KYJ : Prolog

180 19 0
                                    

Aku memulas senyum, seperti biasa, pandang putraku yang makan dengan lahap. Pipi gembulnya bergerak lucu, "Mau tambah!" disodorkannya mangkuk sereal itu. Yang kusanggupi dengan cepat.

"Makan yang banyak ya, Dongju." Rambutnya kuusap pelan, "Kita harus berangkat setelah ini."

"eomma kemana?"

Pertanyaan itu akan terus terlontar, dan aku tidak bisa menjawabnya selain, "eomma sedang bekerja, jagoan appa bisa tunggu, kan?"

Kebohongan yang tiap hari kulontarkan untuknya, jelas Hwanwoongie tidak bekerja. Aku tahu kemana ia pergi, dan memilih untuk tidak bicara apapun pada putra kami yang berusia 4 tahun.

Ah, ngomong-ngomong, soal Yeo Hwanwoong, ia adalah cinta pertamaku semasa SMA dulu. Kami menjalin kasih dengan baik-baik, dan sebuah mimpi buruk datang pada Hwanwoong yang berusia 21 tahun. Ia dinyatakan hamil. Dan meskipun aku telah bertanggung-jawab, rupanya ia tetap menganggapnya sebagai kesialan.

Sebab ia harus berhenti dengan impiannya.

Aku telah meyakinkannya, apapun untuknya, ini hanya sementara. Setelah Dongju lahir dan kondisi baik-baik saja, ia bisa kembali dengan mimpinya.

Pilihannya adalah tidak mendengarku sama sekali. Pernikahan kami hanya sekedar tanda-tangan dan janji yang bahkan masih kuragukan ketulusannya.

Tak mengapa, Hwanwoong masih mengingat Dongju kami, dan sesekali membawanya keluar. Cukup untuk senyum Dongju hingga berhari-hari, ia bisa dengan cerdik pamer pada kawan-kawannya soal tas baru dan apapun yang dibelikan Hwanwoong untuknya.

Meski mengabaikanku, setidaknya Dongju masih dapat perhatiannya.

"Appa, ayo cepat berangkat!"

Dongju yang manis. Aku bergegas dengan sepatu dan tas, susul putraku yang sudah kabur duluan sembari berteriak padaku untuk mengejarnya. Jelas ini jadi permainan untuknya, sepertinya dia lupa ayahnya ini sudah semakin tua.

Atau tidak.

Usiaku 27 tahun, ngomong-ngomong.

"Nanti appa jemput?" Dongju suka menagih jawaban, "Atau eomma? Siapa jemput hari ini?"

"Appa akan menjemput Dongju, kalau terlambat, segera ke kantor ya."

Pertanyaan itu muncul setiap hari, dan setiap hari pula aku harus menjawabnya. "Appa akan menjemput Dongju."

Syukurlah hari ini ia tak mengalami tantrum, aku tidak harus menghadapi ocehannya kenapa Hwanwoong tak pernah jemput atau apapun yang ia jadikan bahan untuk marah di pagi hari.

"Sampai nanti, appa!"

"Kiss bye, Dongju-ya!"

"MUAH!!" ia sempat berpose genit sebelum akhirnya masuk kelas, menyusul kawan-kawannya. Membiarkanku mengamati punggung sempitnya yang menghilang dibalik pintu kaca.


~Red Rose~


Manikku menyipit, tatap desain cafe yang agak asing. Sepertinya baru buka. Kudorong pintunya, segera berpapasan dengan seorang pria berambut hitam legam yang terlihat kebingungan. Daripada kubiarkan diri penasaran, lebih baik aku masuk.

"Kim Youngjo, ya?"

Pertanyaan itu muncul tiba-tiba, aku bahkan belum memperhatikan menu diatas kepalanya. "A-ah?"

Sepertinya sadar dengan gerak-gerikku, pria itu tertawa menyebalkan. "Apa yang kau butuhkan, Kim Youngjo?"

Buru-buru berdeham. "Iced americano saja,"

Matanya yang sipit itu makin menjadi, setelahnya melengos dan membiarkanku berdiri di tempat mengantri selama 15 menit.

"Jangan terlalu sering memaafkan. Hal itu bukan hanya salahmu." Diletakkannya americano dingin di depanku. "Sekali-kali, bicara juga. Dalam hubungan kalian ada dua orang, bukan hanya satu."

"Apa maksudmu?" aku jelas tak terima, memilih untuk meninggikan suara sebagai sikap pembelaan diri, "Aku bahkan baru melihat cafe ini, kenapa bicara seolah kau mengenalku?!"

Maniknya berotasi, dengusan malas terdengar setelahnya. "Putramu akan baik-baik saja selama beberapa bulan ke depan. Jika itu memungkinkan, hanya kau dan dia yang mampu mengubahnya. Tentu saja setelah mencari cara untuk kembali."

"Ah, minuman itu gratis. Cafe juga mau tutup, perlu kuantar ke pintu depan?"

Alih-alih bersuara, aku memilih untuk pergi. Sesegera mungkin dari sana. Bulu kudukku berdiri, menerka apa yang terjadi. Dan kenapa ia menyebut putraku; Kim Dongju, yang jelas-jelas tak bisa sembarangan kenal orang.

Apa ia pernah melihatnya sebelum ini?

"Appa!"

Red Rose || PacaDong MXM || RaWoong ONEUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang