"Saya cuman takut Mas.... Saya takut tenggelam setelah jatuh terlalu dalam."
"Jadi ini semua cuman perkara salah paham 'kan? OK, gimana kalo kita bikin kesalahpahaman itu jadi kenyataan?"
"Maksudnya, Mas?"
"Ayo kita bikin lo hamil beneran!"
"HAH?!"
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Na, udah dong nangisnya, yok keluar yok," bujuk Althaf sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi pelan.
Althaf benar-benar khawatir saat ini, ia sedari tadi terus meminta Aleena agar keluar dari kamar mandi. Pasalnya sudah lebih dari setengah jam ia di dalam sana sambil menangis, katanya Aleena malu karena ketahuan 'tembus' oleh Althaf.
"Aleena.... Ayo udahan di dalemnya, kita ngomong dulu, OK?" Althaf berusaha membujuknya dengan lebih lembut.
Tak lama, sudah tak ada suara tangisan Aleena lagi yang dibarengi dengan pintu kamar mandi yang perlahan terbuka dan menampilkan wajah sembab Aleena yang kini sedang menunduk dalam sambil menautkan jemarinya.
"Gak papa kan, hm?" Tanya Althaf khawatir sambil mengulurkan tangannya untuk menghapus sisa air mata di pipi Aleena dengan ibu jarinya.
"Mmm... M-mas, boleh minta tolong gak?" Tanya Aleena dengan ragu, bahkan ia belum berani melihat wajah Althaf.
"Apa yang bisa gue bantu, hm?"
Aleena nampak sangat bimbang, ia ragu untuk mengatakannya pada Althaf, malu. Lagi pula ia pikir juga mustahil Althaf mau membantunya kali ini, tapi ya sudahlah dicoba dulu.
"Mmm.... M-mas, boleh minta tolong beliin saya pembalut gak?" Cicit Aleena sambil melirik Althaf sekilas.
"Pembalut ya? Yaudah lo tunggu bentar yah, gue pergi beli sekarang, jangan kemana-mana," kata Althaf sebelum akhirnya menyambar kunci motornya dan segera pergi ke supermarket terdekat.
Aleena yang melihat itu sontak membulatkan matanya, ia tak menyangka akan mendapatkan respon seperti itu dari Althaf. Secepat itukah? Bahkan Althaf tak sempat berpikir dulu sebelum benar-benar pergi, Aleena jadi merasa tak enak, sangat.
Sementara itu, tak membutuhkan waktu lama yaitu hanya sekitar sepuluh menit Althaf sudah memarkirkan motornya di depan sebuah supermarket. Setelah melepas helmnya, ia tanpa ragu langsung masuk ke dalam supermarket tersebut.
Althaf berkeliling dan mengamati setiap rak yang ia lewati untuk mencari keberadaan benda yang dicarinya sampai akhirnya ia menemukan rak khusus untuk benda-benda seperti itu, tapi tunggu dulu.
"Astagfirullah, ini beneran semuanya pembalut? Banyak amat, gimana gue milihnya coba?" Gumam Althaf saat berada di depan rak yang berisi berbagai macam merk pembalut.
Ia benar-benar bingung, ini pertama kalinya Althaf membeli benda seperti ini seumur hidupnya, bahkan Inar ataupun Ummi tidak pernah menyuruhnya untuk membeli ini sebelumnya. Ada banyak jenis pembalut dan ia tidak tahu yang dibutuhkan oleh Aleena itu yang bagaimana, akhirnya ia hanya menatap rak tersebut dalam diam untuk waktu yang cukup lama.
Melihat Althaf yang sudah berdiri di sana cukup lama membuat salah satu pegawai supermarket itupun menghampiri Althaf dan menyapanya dengan ramah.