"Assalamu'alaikum, Kak," ucap seorang gadis yang tiba-tiba menghampiri meja tiga laki-laki yang sontak membuat seluruh atensi mereka berpusat padanya. Z mengernyit sebelum ia balik bertanya.
"Wa'alaikumussalam, Syifa 'kan?"
Gadis itu tersenyum tipis seraya mengangguk pelan. Dia adalah syifa, mahasiswi fakultas MIPA yang mereka tahu menyukai Althaf sejak lama.
"Ada perlu apa Syif? Tumben gue liat lo main ke sini, first visit?"
"Iya Kak Aqlan, kata temen aku di sini Macchiato-nya terbaik."
Mendengar nama yang sangat jarang mereka dengar itu disebut membuat mereka, terutama Z, tiba-tiba mengubah ekspresinya menjadi seperti sedang menahan tawa. Ipul memukuli bahu kanan Z yang duduk di sampingnya sebelum kembali menatap Syifa dengan senyum ramahnya.
"Panggil Ipul aja Syif, hehe..."
"O-oh, maaf Kak Ipul."
Mereka pun berakhir tertawa canggung. Kini gadis itu tengah menatap ke arah lain, nampak seperti sedang mencari sesuatu. Tatapan Z berpusat pada paper bag yang dibawanya, ia ikut mengedarkan pandangannya.
"Althaf belum dateng kalo lo nyari dia," tukas Z yang seakan paham, membuat Syifa sedikit tersentak.
"Mm... Aku jarang liat dia di sekitar kampus akhir-akhir ini, cuman khawatir dia kenapa-napa."
Ipul dan Z saling menatap, seakan menyalurkan kata-kata yang hanya mereka berdua saja yang mengerti. Sementara itu, Raffa seperti biasa akan bersikap tak perduli dan memilih tetap fokus membaca buku di tangannya dengan headphone yang menyumpal telinganya.
"Syif, lo beneran naksir sama si Althaf?" Tanya Ipul hati-hati.
Syifa tak menjawab, ia hanya terdiam sambil mengeratkan genggamannya pada tali paper bag yang dibawanya. Apakah hal itu masih perlu ditanyakan? Bukankah ia sudah menunjukkannya dengan jelas selama ini?
"Aku....," gadis itu nampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya.
"Lo belum tau ya kalo Althaf udah ni--"
Kring
Seluruh atensi dari keempat orang di meja yang terletak di pojok itu pun sontak teralihkan ke arah seorang laki-laki yang baru saja memasuki cafe sambil ngedumel.
"Enak aja ngatain istri gue yang enggak-enggak, udah kayak orang paling bener aja. Itu mulut gak pernah disekolahin apa ya? Kok bisa-bisanya Aleena tahan hidup sama orang kayak nenek lamp--" Althaf menghentikan kegiatan ngedumelnya saat menyadari terdapat empat pasang mata yang saat ini tengah menatapnya intens.
Althaf yang tak mengerti mengapa ia disambut dengan tatapan aneh dari orang-orang itupun tiba-tiba merasa sedikit gugup, perasaan ia tidak melakukan kesalahan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHAF
General Fiction"Saya cuman takut Mas.... Saya takut tenggelam setelah jatuh terlalu dalam." "Jadi ini semua cuman perkara salah paham 'kan? OK, gimana kalo kita bikin kesalahpahaman itu jadi kenyataan?" "Maksudnya, Mas?" "Ayo kita bikin lo hamil beneran!" "HAH?!" ...