Peppermint barusan liat video PacaDong di channel youtube, up 12 September kemaren. Namanya Yesex248 (bentar, ini agak tremor ngetik nama channelnya), giliran nyampe ke suara Youngmin, "Thank you for always being a strength to me, understanding me and taking care of me. From Paca hyung who knows Dongdongie more than anyone else."
Peppermint banjir :") emang lagi kangen juga sama Youngmin...
Kan curhat... silahkan lanjut baca...
Enjoy reading!
Aku tidak pernah tahu kalau nama Hwanwoong pernah keluar dari bibir Youngjo (dan Donghyun mengingatnya). Sekarang, kami tengah duduk berhadapan. Depanku Donghyun sementara depan Youngjo adalah Hwanwoong.
Sedikit mempermudah, hm. Hyunmi dan Dongju dipangku sosok ibu masing-masing.
"Hwanwoong-ssi manis, ya... pantas saja Youngjo-ssi suka."
Hwanwoong yang disebelahnya tersenyum malu, "Donghyun-ssi lebih manis, tuh... Hyunmi juga cantik."
"Benar kan, Appa... Hyunmi cantik." Dongju asyik saja dengan minumannya, nampaknya tak sadar kalau kalimat barusan berpengaruh kuat.
Ck, apa keturunan Kim Youngjo ini penggoda? Semoga Hyunmi tidak terpancing.
"Ah, tidak...,"
Jika kalian melihatnya sekarang, kalian hanya mengatakan Donghyun sedang tersipu. Tapi untukku yang telah hafal dengannya, barusan itu adalah pandangan cemburu. Donghyun bukan tipe yang vokal dalam perasaannya.
Tapi juga bukan yang sering memberi kode, dia benar-benar diam ketika harus berurusan dengan hal-hal seperti ini. Berlainan denganku yang akan berterus-terang atau yang buruk kemarin---mencabut tanggung-jawabku.
Aku menghela nafas, beralih pada Hyunmi dipangkuan Donghyun. Gadis kecilku itu tak bereaksi apapun, tapi sepertinya sadar kalau ada yang salah dengan sang Mama. Karena ia mulai mengunyah lambat dan sesekali mendongak untuk memeriksa Donghyun.
Ah... seharusnya begini...
Biasanya, begini...
"Donghyun cantik ya...," Hwanwoong bicara dalam perjalanan pulang, "manis juga."
Aku yang menggendong Dongju otomatis berhenti.
"Hyung memperhatikannya terus... dia manis, kan?"
Ya Tuhan... bukan begini maksudku.
~Red Rose~
"Selamat datang, Youngjo-ssi."
Aku menggaruk tengkuk, memperhatikan Donghyun yang bergerak terus menerus. Kali ini tanpa Hyunmi, "tulip dan mawar?"
"Hanya mawar... merah dan putih."
Donghyun mengangguk, lelaki itu hendak menggapai sebuah karton ketika pintu toko terbuka. Disusul suara tangis yang sudah tak asing lagi. "Mana Youngmin?"
Wajah Donghyun menggelap. Tatap sang putri yang sudah menangis kesakitan dalam cengkraman Woori. "Sakit...,"
"Lepaskan dia, Woori."
"Sudah berani jawab, hm?" Woori menghempas putriku, kemudian memindaiku. "Oh... apa Youngmin tahu kalau kau juga selingkuh dengannya?"
"Dia pelangganku," Donghyun mengambil Hyunmi, melepas tas putri kami dan melemparnya ke atas meja kasir. "pergi dari sini, sebelum kulaporkan polisi."
"Kau tidak akan memukulku, Donghyun." Woori mengibaskan rambutnya, tatap lelakiku remeh.
Sepertinya memang Tuhan ingin menamparku hari ini, sebab aku terus menerus bertemu Woori. Entah ketika menghampiri Hyunmi, atau malah kena semprot duluan dari Youngjo.
"Dia berhak memukulmu,"
"Ohhoooo... apa ini?" Woori mengeluarkan ponselnya, bergaya hendak merekamku dengan Donghyun. "Bagus untuk bukti,"
Rekam saja, idiot, di depanmu ini Im Youngmin, tahu!
"Rekam saja, memangnya Youngmin peduli?" aku beralih pada Donghyun, "Pesananku, biarkan saja orang sepertinya."
Donghyun, yang masih menggendong Hyunmi, berbalik. Tak peduli kalau Woori sudah mengancamnya, berteriak padanya. Aku yang tak tahan langsung saja berteriak balik.
"Youngjo-ssi... sudah... biarkan saja," Donghyun mendudukkan Hyunmi di kursi, mulai beralih pada deretan mawar yang masih segar di dalam vasnya. Membungkusnya dengan cepat, "Ingin kartu ucapan?"
"Tidak per---"
Prang!!
Kling~
Dua suara dalam satu waktu, aku bisa melihat Youngjo berdiri dengan tubuhku di pintu. Menatap Woori dengan pandangan kesal.
"Ganti vas itu,"
"Young---"
"Itu milik Donghyun, nenek sihir." Youngjo memasukkan tangannya ke dalam saku, "Apa?"
Wajah wanita itu memerah, "Aku punya bukti, Donghyun sudah berselingkuh dengan pria ini."
Senyuman licik keluar, berbalas tatapan terkejut.
"Oh, benarkah?" ia tertawa remeh, "Aku juga punya rekamanmu dan Hyunmi, satu lagi dengan direktur utama di perusahaan, nah... bagaimana kalau rekaman itu kau kirimkan padaku, lalu rekaman ini kukirimkan pada polisi?"
Aku tidak tahu harus berterima-kasih atau takut pada Youngjo, lelaki itu terlihat mengerikan sekarang.
Woori tak berkutik, namun masih bisa terlihat bagaimana ia berusaha melindungi dirinya.
"Pesanan anda, bisa keluar dari sini... aku ada urusan."
"Berapa?"
"Ambil saja," Donghyun sudah bersama Hyunmi sekarang. Berlalu pada Youngjo sembari membawa tas---moodnya pasti buruk sekali sekarang. "bisa kalian keluar? Toko sudah mau tutup."
Youngjo merangkul Donghyun, mengambil tas Hyunmi untuk ia bawa. Gadis kecilku itu tengah tertidur pulas, sepertinya dia lelah menangis. Aku sempat berpapasan dengan Youngjo, terlihat lelah pada hari itu.
Aku sudah menyeberangi jalan, namun beranikan diri menoleh. Woori sempat terlibat perdebatan, Youngjo melindungi Donghyun dibalik punggung.
Berikutnya kejutan.
Benar-benar kejutan.
Karena Youngjo sudah mencium Donghyun, diseberang sana. Aku bahkan masih bisa melihat jelas posisi Hyunmi yang terjepit ditengah.
Lelaki itu menatapku, tanpa bicara apapun. Kemudian pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Rose || PacaDong MXM || RaWoong ONEUS
Fiksi PenggemarYeo Hwanwoong. Youngmin melotot ketika melihat seorang bocah cilik di hadapannya, dia bilang namanya Dongju. Namun lebih dari itu, ia lebih terkejut ketika sadar di tubuh siapa ia berada; lelaki pemaaf bernama Kim Youngjo. Kim Donghyun. Youngjo meng...