"Saya cuman takut Mas.... Saya takut tenggelam setelah jatuh terlalu dalam."
"Jadi ini semua cuman perkara salah paham 'kan? OK, gimana kalo kita bikin kesalahpahaman itu jadi kenyataan?"
"Maksudnya, Mas?"
"Ayo kita bikin lo hamil beneran!"
"HAH?!"
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"يا Muhammad Althaf Adi Pratama بن Muhammad Farhan Adi Pratama أنكحتكوزوجتكمخطوبتكبنتي..."
"قبلتنكاحهاوتزويجهاعلىالمهرالمذكور"
"SAH!"
Seluruh tamu yang hadir menyerukan kata 'sah' ketika Althaf selesai mengucapkan ijab kabulnya dalam satu tarikan nafas. Setelah mengucap hamdalah, penghulu melanjutkannya dengan membacakan do'a.
Telapak tangan Althaf yang sudah keringat dingin langsung bergetar di kala pak penghulu melepaskan jabatan tangannya dengan Althaf. Ia berulang kali menghembuskan napas perlahan seraya berucap hamdalah.
Jika boleh jujur, ini adalah pertama kalinya bagi Althaf berada dalam kondisi semenegangkan ini, bahkan walaupun para sahabatnya sudah memberinya semangat sebelumnya, hal itu seakan tak memberikannya efek apapun, jantungnya tetap saja tak berhenti pakcepakcepak jeder. Althaf yakin, walaupun ia belum pernah naik rollercoaster, pasti sensasinya tidak akan setegang ini.
Apa yang Althaf rasakan saat ini bukan bermaksud untuk menglebay, tapi memang itulah kenyataannya. Pada dasarnya, Althaf masih terbilang sangat muda untuk membina keluarganya sendiri. Terlebih lagi, Althaf tidak pernah sekalipun pedekatean sama cewek, Althaf merasa masih terlalu kecil untuk main cinta-cintaan dan selalu menganggap setiap cewek yang ingin mendekatinya adalah sebuah gurauan.
Di sisi lain, tak jauh dari tempatnya berada, duduklah Aleena yang di sampingnya terdapat Ummi yang dari sinar matanya nampak berkaca-kaca kini sedang merangkul perempuan yang saat ini resmi menjadi menantu pertamanya itu.
Hari ini Aleena menggunakan gaun simple dan sangat sederhana berwarna putih untuk akad, sesuai pilihan Ummi, dengan ditambah sedikit polesan make-up tipis di wajahnya yang pucat.
Di samping itu, Aleena dibanjiri banyak pujian dari para tamu yang hadir, tak sedikit dari mereka yang memuji paras Aleena yang cantik alami bahkan hanya dengan riasan tipis di wajahnya yang manis. Althaf pun sempat speechless, walau hanya untuk sesaat.
Aleena yang dari awal acara hanya menunduk kini tak tahu harus bereskpresi seperti apa. Ia bahagia karena Allah mengirimkannya jodoh seperti Althaf. Tapi di sisi lain ia juga sedih, karena laki-laki sebaik Althaf harus menikahi gadis sepertinya. Dari awal ia sudah menyadari akan hal itu, mereka berbeda dan Aleena tahu batasannya.
Dengan digandeng Ummi, Aleena mulai mendekati Althaf untuk acara bertukar cincin. Ini adalah pertama kalinya bagi Althaf menyentuh perempuan yang bukan mahromnya, jadi tak heran kalau Althaf sempat ragu pada awalnya. Dan kesan pertama yang Althaf rasakan adalah ... hangat, kehangatan yang untuk pertama kalinya ia rasakan.
Setelah cincin pernikahan sudah terpasang di jari manis mereka masing-masing, tiba saatnya bagi Aleena untuk menyalimi tangan laki-laki yang kini bergelar sebagai suaminya itu. Mereka sudah seperti anak kecil yang menunggu untuk diperintahkan melakukan sesuatu, yang membuat greget orang-orang yang menyaksikannya.