IYM : I'm Sorry, I'm Sorry

95 16 4
                                    

Jika aku adalah Donghyun, kemana aku pergi?

Jika aku adalah Donghyun, kemana aku pergi?

Aku nyaris berteriak frustasi, mengelilingi Seoul hanya untuk mencari Donghyun. Menghubungi siapapun, termasuk guru sekolah Hyunmi. Bahkan aku mencoba mengetuk sekitaran rumah, mungkin ada diantara mereka yang melihat kepergian Donghyun pada malam itu.

Masa bodoh, aku benar-benar gila sekarang.

"Toko bunga, toko bunga!" Waktu menunjukkan pukul satu siang ketika aku mengingat toko itu. Bergegas pergi dan memeriksa pintunya.

Terkunci, aku mengintip, sadar bahwa isinya adalah bunga-bunga layu, meski tatanannya masih rapi seperti biasa.

Seperti biasa? Aku baru mengunjungi ini ketika berubah wujud menjadi Youngjo!

"Sayang... Donghyun... aku akan mengganti pintunya nanti, maaf ya."

Dan kupecahkan kaca pintu, merusaknya dengan sisa tenaga yang kumiliki. Menyadari bahwa pecahan vas yang waktu itu telah tiada. Gantinya kudapati sebuah bunga tulip diatas kereta kecil---yang biasa ditarik Hyunmi untuk pindahkan beberapa barang.

Tulip itu terbungkus rapi, namun sudah layu dan agak bau ketika aku mendekatinya.

Untuk, Youngmin hyung.

Bukankah mawar dan tulip adalah paduan yang cantik?

Tulisannya hanya sampai situ, tapi aku bisa melihat gemetar tubuh Donghyun ketika hendak menyerahkannya. Bagian bawah dari kartonnya agak kusut, yang berarti ia menggenggamnya kuat.

Lalu tangkai mawar plastik disebelahnya, ada 3. Kali ini berdebu.

"Kemana kalian pergi...,"

Aku mengetuk kening, coba mengingat apa saja kalimat yang mungkin pernah keluar dari bibir Donghyun.


~Red Rose~


"KALGUKSU!"

"Aku mau pulang, hyuuunngggg~ kapan kita ke Daejeon?"

"Hyunmi akan pergi ke Daejeon denganku!"

Pukul 3 siang, aku semakin panik, turun ke kereta bawah tanah dan menelan seluruh makian di sana. Masa bodoh dengan kondisi sekarang.

Seolah belum berhenti di sana, handphoneku berdering, Youngjo menelpon untuk menanyakan kondisi Hwanwoong ketika aku menemukannya.

Mungkin karena berusaha membagi pikiran, akhirnya aku tak dapat konsentrasi. Kakiku sudah cukup sakit karena berlarian ke beberapa tempat, taksi tak dapat diandalkan untuk memasuki beberapa gang yang kupikir aku bisa mengingatnya dengan jelas.

"Namdaejeon!" aku semakin panik, pinta Youngjo untuk segera memeriksa bunga mawar di rumah. Wajahku mungkin sudah pucat sekarang, yang ada dipikiranku hanyalah seruan Donghyun dan jerit kesakitan Hyunmi.

Maafkan Papa... maafkan Papa...

Donghyunie aku menyesalinya, sungguh!

"Jalan penuh bunga... serbuk... Donghyunie demam." Aku bicara berputar-putar, memeriksa satu dan papan lainnya.

Youngjo sialan, kenapa dia bisa enak sekali menemui Hwanwoong?!

"Tuhan, kumohon... Hyunmi, Donghyunie... maafkan aku, maafkan Papa...," aku benar-benar putus asa sekarang. Menangis dalam langkah, terus menaiki jalan untuk memeriksa setiap sudutnya.

"Aku benci musim semi... serbuk bunganya membuatku bersin-bersin."

"Wajahku bengkak seperti mandu."

"Eung-euh... Hyun-euh... ma-maaf... pppa----eungh~ sakkkiiittt!"

"Jan-jjanjj---sakit! Pppaaaa~ ssakkkiiittt~ sakit sakit sakit!"

Lalu di sana... aku berteriak nyaring, panggil nama kedua sosok yang berdiri bersisian di dekat gedung. "DONGHYUN!! HYUNMI!!"

Tak ada jawaban, tapi aku bisa melihat bahwa Donghyun sudah menggendong putri kami, bersiap kabur.

Kupaksa diriku berlari, kejar keduanya. Terus berteriak memanggil nama mereka, meminta maaf, memohon ampun...

Bruk!!

Kami terjatuh bersama. Hyunmi akhirnya tergencet di tengah, berusaha pergi dari jangkauanku.

"Tidak... tidak... jangan pergi, Papa mohon...,"

"Papa minta maaf, Donghyunie... aku minta maaf...," aku bergetar, menangis kencang dihadapan mereka. "Maaf... maaf... kumohon...,"

Donghyun yang sebelumnya memberontak mulai melemah, peluk Hyunmi yang sudah ikut menangis dalam dekapannya. Aku menahan kaki Donghyun, bersujud tanpa tahu malu. Memohon-mohon di sana.

"H-hyung...,"

"Donghyunie... aku minta maaf... Hyunmi maafkan Papa... kalian boleh pukul, terserah. Memenjarakanku juga tak apa... aku minta maaf...,"

Sejenak hening, aku takut-takut mengangkat kepala. Bertemu pandang dengan lelakiku. "Sudah selesai?" tanyanya lembut, mengulurkan tangannya, "Kemari."

Aku menubruknya, kecupi seluruh wajahnya. Beralih pada Hyunmi, menciumi bahu, lengan, bahkan wajahnya yang dulu sering kena pukul. Tak berniat menghentikan tangis.

"Maaf, kumohon... aku akan berusaha lagi... kau tidak usah bekerja, aku akan resign dan menggantikanmu." Kuciumi tangan Donghyun.

Dulu sekali... tangan itu akan mengusapku hingga tertidur, memelukku ketika lelah, menjadi satu-satunya penopang bagi Hyunmi yang terus ketakutan sepanjang waktu.

Aku terduduk di depan keduanya, Donghyun harus menggeser tubuhnya. Mendekap Hyunmi lebih erat dan menghapus airmataku yang tak berhenti menetes. "Kumaafkan... hm? Hyunmi juga telah memaafkanmu, kita bisa kembali jika kau benar-benar menyesal. Aku akan baik-baik saja."

Kupeluk keduanya. Tak ada kata lagi setelah itu, hanya kami yang terduduk di jalanan sempit. Diterangi cahaya sore.

"I-ini luka...,"

"Aku bisa mengobatinya, hyung. Ini hanya luka kecil."

"A-aku jahat... aku ayah yang jahat."

"Pa... Papa baik,"

Untuk pertama kalinya... aku mendengar Hyunmi bicara langsung padaku, benar-benar aku dalam tubuhku sendiri.

Red Rose || PacaDong MXM || RaWoong ONEUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang