebelumnya.
Anggap saja Haeun sedang membiasakan diri tanpa Taehyung yang melingkupi hari-harinya seperti sebelumnya.
Beberapa kali Taehyung datang ke apartemen Haeun, menunggu gadisnya hanya untuk sekadar menatap mata indah Haeun. Namun Haeun sama sekali tak mau membuka pintu bahkan bersikap seolah ia sedang tak ada di apartemen.
Taehyung tahu, ia pantas mendapatkan perlakukan seperti ini dari Haeun. Namun Taehyung sama sekali belum siap, atau mungkin tak akan pernah siap ditinggalkan seorang Haeun dihidupnya.
"Apa terjadi sesuatu?"
Itu suara Sorim. Haeun tengah berada di cafe Sorim siang ini.
Tentu saja Sorim tahu ada yang tak beres dengan Haeun. Raut wajah Haeun sangat berbeda saat terakhir kali mereka bertemu saat Taehyung menelfon dari Paris beberapa hari lalu.
Bukan jawaban yang Sorim dapatkan melainkan sahabatnya yang justru terisak dengan menenggelamkan wajahnya di bahu Sorim.
Tak jauh berbeda dengan Haeun, Taehyung juga sama kacaunya.
Kerjaannya masih berjalan dengan baik namun pria itu sudah seperti robot sekarang, hanya bekerja tanpa memperdulikan apapun membuat Sohyun menjadi repot sendiri harus ikut andil mengurus Taehyung.
"Kau akan terus seperti ini?" ucap Sohyun. Gadis itu benar-benar kesal sekarang karena Taehyung sama sekali tak pernah merespon apa yang ia katakan. Sepupunya sudah seperti raga tak bernyawa.
"Apa kau akan gila hanya karena gadis itu?"
"Haeun bukan hanya seorang gadis, dia sudah seperti hidupku," ucap Taehyung masih dengan wajahnya yang menatap laptop di hadapannya.
Ucapan Taehyung barusan membuat Sohyun memasang wajah jijik, sepupunya benar-benar sudah gila karena cinta rupanya sampai bisa mengeluarkan kata-kata yang menjijikkan seperti barusan.
"Kau sudah seperti dalam drama romansa saja ckck."
Sohyun menyerah, gadis itu meninggalkan Taehyung yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Lama-lama berurusan dengan orang yang sedang patah hati bisa-bisa ikut membuatnya tertular gila nanti.
Gadis itu lebih memilih untuk membiarkan Taehyung sendirian. Memberi ruang pada sepupunya untuk berfikir.
Meski Anne merupakan sahabatnya, tak lantas membuat Sohyun memihak gadis itu. Sohyun berusaha menjadi penengah untuk Taehyung, semua keputusan ada di tangan pria itu. Meski yang pasti akan ada pihak yang tersakiti nantinya, Sohyun yakin pilihan Taehyung adalah yang terbaik untuk pria itu.
Jika itu Sohyun, tentu gadis itu akan lebih memilih memperjuangkan seseorang yang ia cintai, daripada harus berakhir dengan pernikahan atas sebuah perjodohan. Pernikahan itu cuma sekali, sakral. Pernikahan itu babak akhir dalam hidup, dimana kau akan menghabiskan sisa umurmu bersama orang yang kau nikahi nantinya. Tentu ia tak ingin merasa sengsara karena harus merelakan seseorang yang ia cintai demi menghabiskan sisa hidupnya dengan orang lain.
Taehyung terdiam. Di dalam fikirannya terus berputar apa yang harus ia lakukan. Hatinya benar-benar merasa bimbang. Biasanya jika gelisah menghampiri Haeunlah yang menjadi penenang baginya. Namun kini justru kegelisahan itu hadir sebab gadis itu. Jadi apa yang harus ia lakukan?
'Eun, aku merindukanmu.'
.
.
.
.
.
.To be continued...
Haii.. Happy new year guyss 🎊🎉
Apapun itu semoga tahun ini jadi tahun yang lebih baik
Semoga corona cepet ilang dan semua kembali pulih dan normal lagi
Dan semoga hal-hal baik selalu menyertai kalian di tahun ini yaa.. Aamiin1 Januari 2021
- fishaci❤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Distance | ff taehyung |✅
Fanfiction[COMPLETED] - belum direvisi . . Tak ada satupun yang tahu akan seperti apa takdir yang mereka jalani, dan tak ada satupun yang tahu kepada siapa nantinya hati itu berlabuh. Baik Taehyung maupun Haeun, mereka hanya korban dari permainan takdir yang...