IYM : Meeting

83 15 8
                                    

Pertemuanku dengan Kim Youngjo rupanya lebih menyakitkan dari apapun.

"Jangan pukul!"

Tanganku (yang berada dalam tubuh Youngjo) ditepis kuat, melihat Hyunmi yang berlutut di depanku untuk memohon maaf.

Youngjo tersenyum pahit di belakang, ingin menunjukkan sejauh apa aku melukai gadis kecil ini.

"Hyunmi! Youngmin hyung!"

Kali ini Donghyun, aku mendongak dan menatap wajah yang akhir-akhir ini kurindukan.

"Papa baik... tolong jangan pukul...,"

Hyunmi tidak lagi gagap, tapi tubuh mungilnya bergetar hebat. Seolah ia yang baru saja tertangkap basah telah bertengkar dengan seseorang.

Aku mengulurkan tangan, hendak menyentuhnya. Namun Hyunmi keburu histeris, memekik nyaring dan memohon lagi untukku (padahal aku yang asli ada di hadapannya), tubuhnya memberontak dari dekapan Donghyun. Mengulur pada Youngjo, "Papa sakit... karena Hyunmi ya...,"

Jantungku berhenti sesaat.

Karena ia? Bahkan Hyunmi tidak ada sangkut-pautnya dengan ini!

Apa dia selalu begini?

"Appa!"

Donghyun yang membantu Youngjo berhenti sebentar, sebelah tangannya berusaha untuk menahan Hyunmi.

"Berikan saja padaku," Youngjo bicara, mengambil Hyunmi yang masih menangis hebat dalam dekapan.

Kenapa, Hyunmi...

Kenapa menangis sekeras itu?

"Appa kenapa sakit?!" Dongju menatap Hyunmi dan Youngjo, beralih padaku yang juga terluka. "Appa dipukul?!"

"Hyung!" Hwanwoong mendekatiku, panik memeriksa wajahku, "Ada apa ini?"

"Kalian saling kenal?"

"Salah paham." Aku duluan bicara.

"Paman jahat! Sudah pukul Appa Dongju!" Dongju berteriak, aku segera menggendongnya. Berusaha untuk menenangkan putra Youngjo yang terlihat menangis. "Paman jahat! Paman jahat!"

Hyunmi, yang sempat diam, menatapku dengan pandangan marah.

Bahkan meski wajahnya basah, aku bisa melihat seberapa banyak benci di sana.

"Paman yang jahat...," ia bicara di sela tangisnya, seolah aku baru saja menyakiti seseorang yang ia sayangi.

Iya, tentu saja, mana dia tahu kalau yang dia tatap seperti itu adalah Papa-nya.

"APPA KAMU JAHAT!"

Hwanwoong membungkuk berkali-kali, "Maafkan kami, maafkan kami."

Donghyun yang tadinya shock juga membungkuk sebentar, "Tidak, tidak... kami minta maaf jika keluarga kami yang salah."


~Red Rose~


"Salah paham kenapa sih? Soal antrian?" Hwanwoong mencecarku ketika kami pulang. Dan aku harus mendengarkan kemarahan Dongju yang tak terima soal luka di wajahku.

Sial, aku lupa kalau Youngjo ini lebih pendek dari tubuh asliku. Jelas saja aku bisa dihabisi dengan cepat.

Bahkan Donghyun lebih tinggi dariku.

"Tidak... urusan kantor,"

Hwanwoong, yang memang tak banyak tahu soal kehidupan kantor, hanya mengangguk. "Seharusnya dia tidak perlu memukul seperti tadi... lihat? Hyung jadi terluka,"

Gerak-gerik Hwanwoong tadi pasti membuatnya shock, aku bisa menyadarinya dari pupil yang melebar.

"Paman itu jahat sekali ya, kalau besar nanti Dongju liat, biar Dongju yang pukul!"

Hei hei, itu ayahmu tahu! Dan tubuhku juga!

"Sudah sudah," Hwanwoong menepuk pelan lututku, "aku akan siapkan makan, kalian mandi dulu sana."

"PAKAI BEBEK?!" Dongju memekik, melompat-lompat.

"A-ah... Dongju... tangan Appa sakit, jangan dipukuli begitu."


~Red Rose~


Tepat ketika aku membuka kelopak, bisa kusadari kalau Hwanwoong tertidur di atas dadaku (Dada Youngjo, tepatnya), nampak damai.

Bahkan tersenyum dalam tidurnya.

Menerka-nerka, berapa lama Youngjo kehilangan senyuman ini?

Pikiranku teralih dengan cepat, tentang ekspresi takut dari Donghyun ketika melihatku dalam tubuh Youngjo. Bagaimana ia berusaha untuk membantu Youngjo dalam tubuhku, meminta maaf pada Hwanwoong. Tak peduli kalau Dongju sudah teriak-teriak dan menunjuk wajah asliku dengan marah.

Lalu tatapan Hyunmi. Aku mengatupkan bibir, selama aku melihatnya. Meski dalam keadaan marah yang meluap, ekspresi balasan Hyunmi adalah tatapan sendu. Seolah ingin melampiaskan kekecewaannya lewat sana.

Kemarin sore adalah kali pertama aku melihat ekspresi lain (kalau Hyunmi tertawa, aku pernah lihat, meski dia segera diam tatkala aku datang) dari putriku itu. Nyaris seperti ekspresi para pembunuh dalam film-film, ekspresi tak terima atas apa yang terjadi pada lelaki yang menggendongnya.

Hyunmi... marah...

Dan itu cukup menyakitkan, aku merasa ditampar berkali-kali ketika Hyunmi berteriak histeris. Mengatakan bahwa Papa-nya adalah orang baik.

Dalam 2 bulan ini, jika dibandingkan dengan tahun-tahun aku menyiksanya, kalimat itu tak layak keluar dari bibir Hyunmi.

"Hyunmi mohon... jangan pukul Papa Hyunmi!"

Sial, kalimatnya bahkan terngiang. Belum lagi ketika dia menjerit tak karuan sembari berusaha menggapai tubuh asliku.

Youngjo benar...

Aku menorehkan terlalu banyak luka untuk keduanya... dan sekarang, aku harus mencari cara untuk kembali. Lalu memperbaiki keadaan sesegera mungkin.




AN : Hei... Peppermint Snow disini! Terima kasih banyak ya untuk vote dan komentarnya^^ semoga ceritanya bisa menghibur kalian...

Selamat malam, semoga esok kalian menyenangkan^^

Salam,

Peppermint Snow

Red Rose || PacaDong MXM || RaWoong ONEUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang