IYM : Time and Rose

79 13 6
                                    

Tidak ada yang lebih buruk ketimbang melihat seorang bocah yang hendak menyebrangi jalan.

Kejadian Hyunmi membuatku seringkali panik ketika Dongju berlari di tepi jalan atau bahkan ketika ia menerobos hujan.

"DONGJU TUNGGU DI SITU!"

Hari ini aku berteriak di tengah jalan, coba menghalangi Dongju yang sedari tadi kuperhatikan. "APPA AKAN KE SANA! TUNGGU!"

Seorang wanita yang lewat nampaknya sadar dan mencegat putra Youngjo itu untuk menyebrang, memeganginya dan menjaga hingga aku berhasil menyebrangi jalan.

"Terima kasih banyak," aku membungkuk sopan---telah menjadi kebiasaan baru semenjak tubuh kami tertukar. Kepribadian sopan Youngjo tentu saja banyak diperhatikan, sehingga aku sempat kesulitan untuk menjadi dirinya.

"Eh, jagoan appa kenapa menangis?" Aku menggendong putra Youngjo yang terlihat panik, "Ada apa, hm?"

"Eom-eomma...," suara Dongju nyaris habis, "pa-paman jahat di rumah!"

"Paman?" beoku, "Paman yang tinggi itu?"

"Bukan! Kita harus pulang! Appa harus selamatin eomma!"

Tanpa sadar, aku segera berlari, mencari-tahu siapa yang berada di rumah.


~Red Rose~


Yang pertama kali kuperhatikan adalah pintu rumah, Dongju pasti kalang-kabut dan tak sempat menutupnya.

Ketika aku masuk, yang pertama kulihat adalah kekacauan, lalu suara tangis.

"Dongju bisa tunggu sebentar, hm?" aku menurunkan Dongju di sofa, "Duduk manis, ini ada handphone, segera telpon polisi kalau appa panggil, bisa kan?"

Bocah itu mengangguk seperti robot, dia terus menangis dan memintaku lari lebih cepat untuk menyelamatkan Hwanwoong. Pasti ada yang salah.

"Hwanwoongie?"

"YOUNGJO HYUNG!" teriakan Hwanwoong masuk, aku terkejut melihatnya dengan kondisi kacau. Kaus yang robek, darah di pelipis, dan lebam di beberapa bagian.

"Dongju!"

"Iya!"

Aku membungkus Hwanwoong dengan selimut, membawanya ke depan bersama Dongju yang susah-payah bicara di telpon.

Kemana lelaki itu... semuanya jadi parah begini...

Belum habis terkejutanku, Dongju tahu-tahu menyodorkan handphone, tampakkan nama Im Youngmin di sana. "Hyunmi...,"

Sayang, itu bukan Hyunmi, itu ayahmu.

"Youngmin?"

"Hm,"

"Cepat kemari, Donghyun pergi dari rumah!"

Kemana aku harus pergi sekarang, Tuhan!


~Red Rose~


Aku tahu keluargaku adalah prioritas nomor satu, tapi yang jadi masalah adalah tubuh ini! Kalau aku meninggalkan keluarga Youngjo, jelas semuanya akan semakin rumit.

Youngjo sendiri sudah menerorku dalam pesan, namun selembar kertas membuatku menyerah. Baringkan Dongju di samping Hwanwoong dan menghubungi Geonhak.

Syukurlah pria itu cepat datang, aku menyambutnya dengan raut tak enak. "Titip mereka, aku ada urusan."

"Hyung mau kemana?" cegah Geonhak, yang segera kutepis,

"Urusan penting. Aku bilang padamu untuk titip mereka, jangan sampai kudengar ada cerita macam-macam dari Dongju!"

Geonhak mengangguk kaku. "Baiklah."

Matahari hendak kembali pada peraduannya ketika aku berlari kesetanan di jalan, yang ada dipikiranku hanyalah foto yang dikirim Youngjo.

Surat perceraian, aku tak mengerti apa yang terjadi pada keluargaku.

"YOUNGJO!!"

Pria itu ternyata didepan rumah, tampak berantakan, tak peduli bahwa para tetangga sudah melihat kami. Segera masuk dan mulai bercerita.

"Hyunmi?!" beoku,

Youngjo menggeleng pasrah, "Dia bersikeras dengan Hyunmi, aku tidak bisa mencegahnya!"

"Kau tidak mencarinya?!" cecarku, "Setidaknya plat taksi dan mencari kemana taksi itu pergi?!"

"Tidak sempat! Toko bunganya tutup! Aku ke sekolah Hyunmi dan katanya anak itu juga tak ada kabar sama sekali!" Youngjo mengerang frustasi.

Aku terlalu memikirkannya, tanpa sadar menangis.

Tak apa, tubuh Youngjo ini.

"Kupikir setelah ini bisa sadar dengan diri masing-masing ternyata malah bawa masalah baru!"

Kalimat barusan menaikkan emosiku, tanpa sadar sudah melompat dan mencekik lelaki itu. Menatapnya penuh marah.

"HEI HEI SUDAH JANGAN BERTENGKAR!!" Youngjo menarikku, dan sekarang aku sadar bahwa kondisi ini sedikit menguntungkan. Karena tubuhku masih bertenaga untuk menarik tubuh Youngjo. "Kalau dia mati yang ada kita punya urusan baru!"

Lelaki sipit itu terus-terusan mencecar kami, tak peduli sudah semarah apa kami ditubuh lawan. Bahkan ketika ia menyerahkan dua tangkai mawar.

"Anak-anak kalian adalah kuncinya, ini balasan untuk perilaku kalian masing-masing. Youngjo yang terlalu pengalah, Youngmin yang terlalu egois." Ia mendengus beberapa kali.

"Apa yang harus kami lakukan?" Youngjo berusaha mencegatnya, dan lelaki itu menyingkirkan pegangan Youngjo. "Apapun... petunjuk... kami harus segera kembali untuk menyelesaikan ini."

"Perjanjiannya adalah kesadaran kalian masing-masing... jika kalian berpikir lebih, kalian akan menemukan cara itu sendiri."

"Hanya Hyunmi dan Dongju yang mengerti, jika Tuhan mengizinkan... semuanya akan kembali tanpa harus memulai dari awal." Lelaki itu menatap lewat bahu, "Berhenti fokus pada masalah satu sama lain... selesaikan masalah kalian sebagai Im Youngmin dan Kim Youngjo. Sebagai diri kalian sendiri."

Red Rose || PacaDong MXM || RaWoong ONEUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang